38-Ada Apa dengan Wiguna

52 1 0
                                    

Ceklek, terdengar suara pintu kamar mandi terbuka.

Aku langsung menoleh ke arah pintu kamar mandi itu, tampak Om Wigu keluar dari kamar mandi dengan wajah dan rambut yang basah.

Matanya sedikit memerah, apa dia habis menangis ya? Andaikan iya, tapi apa alasan yang membuatnya  bersedih? Aku jadi penasaran dengan kehidupan Om Wigu, apa-apaan aku ini! Kenapa aku bisa berpikiran seperti itu sih.

Kalau istrinya tahu, bisa-bisa dia melabrakku dan menganggapku wanita simpanan Om Wigu.

Aku bergidik ngeri membayangkan dilabrak oleh istri Om Wigu.

Om Wigu melangkahkan kakinya menghampiriku, lalu duduk di sampingku.

Aku jadi deg degan dekat-dekat dengan suami orang, apalagi ini di dalam kamar. Meski ada Aura di sini.

"Om, kita pulang aja sekarang ya!" ajakku dengan suara pelan karena malu, aku dengan Om Wigu baru kenal. Jadi, agak risih aja.

Dia kenapa menatapku seperti itu, membuat aku jadi salah tingkah saja.

"Kamu kok ada sedikit kemiripan dengan Aura ya?" Dia meneliti wajahku sepertinya, membuat pipiku memanas.

"IIh, si om. Masa sih?" Aku mencebikkan bibir, bukannya tidak suka dibilang mirip Aura. Tapi, aneh aja gitu, kok dibilang ada kemiripan keluarga aja bukan.

"Iya beneran," Om Wigu menangkup kedua pipiku, lalu menyondongkan tubuhnya.

Hingga, wajahnya agak dekat dengan wajahku. Membuat aku merasa malu, karena dia tampak meneliti wajah ini

Aku jadi salah fokus, malah memperhatikkan wajah tampan nan teduhnya.

"Apa jangan-jangan di masa lalu kamu adalah ibunya Aura ya?" Setelahnya dia tertawa, apaan sih.

Aku memalingkan wajahku yang terasa memanas, apa dia sedang menggombal padaku? Tapi untuk apa juga ngegombal?

Aku sepertinya terlalu patah hati, sehingga pikiranku jadi aneh begini, selalu menganggap Om Wigu bersikap aneh seolah dia tertarik kepadaku, mana mungkin!

Om Wigu menjauhkan tubuhnya. Kini ada jarak diantara kami.

"Apa Om mencintai istri Om?" Aku terkejut, karena menanyakan hal ini. Rasanya aku sampai ingin memukul bibirku sendiri, ah sepertinya otakku benar-benar harus di sevis.

Wajah Om Wigu tampak menegang, matanya kembali memerah. Aku melihat adanya kesedihan, kemarahan dan kekecewaan di dalam matanya. Apa aku salah ya?

"Maafkan aku Om, anggap saja aku tidak pernah mengatakan hal ini!" Ucapku panik, aku takut menyinggung perkataannya.

Om Wigu menatapku lekat dan dalam bagaikan laser, membuat nyaliku ciut dan aku ketakutan.

"Aku sangat mencintai istriku. Saking cintanya, istriku sendiri sampai muak kepadaku dan..." Dia menghela nafasnya panjang.

Tidak melanjutkan lagi perkataannya, sungguh membuatku penasaran. Ada apa kira-kira ya?

"Papi, ayo main!" Rengekan Aura membuat situasi yang terasa membeku sedikit mencair.

"Tentu sayang," dia mendekati putrinya. Lalu mengecup pipi gembulnya penuh kasih sayang.

Dan Om wigu mengajakku dan Aura pergi ke Time Zone.

Anak itu begitu bahagia sekali, saat bermain. Aku terus menemaninya naik berbagai wahana yang cocok untuk anak seumuran dengannya.

Sedangkan Om Wigu hanya memperhatikan kami dari kejauhan.

Sesekali aku melihat kearah Om Wigu, dan sesekali tatapan mataku bertemu dengan tatapan matanya.

Ada sesuatu yang mengusik hatiku, bukannya aku kegeeran atau ada rasa kepadanya. Tapi, tidak tahu kenapa aku merasa ada sesuatu pada diri Om Wigu. Dan aku sungguh ingin tau, apa yang sudah terjadi dalam hidupnya.

Cinta yang Terhalang TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang