63-Ancaman Pras

24 2 0
                                    

"Apa maksudmu!" Aku memekik, dadaku turun naik menahan emosi jiwa.

"Tenanglah Sekar, lagian kamu ini kenapa? Bukankah kamu menyukainya?" Clarisa terkekeh penuh luka dan seolah sedang mengejekku saja.

Kuhembuskan napas kesal dan kasar.

"Itu dulu, semua yang ada diantara kami sudah selesai!" ucapku mantap, aku bahkan sampai menggeram kesal.

"Dengar baik-baik Sekar! Dokter bilang kondisiku baik, kondisi Pras juga baik. Entahlah, sepertinya tuhan memang belum memercayaiku untuk mengandung dan melahirkan anak untk Pras. tapi, Pras dan mertuaku tak sabaran. Mereka ingin anak," ujar Clarisa dengan raut muram dan bibir bergetar.

Sepertinya, dia sedang sedih.

Aku diam mendengarkan setiap yang dia katakan.

"Sekar, Pras bilang akan menikah lagi. Jadi kupikir, lebih baik dia menikah denganmu saja, setidaknya aku sudah mengenalmu cukup baik. Jika dia menikah dengan wanita lainnya, aku tidak yakin." Lanjut Clarisa, membuatku terpana.

"Kamu rela di poligami?" tanyaku tak percaya.

"Jika ini semua demi kebaikan kami, aku ela. Meski, aku tau aku akan merasakan sakit hati." Clarisa mendesah, air matanya meleleh.

"Ck ck, bahkan kamu sudah menangis saat ini. Bagaimana mungkin, kamu bisa bilang begitu," ujarku sambil geleng-geleng kepala. Entah apa yang ada dalam pikiran Clarisa saat ini.

"Aku serius Sekar," ujarnya. Clarisa menatapku lekat penuh keseriusan.

"Baiklah, aku akan menikahinya," jawabku ketus, hanya pur-pura saja.

"Benarkah kamu mau?" tanyanya. Aku bisa melihat kesedihan dari sorot matanya.

"Tentu saja!" jawabku. "Tentu saja tidak!" lanjutku ketus.

Hah, dia terperanjat kaget. Dan, tampak bingung mendengar perkataanku itu.

"Aku tak mau dimadu! Aku juga tak mau membuat rumah tanggamu kandas! Ayo kita cari solusi lainnya," ujarku lembut. Kutatap dia degan penuh iba.

Rumah tangganya dengan Kak Pras, ternyata tak memberinya kebahagiaan sepenuhnya.

"Tak ada cara lainnya, dia sudah bilang aka menikah lagi. Denganmu ataupun wanita lainnya," ujar Clarisa sambil mengusap pipinya yang basah.

Aku mendesah, dan memilih menyudahi obrolan ini. Karena, tak ada titik temu dan hanya memberikan rasa kesal saja.

"Pikirkanlah kembali Sekar," sebelum aku pergi Clarisa berkata lagi.

Aku hanya mendesah, tak berniat menanggapi perkataannya tu.

Bergegas aku mencari Lisa dan Andra. Berniat mengajak mereka pulang.

'Sekar!" kudengar sapaan lembut seseorang yang ku kenal, Kak Pras.

"Kak," rasanya malas bertemu dengannya. Tapi, ini adalah pesta adiknya. Sudah pasti, dia ada disini juga.

"Dua hari lagi, aku akan datang ke rumah orang tuamu," perkataannya membuatku sakit kepala.

"Kedua orang tuaku sudah tau semuanya, mereka tak akan menikahkan kita," ujarku dengan senyuman sinis dan suara berbisik, tak mau di dengar orang lain.

"Benarkah, tapi kamu tak akan bisa menolaknya. Apa kamu tega membuat Kakakmu bangkrut?" sinisnya.

Aku terkejut mendengar perkataannya itu.Apa ini atinya, semua yang terjadi pada kakakku adalah permainannya juga?

"Yang kamu pikirkan itu benar, semua yang terjadi pada kakakmu adalah ulahku, aku punya kuasa. Aku bisa melakukan apa saja dengan uang," ujarnya. Aku sampai kaget mendengar perkataannya itu.

Cinta yang Terhalang TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang