Aku sudah deg-degan tak karuan. Takut mendengar perkataan tuan Pras selanjutnya. Apa dia akan memutuskan untuk tidak jadi melamarku? Sekar! Siap-siap patah hati! Teriakku dalam hati.
Kucoba berdamai dengan diri ini, seandainya Tuan Pras memutuskanku.
"Saya sudah tahu tentang Sekar yang berstatus janda. Memangnya kenapa dengan status janda? Bukankah janda itu sungguh menggoda?" Aku sampai menutup mulutku saking syoknya mendengar perkataan tuan Pras, eh Kak Pras.
Dia kan bisa hanya berkata sudah tahu statusku, tidak perlu juga mengatakan janda sungguh menggoda. Aku kan jadi malu, seolah aku ini janda yang suka menggodanya saja.
Bu Herni tampak syok mendengar perkataan Kak Pras.
"Kamu nggak salah, mau mempersunting janda dua kali?" Bu Herni sepertinya tidak rela. Padahal Kak Pras bukanlah siapa-siapanya. Kenapa dia harus marah juga kali.
"Serius, memang ada yang salah? Aku cinta dia gak masalahkan? Oh ya maaf kami ada keperluan." Tuan Pras tersenyum ramah, lalu menggenggam tanganku. Bahkan menautkan jemari kami.
Dan membawaku pergi dari sana.
Aku sungguh kagum dengan semua pembelaannya untukku. Dia sungguh luar biasa, bisa menyanggah setiap yang dikatakan tetangga ku yang super nyinyir itu.
Aku menoleh sekilas ke belakang.
Bu Herni tampak kesal, mukanya terlihat masam. Lalu dia pergi, mungkin mau pulang.
Aku melangkahkan kaki menuju ke kebun orang tuaku. Tuan Pras masih setia menggenggam tangan ini erat. Lalu setelah lumayan jauh, di jalanan cukup sepi. Tepat di bawah pohon yang rimbun dengan dedaunannya yang hijau, Tuan Pras berhenti.
"Ada apa?" Heran kenapa langkah kakinya berhenti. Otomatis, aku juga menghentikan langkah kakiku.
"Kamu janda dua kali?" Tanyanya dengan tatapan penuh selidik.
Aku menghela nafas. "Kamu keberatan? Ya sudah tidak usah jadi lamar akunya." Jawabku dingin. Tidak tahu kenapa aku begitu sensitif begini.
"Loh kenapa marah? Aku kan cuma tanya? Bukankah kita harus terbuka?" Kak Pras menggenggam tanganku kembali, dengan mata yang menatapku lekat.
Aku melepaskan tangannya. Lalu duduk di bawah pohon, dia mengikutiku. Lalu duduk di sampingku.
"Iya, aku memang sudah janda dua kali." Jawabku pelan, sedikit ragu untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Kenapa kamu berpisah dengan suamimu dulu?" Dia semakin ingin tahu sepertinya.
Kuhela nafasku dalam-dalam dan ku hembuskan perlahan. Tanpa menatapnya, aku mulai bercerita. Terserahlah dia akan melakukan apa setelah mendengar ceritaku nanti.
Dia diam saja menyimak tanpa menyela setiap perkataanku. Aku tidak tahu bagaimana reaksinya, karena aku sama sekali tidak meliriknya.
Tatapanku lekat kedepan, rasanya sungguh tidak mampu untuk menatapnya.
"Begitulah ceritanya, aku jujur dan tidak bohong." Kuhela nafasku dalam -dalam dan ku hembuskan dengan perlahan.
Dia membalikkan badanku, hingga kami saling berhadapan. Netra kami bertemu, namun rasanya tidak sanggup bersitatap dengannya.
Jadi kupilih menundukkan wajahku saja, menatap tanah yang kering. Akibat belum tersiram air hujan.
"Terimakasih." Aku bingung dengan apa maksudnya, kenapa dia mengatakan terimakasih kepadaku.
Aku mendongakkan wajah ku, menatapnya dengan penuh rasa heran. Tapi dia kenapa malah tersenyum dengan begitu manisnya kepadaku? Membuatku semakin bingung saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Terhalang Takdir
RomanceMenjadi Janda di usia muda bukanlah keinginannya, tapi nyatanya itu terjadi pada Sekar. Hingga sosok Andi membuatnya jatuh hati, namun kembali ia patah hati. Merantau ke kota untuk move on dari Andi. Namun kisah cinta yang rumit kian menanti. Pras s...