21~ Kok ada Disini

43 2 0
                                    

Kok ada disini?" Tanyanya heran.

Aku yang masih bingung dia ada disini hanya melongo, otakku tiba-tiba saja bleng.

"Hei Pras! Kamu datang?" Tiba-tiba kakakku langsung memeluk tuan Pras.

Mereka terlihat sangat akrab.

"Lihat yang ganteng sedikit, langsung cengo!" Kak Amar menggeplak bahuku pelan.

Aku nyengir. "Kakak!" Aku langsung masuk ke dalam duluan.

Aku bahkan masuk ke kamar dengan pikiran yang melanglang buana, heran saja dengan kejadian ini. Ternyata kak Amar dengan tuan Pras seakrab itu? Ah bagaimana ini, aku bahkan menjadi  art di rumah teman kakakku sendiri.

Semoga tuan Pras tidak berfikir macam-macam, misalnya kak Amar seorang kakak tidak baik yang membiarkan adiknya menjadi pelayan di rumahnya.

Sungguh niatku jadi art, hanya ingin melupakan patah hatiku. Itu saja!

Tok tok

Terdengar suara pintu kamarku diketuk. Diiringi suara Hasna keponakanku.

"Eh Hasna sayang!" Kupeluk dan kucium pipi gembulnya dengan sayang.

"Ate, kata mama sama papa ayo turun. Kenalan sama tamu gantengnya papa." Celoteh anak lima tahun itu sungguh lucu.

"Iya, ayo." Aku pun berjalan beriringan menuruni tangga dengan hati berdebar tak karuan.

Ruang Tamu

Kulihat tuan Pras sedang mengobrol dengan santai dengan kak Amar dan kak Nina, tak kusangka mereka begitu akrab.

Tuan Pras tampak beberapa kali tersenyum lebar saat bicara, sesuatu yang tidak pernah aku lihat selama ini.

Palingan biasanya dia cuma tersenyum tipis, atau lebih banyak tersenyum masam. Hah tapi dia sungguh semakin terlihat tampan.

Kulangkahkan kaki ku menghampiri mereka.

"Mama!" Hasna memekik sambil setengah berlari duduk di samping mamanya. Kak Nina langsung menyambutnya.

Kuhela nafas dalam-dalam dan ku hembuskan perlahan, saat melihat tatapan tuan Pras yang tertuju padaku.

Ah rasanya sungguh grogi. Langkah kaki ku seakan mengambang di udara. Tapi, aku tidak boleh terlihat jelas sedang grogi ataupun baper.

"Kak." Sapaku pada kak Amar, dengan senyuman yang aku usahakan semanis mungkin.

Tapi sungguh diluar dugaan, kak Amar malah meledekku.

"Cie yang baper." Katanya dengan senyuman lebarnya.

"Apaan sih kak." Ku cubit lengannya pelan, lalu duduk di samping Tuan Pras.

Ah sial, kenapa aku duduk di sampingnya sih. Tapi jujur itu reflek, nggak tahu kenapa.

"Duh duduk nya aja langsung pilih di sampingnya." Kak Amar melirikku lalu melirik tuan Pras.

"Ya sudah kalau begitu aku pindah." Ujarku malu, mudah-mudahan pipiku tidak merona. Dia ku dalam hati.

"Duh yang malu." Goda kak Amar kembali.

Yang aku balas dengan mencebikkan bibirku, sambil hendak berdiri untuk pindah tempat duduk.

"Kenapa pindah?" Tanpa disangka tuan Pras langsung memegang pergelangan tanganku, menghentikan gerak kaki ku yang akan melangkah.

Ah aku sungguh bingung dengan apa yang diperbuatnya.

Kulihat mulut kak Amar sampai menganga melihat tuan Pras yang seenaknya memegang tanganku.

Cinta yang Terhalang TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang