66-Pras Datang

23 1 0
                                    


[Masih P O V Author]

Hari menjelang sore, rumah sudah dibereskan. Meski, kerabat dekat masih ada yang datang sekedar untuk berkenalan dengan Wiguna.

Saat ini Sekar dan Wiguna sedang berada di dalam kamar. Duduk berhadapan di atas tempat tidur, sekedar mengobrol untuk mengurangi rasa canggung. Terutama bagi Sekar.

"Om Apa Kak Pras gak akan jadi datang ya?" tanya Sekar heran.

Wiguna menampakan raut tak sukanya. Dia menatap Sekar dengan kesal," Kenapa?" tanyanya.

"Ya kan katanya mau datang lamar aku," dasar Sekar memang polos, dia gak mikir kalau Wiguna yang kini sudah berstatus suami menjadi kesal dan tak suka dia menyebut nama Pras.

"Kalau kamu berharap dilamar Pras, kenapa memintaku menikahimu?" tajam sorot mata dan juga nada bicara Wiguna.

Gluk

Susah payah Sekar menelan salivanya, dia merasa bersalah sekarang. "Maaf, aku gak maksud kayak gitu. Aku hanya heran saja," ujar Sekar berusaha menjelaskan.

Sekar mulai menyadari kesalahannya.

"Mereka hampir sampai, tadi menelponku dan menanyakan keberadaanku," ujar Wiguna dengan helaan napas kasar.

Bingung juga menghadapi keluarganya, ya pasti mereka akan marah besar. Saat tau dirinya ternyata sudah menikahi Sekar, huuh!

Terutama Pras, dia pasti akan sangat marah besar! Wiguna jadi cemas, tak mau hubungan kekeluargaan jadi pecah.

"Om, maaf." Sekar merasa bersalah dan berpikir kalau Wiguna muram karena dirinya yang menanyakan Pras.

"Hmm," menoleh ke arah Sekar dengan tatapan dingin.

Sekar jad cemas melihat tatapan itu, biasanya Wiguna menatap dengan hangat. Tapi, kali ini dia menatapnya dengan dingin.

"Maaf," ujar Sekar untuk yang kesekian kalinya.

"Tak masalah, aku paham." Wiguna mengulurkan tangan meyentuh pipi Sekar.

Dadanya bergemuruh hebat, dan hatinya berdebar kencang. Ada rasa yang membuncah di dalam dirinya, membuatnyya bingung.

Sekar panik, dia deg-degan tak karuan. Apalagi saat Wiguna menyondongkan tubuhnya. Dan wajah mereka semakin dekat, hingga hangatnya embusan napas masing-masing bisa mereka rasakan.

Sekar dan Wiguna saling tatap untuk sepersekian detik.

Darah keduanya mulai berdesir, semakin sulit dikendalikan.

Tangan Sekar meremas seprai di sampingnya kuat-kuat. Sementara itu, tangan Wiguna mulai merayap ke tengkuk Sekar, menahannya dan sedikit lagi bibir mereka jhampir bertemu.

Sekar sudah memejamkan mata hatinya berdebar hebat. Sudah membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. 

Sama halnya dengan Sekar, Wiguna pun sama. Dia sudah memikirkan yang mesum-mesum.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu. Hingga membuat mereka terperanjat dan tak jadi menyatukan bibir.

Dengan wajah memerah, Sekar merapikan rambut dan memalingkan wajahnya.

Wiguna segera turun dari tempat tidur, mengembuskan nafas kasar. Kesal pada siapapun yang mengetuk pintu, karena sudah mengganggunya.

Ceklek, dia membuka pintu.

Semakin kesal saja Wiguna, saat melihat yang berdiri di depan pintu kamar ternyata Amar sang kakak ipar yang tak ia sukai.

Cinta yang Terhalang TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang