31- Teman Lama Pras

35 0 0
                                    

Setelah obrolan cukup panjang itu, akhirnya besok paginya aku akan pergi ke rumah Kak pras kembali. malam ini aku memutuskan untuk melakukan shalat istikharah.

Paginya

Aku begitu antusias pada awalnya, tapi entah kenapa pagi ini rasanya begitu ragu. Apakah ini sebagai jawaban dari hasil sholat istikharah ku semalam.

Tapi dengan cepat kubuang segala ragu di hati ini. Tetap berharap kalau Kak Pras adalah jodohku. Meski nyata-nyata hatiku ini meragu.

Tapi kenapa aku semakin meragu? Bahkan sekilas terbayang kilasan wajah seseorang yang tidak aku kenal. Apa sebenarnya dia adalah jodohku ya? Ah sungguh aneh, kenapa aku bisa berpikir seperti itu sih?

Aku berusaha mengatur hatiku agar lebih tenang dan tidak meragu. Tapi perasaan tidak nyaman ini tetap saja masih hinggap. Semoga saja saat dikota nanti tidak terjadi sesuatu yang tidak baik.

Kami pergi sekitar pukul tujuh pagi. Setelah sebelumnya, mendengarkan wejangan dari ayah dan ibu. Eh, aku jadi ikut-ikutan Kak Pras manggil bapak dengan sebutan ayah heheh.

Kami sampai sekitar pukul sebelas siang ke kota A. Tapi ini kemana Kak Pras membawaku? Ini bukanlah jalan menuju rumah mewahnya,sepertinya? Aku ingin bertanya sebenarnya, namun ragu.

"Aku lapar, kita makan dulu," ujarnya dingin, ya itulah dia terkadang memang begitu masih saja bersikap dingin. Padahal aku ini sudah jadi kekasihnya sekarang, huuh.

Aku hanya mengangguk untuk merespon perkataannya.

Kami makan dalam tenang,hingga suara lembut seseorang membuat kami menoleh.

"Pras kamu disini juga?" tanya wanita cantik itu dengan senyuman yang merekah.

Kak Pras tampak mengernyitkan dahi seperti yang tidak mengenalinya.

Kuhela nafasku dalam,saat wanita itu langsung duduk disamping Kak Pras. Bibirnya tersenyum merekah dengan tatapan memuja.

Seketika hatiku mencelos dan merasa panas, sekuat hati aku menahan gejolak di hati akan perasaan tidak nyaman ini.

Aku tahu ini adalah rasa cemburu, kuhela nafasku dalam-dalam dan ku hembuskan dengan perlahan, agar baik kak Pras maupun wanita itu tidak menyadari kalau sebenarnya aku ini sedang menahan cemburu.

Kenapa juga Kak Pras tidak melarangnya untuk duduk dengan kami? Apa jangan-jangan sebenarnya dia memang kenal wanita iu? Ah kenapa juga aku jadi terus kepikiran sih, seharusnya aku percaya sepenuhnya kepada Kak Pras.

"Apa kamu masih belum mengenaliku?" tanyanya dengan nada manja, membuatku eneg saja.

"Maaf tapi aku sungguh lupa jika pernah mengenal anda," sepertinya Kak Pras memang tidak bohong deh, aku bisa melihat kejujuran saat dia berkata.

" Tentu saja kamu lupa , karena kita memang tidak sedekat itu dulu. Aku adalah temannya Amara semasa kuliah dulu. Aku sering melihatmu saat mengantar jemput Amara, tapi sepertinya kau tidak pernah melihatku. Lebih jelasnya tidak pernah memperhatikanku."

Wanita itu tersenyum, aku bisa melihat binar cinta dari sorot matanya. Ah semoga saja aku salah.

Kak Pras tampak sedang berpikir keras, mungkin sedang coba mengingat wanita yang ada di hadapannya ini.

Aku hanya diam, karena memang tidak tahu harus bicara apa. Toh kami tidak saling mengenal juga.

Sesaat kemudian Kak Pras mulai mengatakan sesuatu. Sepertinya dia sudah ingat sesuatu," Oh iya kamu teman satu semester dengan Amara, aku baru ingat. Apa kabarmu?" sekarang Kak Pras lebih ramah.

''Baik, selamat ya." Aku bingung kenapa dia mengucapkan selamat kepada kak Pras.

Kak Pras tampak mengerutkan dahinya, sepertinya dia juga bingung. "Selamat untuk apa?" tanyanya.

Cinta yang Terhalang TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang