65-Sekar Menikah

38 2 0
                                    

Aku diam dengan bingung, tak berkata apa pun.
"Sekar, bagaimana?" tanyanya.

Aku mengembuskan napas kasar. " Aku akan cari di aplikasi cari jodoh saja," desahku, karena bingung harus bagaimana.

"Ada-ada saja kamu ini. Ck ck, apa kamu yakin tak mau menikah dengan Pras? Bukankah, kamu masih mencintainya?" tanyanya sok tau.

"Om suka sok tau deh! Aku udah move on kali, tak cinta dia lagi! Untuk apa aku masih mencintai suami orang! Mendingan cari yang singgel aja, kayak Om misalnya!" ujarku keceplosan.

Aduh malunya!

Om Wiguna tergelak, renyah sekali tawanya. Aku mendelik dan buang muka untuk menyembunyikan rasa malu ku ini.

"Pikirkan baik-baik Sekar. Aku yang kamu sering lihat ini, mungkin akan berbeda setelah kamu menjadi istriku. Aku tak sebaik dugaanmu, aku masih menyimpan benci pada kakakmu itu. Bahkan, terkadang aku pun rasanya membencimu, karena kamu adik Amar." Aku sangat terkejut mendengar apa yang dikatakannya.

Aku menatapnya tak percaya.

"Kalau kamu yakin padaku, aku mau menikahimu. Aku akan urus segalanya, mulai saat ini juga," lanjutnya.

Antara senang dan takut menyelimuti hatiku.

Aku coba memikirkannya lagi sebentar. lalu menjawab pernyataan Om Wiguna dengan yakin, karena kupikir tak ada pilihan lainnya lagi.

"Aku mau, aku yakin padamu. Aku yakin kamu tak sejahat itu Om, biarlah aku mengurus Aura. Bukankah dia keponakanku juga?" ujarku penuh keseriusan.

Om Wiguna mendesah, menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa, dari raut wajahnya sepertinya dia sedang berpikir keras.

"Baiklah, aku akan menikahimu besok juga. Tapi, banyak yang harus di urus. Tak segampang itu Sekar." Om Wiguna menatapku lekat.

Kenapa perasaanku jadi tak karuan ya? Aku merasa malu dan salah tingkah. Apakah karena Om Wiguna mengatakan akan menikahiku? Aaah, sepertinya begitu deh. Pipiku seketika memanas, rasa malu menyergap hatiku.

Tapi, Om Wiguna terlihat santai. Biasa dan datar-datar saja. Apa dia terpaksa ya?
Aku jadi cemas sekarang, tapi tak ada pilihan lainnya.

Om Wiguna merogoh hp dari saku jasnya. Dia menghubungi seseorang sepertinya.

"Tolong kamu urus semua dokumen untuk pernikahanku, besok harus sudah selesai mengerti!" ujarnya tegas dengan nada memerintah.

Aku baru kali ini mendengarnya bicara dengan nada sedingin ini, kok rasanya aku jadi cemas ya? Apa benar kata kakakku, kalau Om Wiguna sebenarnya pria berhati dingin, semoga saja tidak! Atau jika memang benar begitu, semoga sekarang sudah berubah.

"Sekar, besok semua dokumen ku di urus. Ada orang yang akan datang ke rumah orang tuamu juga di desa untuk mengurus semuanya, usahakan Amar jangan tau tentang pernikahan kita. Atau semuanya akan gagal, kamu tau kan Amar tak akan setuju kamu menikah denganku." Om Wiguna berkata dengan serius.

Aku paham betul apa maksudnya itu. "Iya," hanya itu yang keluar dari mulutku.

"Om, apa kita bisa menikah sebelum Kak Pras datang melamar ke rumahku?" tanyaku pelan, dengan rasa cemas bergelayut di dalam hatiku.

"Iya, tenang saja ada yang akan mengurusnya. Dan ini rahasia, Pras tak akan menduganya kalau aku yang akan menikahimu," ujarnya meyakinkanku.

Hatiku sedikit tenang sekarang, meski tetap cemas. Karena bisa saja lepas dari Kak Pras, namun malah terjebak dalam hidup rumah tangga bersama Om Wiguna, yang tak tau akan bagaimana.

Aku sendiri, bahkan tak tau bagaimana perasaannya kepadaku. Sepertinya, dia tak menyukaiku seperti seorang pria menyukai wanita.

Mungkin, hanya menganggapku teman atau pengasuh anaknya saja. Biarlah semua tergantung takdir yang maha kuasa.

Cinta yang Terhalang TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang