16~ Apa Tuan Pras Cemburu

58 3 0
                                    

Tuan Pras!"  Aku dan kak Deri segera berdiri.

"Kalian dibayar untuk bekerja, bukannya malah pacaran!" Ketus tuan Pras. Tatapan matanya terlihat sinis pada kak Deri.

Aku hanya melongo mendengar perkataannya itu, pacar katanya. Aku bukan pacar kak Deri kali, aku hanya menganggapnya seperti kakakku saja!

"Maafkan kami, barusan kami baru selesai sarapan. Lalu mengobrol sebentar." Kak Deri berusaha menjelaskan dengan bahasa yang sopan.

"Alasan!" Cibir tuan Pras, dia melirikku sekilas. Sepertinya, dia kesal padaku. Mungkin takut aku makan gaji buta, tapi aku berharap kalau dia sedang cemburu sebenarnya. Ah aku sungguh tidak tahu diri.

Kasihan kak Deri, dia orang baik dan tidak salah juga. Tapi tuan Pras ketus padanya.

"Sekarang kamu cepat kerjakan pekerjaanmu, jangan cuma ngobrol saja." Lanjut tuan Pras masih ketus pada kak Deri.

"Baik tuan." Kak Deri pun segera pamit pada kami, lalu keluar dari ruangan ini.

Kulangkahkan kaki ku mengikuti kak Deri. Tapi suara tuan Pras menghentikan langkah kakiku.

"Mau kemana kamu?" Sinisnya.

"Saya mau mengerjakan tugas saya, supaya tidak makan gaji buta." Ucapku jujur. "Permisi." Aku melanjutkan langkah kaki ini.

Tapi sungguh diluar dugaan, tuan Pras malah mencengkram pergelangan tanganku dan menyentaknya cukup keras. Hingga aku jatuh di dada bidangnya.

Aku bisa mencium wangi parfumnya yang mahal dan menggoda. Rasanya begitu nyaman berada dalam pelukan pria tampan ini. Untung saja kewarasanku segera kembali, dengan cepat aku berusaha mengurai pelukannya.

"Hemm, tuan apa yang anda lakukan. Jangan selalu berbuat seenaknya seperti ini kepada saya!" Ketusku, padahal hati ini begitu tidak karuan.

Hatiku sudah berdebar kencang, jantung ini seakan mau melompat keluar dari tempatnya dan otakku mulai dipenuhi nama dan bayangannya. Pria dingin tapi mesum, yang begitu menggoda. Ah sungguh tidak tahu diri aku ini.

Aku hanya berdo'a, agar aku tidak seperti pungguk yang merindukan bulan.

Tapi dia tidak mau melepaskan pelukannya, dia malah mempererat ya. Kemudian membisikkan sesuatu yang membuatku bingung.

"Sekar, jangan dekat-dekat dengan pria manapun. Jangan pernah, jangan pernah." Dia berkata dengan nada suara lembut, dan bibirnya nyaris menempel di telingaku. Membuat desiran hebat di sekujur tubuhku.

Rasanya lututku terasa begitu lemas, aku gemetaran. Apalagi saat tiba-tiba saja, tangan tuan Pras menjauhkan sedikit tubuh kami.

Bukan berniat melepaskannya, tetapi malah hendak melakukan hal lainnya.

Tangan kanannya mengangkat daguku dengan lembut, sedangkan tangan kirinya memeluk erat pinggangku. Wajahnya semakin dekat dengan wajahku. Sepertinya dia hendak menciumku.

Beruntung, aku masih waras. Sehingga bisa mengingat wejangan ibuku saat di kampung halaman.

"Sekar, jaga diri kamu baik-baik. Jangan biarkan lelaki yang bukan muhrimmu menyentuhmu. Kamu hanya boleh menyerahkan dirimu kepada suamimu kelak." Itulah kata ibuku.

Dengan cepat aku memalingkan wajahku,dan menolaknya dengan tegas.

"Tuan! Hentikan, aku bukan muhrim anda. Jangan seenaknya memperlakukan wanita semurahan itu. Apa ini yang anda lakukan juga kepada art perempuan yang masih muda lainnya!" Entah kekuatan dari mana, tapi aku benar-benar bisa mengatakannya dengan lantang dan tegas.

Tuan Pras segera melepaskan pelukannya, wajahnya memerah. Mungkin malu atau marah atas penolakan dan perkataanku.

Tapi aku memang harus tegas padanya! Biar saja aku dipecat! Toh rezeki sudah diatur yang maha kuasa.

Cinta yang Terhalang TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang