Eh, maaf kak." Aku nyengir, pantesan nggak sakit. Yang aku remas tangan kak Deri rupanya.
"Isssh!" Dia hanya bergumam, sepertinya kesal padaku. Dan setelah aku lepaskan tangannya, dia langsung mengusap lengannya yang sakit.
"Kamu kelihatan banget sedang cemburu." Bisik kak Deri.
"Suka mengada-ngada deh." Sinisku.
Dia hanya tersenyum mengejekku, menyebalkan. Tapi masa iya sih, aku beneran sedang cemburu. Ah apa secepat itu aku move on dari kak Andi? Atau apa sebenarnya aku memang tidak benar-benar jatuh cinta padanya? Mungkin hanya sebatas suka biasa saja. Ah kenapa juga aku harus memikirkan hal itu, gak penting banget!
Kulihat tuan dan Amara berdiri. Mereka melangkah beriringan, sepertinya menuju arah kolam renang.
Aku memperhatikan mereka dari kejauhan, hingga menghilang dari pandanganku.
"Jangan naksir, ingat dia majikan kita." Bisik kak Deri.
Aku diam tidak meresponnya, tapi apa yang dikatakan oleh kak Deri memang benar adanya.
Kak Deri kemudian pergi, karena Bu Mila memintanya melakukan sesuatu. Ya bantu-bantu seadanya ketimbang gak ada kerjaan.
Begitupun aku, aku segera melangkahkan kaki ku. Menuju tempat dimana Bu Mila, Bu Nita dan tuan Dimas bersantai setelah makan malam selesai.
Membantu seadanya, membereskan bekas makan.
"Sekar, tolong panggil Pras dan Amara. Sepertinya di dekat kolam renang deh." Ujar Bu Mila.
Aku mengangguk sopan, dan segera berlalu menghampiri tuan Pras dan Amara.
Aku berdiri mematung sejenak. Saat melihat mereka berdua yang begitu dekat.
Tuan Pras dan Amara duduk bersisian di sisi kolam renang. Kaki mereka sepertinya, sengaja mereka masukan ke dalam kolam.
"Katanya sudah tidak ada perasaan apa-apa lagi, tapi apa itu? Heh mereka berdua begitu dekat dan terlihat saling menyukai." Gerutuku, entah kenapa hatiku merasa kesal.
Sepertinya kalau ada seseorang yang melihatku mereka akan tahu berapa senti bibirku monyong saat ini!
Huuuh
Setelah menghela nafasku kasar, aku segera menghampiri mereka berdua.
Ada apa denganku? Kenapa kesal begini sih? Aku berulang kali menghela nafas kasar untuk menetralkan detak jantungku yang tidak beraturan ini.
Aku sudah berdiri di belakang mereka dengan jarak yang tidak terlalu jauh.
Kudengar mereka berdua mengobrol dengan begitu mesranya.
"Pras, apa sekali saja kamu nggak mau memberiku harapan?" Tanya Amara, tangannya menggenggam tangan tuan Pras. Dan dia menyandarkan kepalanya di bahunya juga.
Panas-panas! Kenapa panas begini ya nih hati, huuuh. Hatiku bagaikan diremas tangan tak kasat mata. Mikir, Sekar mikir! Dia itu majikan kamu! Suka boleh, tapi naksir jangan! Aku jadi kesal pada diriku sendiri.
Aku masih diam, ingin tahu apa jawaban tuan Pras. Meski, aku sadar sungguh tidak boleh nguping.
"Maafkan Mar, tapi sungguh aku sudah tidak memiliki perasaan apapun padamu." Yes, aku berteriak senang dalam hati. Meski mungkin tuan Pras sudah memiliki kekasih lainnya sih.
Sepertinya Amara begitu sedih dengan jawaban dari tuan Pras. Kasihan juga dia, dia pasti patah hati. Aku juga pernah patah hati, dan rasanya sungguh sedih.
"Apa ada wanita lain?" Tanya Amara, tatapannya lurus ke depan.
"Begitulah." Jawab tuan Pras, yang membuatku sedikit sedih juga, Entah kenapa. Tapi dugaanku tadi sepertinya benar, dia sudah memiliki kekasih yang lainnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Terhalang Takdir
عاطفيةMenjadi Janda di usia muda bukanlah keinginannya, tapi nyatanya itu terjadi pada Sekar. Hingga sosok Andi membuatnya jatuh hati, namun kembali ia patah hati. Merantau ke kota untuk move on dari Andi. Namun kisah cinta yang rumit kian menanti. Pras s...