bab 2 ~Cowok yang Kutaksir

179 5 0
                                    

Selamat Membaca

Gimana gak ketawa Mi, bapak sendiri kok di bilang genderuwo. " Ujar bapak sambil geleng-geleng kepala.

"Bapak gak percaya sama Ami ya!" Jawabku cemberut.

"Ya udah sekarang kamu berdiri, ayo cepat pulang keburu besar hujan nya," ujar bapak santai.

"Tuh benerin dulu rok kamu, nyangkut di ranting! " Bapak berkata sambil nyengir.

"Hah!" Aku terkejut, dengan cepat kuperiksa rok ku. Benar saja ternyata nyangkut di ranting yang sedikit patah dari pohonnya.

Jadi bukan ditarik genderuwo rupanya. Rasanya aku malu setengah mati pada bapak.

"Tuh kan, bukan gara-gara genderuwo. Tapi nyangkut di ranting!" Ledek bapak.

Aku tersenyum malu.

"Tapi bener loh pa tadi Ami lihat
ada makhluk di bawah pohon beringin itu." Bela ku sewot.

"Itu bapak Mi, tadi bapak mau jemput kamu. Bapak  sengaja berdiri di bawah pohon besar itu supaya gampang liat kamu nya." Jelas bapak. Dengan masih menyisakan tawa mengejek padaku.

"Tapi kenapa harus nunggu nya di sana segala sih pak."  Cibirku kesal.

"Udah jangan menggerutu terus, hujan makin deras!"Tapi kenapa juga  kamu sampai bisa - bisanya berpikir ada genduruwo?" Tangan bapak sambil geleng-geleng kepala heran.

"Nggak tau juga sih. he..he...! " Aku nyengir, malu sebenarnya.

"Makanya jangan kebanyakan nonton film horor! Jadi parno kan kamu." Ledek bapak. Aku hanya mengerucutkan bibir.

Kami Pun dengan cepat melangkahkan kaki, hujan semakin deras saja. Meski memakai payung, tetap saja baju kami basah.

Sesampainya di rumah, ibu sudah menunggu kami.

"Mi cepat ganti baju, basah gitu!" Ujar ibu, mengingat kan ku. Aku mengangguk dengan cepat.

Aku segera menuju ke dalam kamar dan mengganti pakaianku yang kehujanan.

Perutku rasanya lapar sekali. Aku segera ke dapur mencari sesuatu yang bisa kumakan.

Klotek klotek

Terdengar bunyi perabot dapur beradu saat aku mencari makanan.

"Nyari apa Mi?" Tanya ibu yang tiba-tiba saja sudah ada di ambang pintu dapur.

"Ini Bu, aku lapar." Jawabku dengan sengaja suaraku dibuat lemah, untuk mendramatisir keadaan, heheh.

"Isss lebay." Ibu terkekeh, sudah tahu kebiasaan anaknya yang suka mendramatisir keadaan.

Aku nyengir.

"Mau mie instan?" Tanya ibu.

"Mau mau!" Jawabku antusias, mie instan adalah makanan kesukaanku.

"Tuh di laci tempat ibu biasa menyimpan bahan makanan kering ada mie, sekalian ibu dan bapak masakin ya." Ujar ibu.

"Asiaaap!" Jawabku antusias.

Ibu geleng-geleng kepala, lalu pergi meninggalkanku.

Aku langsung mengambil mie instan kuah di laci, kemudian segera memasaknya.

Untukku tidak lupa aku tambahkan cabai rawit lumayan banyak, agar lebih puedeees. Maknyuss!

Setelah mie nya matang, segera ku bawa ke depan. Kami memakannya di teras rumah. Sambil menatap air hujan yang membasahi bumi.

Makan mie instan panas pedas dengan teh hangat untuk minumannya sungguh mantap bagiku.

Ditambah ini rebus yang masih hangat, hasil dari kebun sendiri. Nikmat apalagi yang kamu dustakan heheh.

Cinta yang Terhalang TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang