46- Foto Prewed

53 3 0
                                    

Ting tong

Beruntung, suara bel pintu terdengar nyaring.

Aku segera beranjak untuk membukakan pintu, kulihat sekilas sepertinya Kak Pras sangat kesal.  Mungkin kesal, karena kedatangan seseorang yang membuatnya gagal mendapatkan jawaban dariku.

Ceklek, pintu kubuka.

Tampak wajah tampan dan ceria seseorang yang sedang berdiri di depan pintu.

“Anda sudah sampai Tuan Dimas.” Aku segera mempersilahkannya masuk.

“Kenapa dia ada di sini?” tanyanya, saat kami sudah masuk

"Tidak tahu, tiba-tiba saja Kak Pras datang dan sepertinya sedang kurang sehat." Aku menjawab apa adanya.

"Kamu panggil di Kakak, sedangkan aku Tuan! sungguh tidak adil! panggil aku Kakak juga!" Tuan Dimas mendelikkan matanya.

"Iya, Kak Dimas!" jawabku malas.

Dia terkekeh, lalu aku mengajaknya ke ruangan dimana Kak Pras berada.

Kak Dimas langsung duduk di samping kakaknya itu, sedangkan aku duduk di seberangnya.

"Sakit itu di rumah, bukannya malah di rumah orang! sungguh merepotkan sekali!" Kak Dimas langsung saja mengomeli kakaknya itu.

Kak Pras tampak mendelikkan matanya, mungkin tidak suka dengan perkataan adiknya itu.

"Kamu ngapain kesini?" tanya Kak Pras dingin.

"Menjemputmu lah, bukankah kamu sedang sakit Kak?" Kak Dimas bertanya dengan nada kesal sepertinya.

"Hmm, aku yang mengirimkan pesan untuk menjemputmu Kak, soalnya aku khawatir dengan keadaanmu. Tadi suhu tubuh Kakak lumayan tinggi," dengan cepat, aku menyela perdebatan antara kedua adik dan kakak itu.

"Kenapa begitu? kamu tidak suka aku datang kemari?" mata Kak Pras mendelik padaku.

"Hem, bukan begitu Kak. Ini demi kebaikanmu, itu saja. Selain itu, kalau Nona Clarisa tau, dia bisa marah." Aku berusaha menjelaskan padanya.

"Kenapa dia harus marah? toh dia sendiri sudah tau, kalau aku tidak suka padanya! Dia bahkan tau, aku mencintaimu, dia nya saja yang tidak tau diri dan terus memaksakan untuk menjadi istriku!" Aku sungguh terkejut mendengar perkataan Kak pras.

Aku memposisikan diri berada di posisi Clarisa, pastinya akan sangat marah dan sakit hati jika mengetahui calon suaminya mencintai wanita lain, apapun alasannya.

Bahkan, kulihat Kak Dimas menggeram kesal sepertinya. Mungkin merasa jengkel mendengar perkataan Kak Pras.

"Jika kakak memang tidak mau menikah dengan Clarisa, batalkan saja perjodohan ini! katakan pada orang tua kita dan juga orang tua Clarisa dengan tegas! apa susahnya sih!" Tuan Dimas berkata dengan berapi-api.

Kak Pras tampak menatapku lekat.

Aku berusaha mengalihkan pandangan ke arah lain, tak mau bersitatap dengannya. Karena hanya akan memberi sejuta luka, dan membuatku rapuh.

Aku takut, hati ini tak kuat berpisah dengannya, yang ujung-ujungnya berbuat kesalahan dengan mengkhianati Clarisa.

Aku tidak mau menjadi pelakor!

"Hal ini sungguh rumit," suara Kak Pras terdengar sedih. Dia menatapku dengan tatapan sendu.

Aku balas menatapnya kali ini, kenapa ya hati ini rasanya begitu sakit bagai tersayat, saat tatapan mata kami bertemu.

"Kakak sendiri yang membuatnya rumit!" ketus Kak Dimas.

"Kamu tidak mengerti Dim, aku punya punya tanggung jawab besar. Aku bisa saja membatalkannya, tapi aku harus mempertaruhkan nama baik keluarga Wijaya. Dan aku tidak bisa melakukan itu." desah kak Pras. Selama berbicara, dia menatapku dengan tatapan penuh sesal, sedih dan begitu terluka.

Cinta yang Terhalang TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang