59-Ungkapan Cinta Andra

23 2 0
                                    

"Boleh saya melihat Aura?" tanyaku kepada Om Wigu, kali ini aku berkata dengan formal.

Om Wigu menatapku dengan dahi berkerut. Mungkin, karena mendengar cara bicaraku yang berubah formal kembali.

"Tentu, Aura di kamarnya." Om Wiguna berdiri, lalu melangkah duluan.

Sekar mengikuti Wiguna, begitupun dengan Andra dan Lisa.

Sesampainya di kamar Aura, mereka semua masuk dengan perlahan. Supaya tidak membuat anak itu terganggu.

Sekar duduk di sampingnya, membelai anak itu penuh sayang. Bukan hanya anak Wiguna, tetapi anak itu adalah keponakannya juga.

"Semoga lekas sembuh anaknya Om, " ujar Andra dan Lisa. Mereka turut kasihan pada anak tapa ibu itu.

Sekar memang sudah mengatakan kepada mereka, tentang ibunya Aura yang sudah meninggal.

"Terimakasih," ujar Wiguna kepada mereka semua.

Andra memerhatikan gerak-gerik Wiguna dengan waspada. Dia merasa ada sesuatu dari cara Wiguna menatap Sekar, dan dia tidak suka hal itu.

"Sekar, Sasa hanya bekerja disini. Aku tidak bisa datang ke kantor dalam beberapa hari ini, aku tak tega meninggalkan Aura hanya dengan pengasuh saja. Itu beda lagi kalau kamu yang menjadi pengasuhnya," ujar Wiguna dengan pelan.

Sesekali, dia menatap Sekar. Namun tidak lama, karena dia segera memalingkan wajahnya.

Sekar terdiam, apa Wiguna sedang memintanya menjaga Aura selama sakit secara halus? Itu yang sedang Sekar pikirkan saat ini.

"Bisa kah kita bicara berdua saja?" ujar Wiguna, dia melirik Andra dan Lisa sekilas.

Andra tidak suka mendengarnya, tapi Lisa menarik tangannya dan membawanya keluar dari kamar Aura.

"Lis kenapa menarikku keluar sih," desis Andra kesal. Saat mereka sudah berada di luar kamar.

"Masa kamu gak peka sih apa maksud Om Wiguna,dia itu meminta kita keluar dulu," jawab Lisa sedikit kesal, ya dia cemburu pada Sekar sebenarnya. Tapi, hubungan pertemanan tidak akan membuatnya membenci Sekar. Dia tulus berteman dengan Sekar.

Andra mengembuskan napas kasar. Dia merasa takut kalau Wiguna menyatakan perasaannya kepada Sekar, dia merasa Wiguna menyukai Sekar. Jadi, hal ini membuatnya tak nyaman.

Tapi mau tidak mau, dia pun pergi mengikuti Lisa turun.

Mereka memutuskan menunggu di teras sambil berbincang.

Sedangkan, Sasa saat ini sedang berada di ruang kerja Wiguna. Dia masih menyelesaikan beberapa pekerjaannya sebelum kembali ke kantor.

Kamar Aura

"Ada apa Om?" tanya Sekar, kini mereka sudah duduk berhadapan di sisi tempat tidur.

"Sekar, Sasa hanya sekertarisku sekaligus teman lamaku." Wiguna menatap lekat ke arah Sekar dengan tatapan yang tak biasa.

Sekar mendongakkan wajahnya sekilas, lalu buang muka ke arah lain.

"Iya, untuk apa juga Om mengatakannya padaku," jawab Sekar datar. Dia tidak tau kenapa hatinya merasa sedih dan kesal saat ini kepada Wiguna.

Wiguna meraih tangan Sekar, menggenggamnya erat dan menautkan jemari tangannya. Membuat Sekar merasa heran dengan apa yang Wiguna lakukan.

"Om!" Sekar berusaha melepaskan tautan jarinya dari Wiguna.

Tapi, Wiguna malah mengeratkannya.

Sekar jadi merasa bingung.

"Om jangan begini," ujar Sekar gelisah.

Cinta yang Terhalang TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang