(Pov Author)
Sekar sedang memikirkan apa yang akan diminta Clarisa, dia menatap Clarisa lekat penuh rasa penasaran.
Hatinya berdebar keras, dia deg-degan Luar biasa.
“Pras tak pernah menyentuhku sampai saat ini, dia begitu dingin padaku. Dia masih mencintaimu dan tak mau membuka hatinya untukku, baju tau itu.” Clarisa mengusap pipinya yang basah karena lelehan air mata yang terus mengalir tanpa bisa dicegah.
Sekar menghela napas panjang dan menghembuskannya dengan pelan. Ada rasa iba pada wanita cantik di hadapannya ini, tapi dia memilih diam tanpa menyela.
“Apa kamu masih mencintai Pras?” tanyanya dengan sedih, matanya menatap Sekar penuh kesakitan.
Sekar tentu saja terkejut dengan pertanyaan Clarisa, dia menggelengkan kepalanya cepat.
“Aku sudah membuang Kak Pras dari dalam hatiku sejak tau dia akan menikah,” sahut Sekar cepat.
“Bohong, kamu pasti bohong Sekar! Mana mungkin move on secepat itu, hahaha.” Clarisa tertawa, tapi Sekar bisa merasakan tawa itu penuh kesedihan.
Sekar diam saja, Clarisa terlihat menyedihkan. Dia terlihat begitu terpuruk saat ini, Pras sepertinya sudah membuat hatinya nya benar-benar terluka.
“Sialan kamu Kak Pras!” jerit Sekar dalam hati, dia tak tega melihat wanita lain disakiti hatinya. Apalagi dirinya yang dijadikan alasan, huuuuuh.
“Aku saja sulit move on Sekar, sangat sulit,” lanjut Clarisa, dia menatap Sekar penuh rasa tidak percaya.
Sruuut
Sekar menyeruput minumannya sampai tandas. Karena memang tinggal sedikit.
Sekar sendiri merasa bingung pada dirinya sendiri, dia selalu begitu cepat move on.
Waktu patah hati gara-gara Andi lu contohnya, dia hanya sedih dan terus menangis selama seminggu. Setelahnya, dia biasa saja. Dalam waktu tidak lebih dari sebulan, rasa itu sudah pergi.
Tentang Pras, dia pun merasa sudah biasa saja. Santai, mungkin dirinya memang sudah move on. Meski tak dipungkiri, jika bertemu dengan pria itu hatinya sedikit masih deg-degan.
Tapi, tak separah dulu berdebar atau deg-degannya.
“Aku sudah move on nona Clarisa,” ujar Sekar. “Aku juga bingung sih kenapa secepat itu, mungkin karena Kak Pras bukan cinta sejatiku,” lanjut Sekar serius.
“Apa? Bukan cinta sejati? Ada-ada saja kamu Sekar, lalu siapa cinta sejatimu? Om Wiguna?” ceplos Clarisa penuh selidik.
Sekar tersenyum canggung, bingung menanggapi perkataan Clarisa sebenarnya.
Clarisa terus saja melayangkan tatapan penuh selidik kepada Sekar.
“Hahah, kamu ada-ada saja Nona Clarisa.” Sekar tertawa menanggapi pertanyaan Clarisa.
“Tapi aku bisa melihat kalau kamu menyukai Om Wiguna, benar kan perkataanku?” tersenyum penuh makna.
“Jangan ngaco deh,” memutar bola mata malas.
Mendengar nama Wiguna, Sekar jadi teringat dia dan juga Aura.
“Sedang apa mereka sekarang, sudah lama tidak bertemu,” gumam Sekar.
“Kok ngelamun? Kamu kangen dia ya, sayangnya dia sudah kembali ke kotanya. Ya setelah acara resepsi menyedihkan itu, dia langsung pulang.” Clarisa merasakan hatinya berdenyut nyeri, kala mengingat acara resepsi itu.
Pras suaminya, malah memeluk Sekar. Dia sungguh merasa dipermalukan secara nyata.
“Masalah itu, maafkan aku Nona. Ini di luar kendaliku,” jawab Sekar, dia merasa tak enak hati.
Tapi, dia benar-benar ingin bertemu Wiguna dan Aura. Begitu banyak hal yang mengganjal di hatinya. Terutama masalah Aura.
“Itu sudah berlalu, sudahlah. Oh ya, panggil aku Clarisa saja, jangan panggil nona lagi oke.” Clarisa tersenyum tulus, Sekar mengangguk.
“Jadi tujuanmu memanggilku apa?” tanya Sekar, dia penasaran juga sebenarnya.
Clarisa mendesah. Dia menghela napas dalam dan menghembuskannya perlahan.
“Sekar maukah kamu berteman denganku, lupakan tentang hubungan kita di masa lalu. Hubungan antara, aku, kamu dan Pras.” Clarisa menatap Sekar lekat. Dia berharap Sekar mau berteman dengannya.
Sekar merasa bingung, masa menolak pertemanan. Itu kan seperti dirinya itu sombong saja, lagian Clarisa sepertinya baik juga, ya meski sudah merebut Pras darinya.
Tapi, mereka kan dijodohkan. Tapi, Clarisa juga seharusnya menolak dong, setelah tau kalau Pras itu miliknya. Sekar malah jadi melamun.
“Apa kamu tidak mau jadi temanku?” Clarisa memasang raut wajah kecewa.
“Eh, bukan seperti itu. Aku mau kok jadi teman kamu,” sahut Sekar cepat, tak mau dibilang sombong.
Masa anak kampung, nggak kaya juga, sombong pula. Kan nggak bagus kedengarannya! Hadeh.
Clarisa tersenyum senang. “ Mulai sekarang kita berteman ya,” ujarnya tersenyum ceria.
Sekar balas tersenyum.
“Sebagai teman aku mau curhat sama kamu,” ujar Clarisa.
Nah, Sekar mulai pasang telinga. Dia menajamkan pendengarannya, hatinya mulai berdebar kencang. Jantungnya mulai dag dig dug gak karuan, takut Clarisa mengatakan sesuatu tentang Pras, dan dirinya dilibatkan.
“Pras tidak pernah menyentuhku sampai sekarang Sekar,” ujar Clarisa, raut wajahnya berubah mendung.
Sekar menghela napas sepelan mungkin, ingin menyela tapi itu tidak sopan. Jadi dia diam menyimak saja sampai tiba waktunya angkat bicara.
“Dia selalu bilang tak mau menyentuh wanita yang tidak ia cintai, dia masih belum membuka hatinya untukku. Dia selalu bilang hanya mencintaimu, Sekar.” Clarisa mulai menyeka sudut matanya yang berair.
Pras selalu saja bersikap dingin dan menorehkan luka untuknya.
“Jadi aku harus bagaimana Risa, aku tak punya kuasa apa pun. Ini masalah rumah tanggamu, tolong jangan libatkan aku.” Sekar mulai angkat bicara, dia merasa Clarisa sedang berpikir ini semua salah dirinya.
“Kamu punya kuasa itu Sekar, temuilah Pras. Bujuklah dia agar membuka hatinya untukku, katakan kalau kamu sudah move on dan punya pacar, agar dia berhenti memikirkanmu.” Clarisa menatap Sekar dengan tegas.
“Hahaha ada-ada saja kamu ini, aku sudah tak mau berhubungan dengan Kak Pras. Apalagi menemuinya, yang ada dia nanti berpikir, kalau aku masih menyukainya, ck ck kamu sungguh keterlaluan.” Sekar kesal atas pemikiran Clarisa.
Dia sampai menggelengkan kepala, dan mengembuskan napas kasar.
“Sekar, aku yakin kamu bisa melakukannya. Sekar, ini tidak sulit bagimu, kamu hanya perlu bilang kata berpisah selamanya dan kamu akan menikah dengan pria yang kamu cintai, kamu punya pacar kan sekarang?”
Clarisa menatap Sekar lekat.
Sekar jadi bingung, sampai saat ini dirinya masih jomlo. Dia nyengir kuda, menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi.
Pria yang dia kenal dekat ya Cuma Pras, Wiguna dan Andra, tak ada lagi yang lainnya.
“Oh tidak, kamu jomlo?” tanya Clarisa lagi.
Sekar mengangguk pasti. “Heheh, iya aku jomlo,” malu sebenarnya harus mengakui itu.
“Kenapa jomlo, kamu kan cantik. Pras saja sampai tergila-gila padamu.” Clarisa tersenyum mengejek.
“Ya mana aku tau,” jawab Sekar malas.
“Atau kamu memang beneran menunggu Pras?” Clarisa mulai waspada, matanya memicing mencari kejujuran dari gestur tubuh Sekar.
“Astagfirullah, kamu kok berpikir begitu. Ya enggaklah,” sahut Sekar cepat.
Mereka pun berbincang lumayan lama, yang hanya berfokus pada satu topik. Yaitu Clarisa meminta Sekar menemui Pras, untuk membicarakan hubungan diantara mereka bertiga.
Hingga akhirnya, Sekar mohon diri untuk pulang. Clarisa mengantarkan Sekar sampai apartemen, tapi menolak mampir dengan alasan ada suatu urusan.
Apartemen
Sekar sudah makan malam, dan sekarang sedang bersantai sambil nonton acara TV. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam.
Ting tong, terdengar suara bel berbunyi.
Sekar melihat jam di ponselnya. “Jam delapan lewat sepuluh,” gumamnya.
“Siapa yang bertamu malam-malam begini?” Sekar merasa bimbang untuk membuka pintu.
Tapi, akhirnya dia memutuskan untuk membuka pintu juga.
Ceklek
Pintu terbuka sedikit, Sekar melongokkan kepalanya ke celah pintu yang sengaja ia buka sedikit.
Dia terkejut saat melihat siapa tamu itu. “Kak Pras!”
Pras tersenyum ceria, langsung mendorong pintu dengan lebar. Dan nyelonong masuk meski belum dipersilahkan.
Sekar tak bisa berkutik lagi, akhirnya dia mengikuti Pras.
Pras duduk di ruang santai, di atas karpet dimana tadi Sekar nonton TV sambil baringan.
“Ke ruang tamu aja Kak,” ujar Sekar malas.
“Disini saja, lebih santai,” jawab Pras.
Sekar menghela napas gelisah, dia duduk lesehan berhadapan dengan Pras.
“Kamu semakin cantik saja Sekar,” ucap Pras, bibirnya tersenyum penuh arti.
Tangannya terulur hendak menyentuh pipi Sekar.
Sekar segera menepis tangan Pras. “ Jangan begitu Kak!”
Pras tertawa renyah, “ Hahahah, aku tau kamu merindukanku sama seperti aku merindukanmu Sekar!” ujarnya, dengan nada penuh penekanan dan mata yang menatap Sekar tajam.
Huuuh, Sekar mengembuskan napas kasar.
“Mau apa kemari? Katakan secepatnya, aku tidak mau Clarisa salah paham!” ketus Sekar.
Pras menggeser duduknya, hingga semakin dekat dengan Sekar.
Sekar semakin gelisah, apalagi dia tau kalau Pras itu suka menyosor. Ya dia tau itu dulu, saat mereka sama-sama dimabuk cinta.
“Aku rindu kamu, tak ada alasan lainnya.” Pras menggenggam tangan Sekar.
Sekar berusaha melepaskan tangan Pras, tapi kalah tenaga.
“Diamlah, atau aku benar-benar akan menanam benihku padamu,” ujar Pras sambil menyeringai licik, membuat Sekar ketakutan.
Pras tersenyum licik melihat raut ketakutan Sekar.
“Apa kamu sudah punya pacar?” tanya Pras tegas.
Refleks Sekar menggelengkan kepalanya.
“Belum,” jawab Sekar cepat.
“Bagus, aku tau kamu pasti menungguku kan?” tanya Pras senang, dia mengecupi punggung tangan Sekar.
Glek
Susah payah Sekar menelan salivanya, dia sudah salah bicara rupanya. Tapi sudah kadung, mana mungkin dia mengubah jawaban. Akhirnya Sekar diam, menunggu Pras akan bicara apalagi.
“Sekar tunggulah aku, aku tak akan menyentuh Clarisa. Aku akan membiarkan dia sampai bosan, jika tidak bosan juga. Aku akan membuat dia dianggap mandul, karena tidak hamil juga. Setelah itu, dia pasti akan tertekan.” Pras berkata tanpa beban.
Sekar sampai melotot mendengar perkataan Pras.
“Apa-apaan kamu Kak! Tega sekali memperlakukan wanita seperti itu!” Sekar sampai berteriak kencang, saking geramnya mendengar perkataan Pras.
“Itu salahnya sendiri, yang memaksakan diri terus mencintaiku,” lagi-lagi Pras berkata dengan santai seolah tanpa beban.
“Kamu keterlaluan kak, kamu jahat! Aku benci kamu!” pekik Sekar, ia makin marah.
Sekuat tenaga Sekar mengguncang tangannya, agar Pras melepaskan genggaman tangannya itu.
Tapi Pras malah semakin kuat menggenggamnya, hingga Sekar meringis kesakitan.
Tak mau melihat pujaan hatinya kesakitan, Pras melepaskan tangan Sekar.
“Kamu yang membuatku gila Sekar, menikahlah denganku sekarang juga. “ Pras menatap Sekar dengan lembut, penuh kasih sayang.
“Kamu yang tak bisa menolak perjodohan itu dulu, sekarang malah menyalahkanku, keterlaluan!” Sekar menatap pria yang pernah singgah dihatinya itu dengan kesal.
“Aku tak punya pilihan saat itu,” jawab Pras penuh sesal.
“Dan sekarang punya?” Sekar tertawa mengejek.
“Iya,” jawab Pras, matanya masih menatap Sekar lekat.
“Apa? Pilihan apa?” Sekar kembali tertawa mengejek.
“Kamu menjadi istri keduaku,” jawab Pras, dengan senyuman penuh damba.
“Kamu sudah gila Kak! Pulang sana, aku mau istirahat!” usir Sekar, dia bahkan menarik tangan Pras.
Pikirnya, dia akan menyeret lelaki ini sampai ke pintu.
Tapi tentu saja gagal, mana kuat dia menyeret Pras yang tubuhnya tinggi besar itu.
Yang ada malah Sekar sendirilah yang terbawa jatuh, karena Pras sengaja menyentak tangan Sekar.
“Awww!” Sekar memekik kaget.
Pras langsung mengungkangnya dari atas.
“Sebelum pulang, beri aku satu kecupan penuh cintamu Sekar. Aku merindukanmu, sangat merindukanmu,” ujar Pras, dengan wajah yang sudah semakin mengikis jarak.
Sekar panik, dia berusaha mendorong dada Pras dengan tangannya.” Jangan ngaco deh, pergi sana!” ketus Sekar.
“Aku serius.” Pras sudah terbakar gairah.
“Tidak mau!” sebenarnya Sekar ingin lari saat ini, sayangnya Pras mengunci kakinya dengan kedua kaki Pras yang sengaja dijepitkan ke kakinya.
Bukk
Saat ada kesempatan, karena Pras terlalu fokus memerhatikan bibir merah delima Sekar, membuat ia lengah.
Sekar berhasil memukul hidung Pras dengan cukup kuat.
Werr
Darah segar menetes banyak dari hidung Pras, hingga ikut membasahi wajah Sekar.
“Aaa, darah!” pekik Sekar kaget.
Pras yang terkejut, bercampur kesakitan langsung saja menggulingkan tubuhnya dan memegangi hidungnya.
Untung saja dia sangat mencintai Sekar, sehingga ia tak marah besar atas kelakuan Sekar.
“Maaf kak, aku tidak bermaksud begitu.” Sekar merasa bersalah.
Pras diam saja, dia sedikit marah sebenarnya.
Dengan cepat Sekar berlari ke kamar mandi, mencuci wajahnya. Lalu, membawa air hangat dan kain untuk membersihkan darah dari hidung Pras.
Dengan telaten, Sekar mengobati dan membersihkan darah yang memenuhi wajah dan dada Pras.
“Kepalaku pusing Sekar,” ujar Pras jujur.
Sekar meminta Pras berbaring di kamar Amar, dia pun meminta Pras ganti baju dengan memakai pakaian Amar yang memang ada disini.
Pras bahagia, karena merasa diperhatikan Sekar. Dia beranggapan, perhatian ini sebagai bentuk kasih sayang Sekar untuknya.
Sekar memberi Pras obat sakit kepala. Mungkin efek dari obat yang diminumnya, hingga Pras tertidur begitu nyenyaknya.
Satu jam kemudian, terdengar suara bel di apartemen Sekar.
Sekar bergegas membuka pintu. Ternyata, Dimas yang datang.
“Ada apalagi sih?” ketus Dimas, dia nyelonong masuk.
“Mana kakakku?” tanyanya.
Sekar segera menutup pintu.
“Di kamar lagi tidur,” jawab Sekar.
“Apa? Kalian ada main?” Dimas melotot.
“Buruk amat pikiranmu! Kakakmu sakit kepala Kak, aku memberinya obat. Mungkin pengaruh obat, jadi dia tidur." Sekar menjawab dengan nada jengkel.
Eh Dimas Cuma mangut-mangut seperti boneka dasbor mobil.
“Aku lapar, baru pulang kerja. Numpang makan ya, heheh.” Dimas cengengesan.
Sekar menatapnya malas,” Sultan kok minta makan sama rakyat jelata,” tapi kakinya melangkah menuju dapur.
Dimas tertawa mendengar cibiran Sekar.
Sekar membuatkan Dimas mie instan goreng dengan toping telur rebus di atasnya, karena malas masak yang susah-susah.
“Maaf ya Cuma bikinin mie aja, heheh.” Sekar tersenyum malu-malu.
“Idih pelit amat Cuma ini,” ujar Dimas, tapi wajahnya terlihat senang.
Sekar hanya mengerucutkan bibir dibilang pelit.
Dimas makan dengan lahapnya, setelah makan mereka berbincang lumayan lama.
“Hoamm, aku ngantuk. Kalian cepetan pada pulang sana. Ini udah malam, “ ujar Sekar mengusir.
Dia merasa tidak nyaman ketika ada dua laki-laki di rumahnya, apalagi mereka berdua bukan kerabatnya.
“Ck nginep aja disinilah, aku malas nyetir udah ngantuk juga nih.” Dimas pun menguap.
Karena merasa kasihan dan tidak enak, akhirnya Sekar mengizinkan.
Dia meminta Dimas tidur di kamar Pras.
Dengan cepat, Sekar masuk ke kamarnya dan mengunci pintu, takut Pras tiba-tiba menghampirinya malam-malam. Dia itu kan mesum! Pikir Sekar.Bersambung...
Kisah Cinta Si Janda Kembang Episode 58 👇
Cerita mirastory lainnya 👇
Kunjungi juga Chanel YouTube resmi author mirastory 👇
1. mirastory chanel
2. mommira chanelTerimakasih
Salam
Mirastory
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Terhalang Takdir
RomanceMenjadi Janda di usia muda bukanlah keinginannya, tapi nyatanya itu terjadi pada Sekar. Hingga sosok Andi membuatnya jatuh hati, namun kembali ia patah hati. Merantau ke kota untuk move on dari Andi. Namun kisah cinta yang rumit kian menanti. Pras s...