"Kamu mencari apa?" Tanya Tuan Pras, sepertinya dia heran melihatku yang sedang celingukan.
"Tidak apa-apa tuan, saya cuma takut bapak marah kalau dekat -dekat dengan anda." Aku memang takut, lihat saja betapa horornya wajah bapak semalam.
"Kenapa marah? Kita kan tidak melakukan apapun yang salah, cuma mengobrol." Ujar tuan Pras dengan begitu santainya.
Memang benar sih apa katanya. Akhirnya aku menyimpan sapu, lalu duduk. Tapi tidak disampingnya, aku duduk di seberangnya.
"Ck ck jauh amat." Cibirnya, dia langsung pindah ke sisiku. Membuat gejolak dalam diri ini meronta.
Baper lagi, aku jadi baper lagi! Huuuh
"Aku mau tanya sesuatu?" Dari nada bicaranya aku tahu, dia dalam mode serius.
"Silahkan." Jawabku pelan, kenapa juga harus minta izin segala sih.
Tuan Pras menatapku lekat, aduh aku jadi salting begini ditatap pria seganteng dia. Pipiku mulai terasa memanas, ah semoga saja tidak merona. Jeritku dalam hati.
"Aku suka kamu, maukah kamu menjadi istriku?"
Aku syok mendengar perkataan tuan Pras, jantungku sampai berdebar begini seperti mau melompat keluar dari tempatnya. Aku sampai menutup mulutku dengan kedua telapak tangan.
Belum lagi hati ini, yang terasa berdebar tidak karuan. Aku pasti salah dengar.
"Kamu kenapa?" Tuan Pras mengguncang bahuku lumayan kuat.
"Hahaha, tidak apa-apa. Tapi sepertinya, saya sedang sakit telinga deh." Jawabku sambil mengorek -ngorek telinga dengan telunjuk.
Tuan Pras tersenyum, ah manis sekali senyumannya.
"Kamu tidak salah dengar Sekar. Dan telingamu tidak bermasalah." Ujarnya dengan senyuman khasnya yang begitu mempesona.
Membuatku terpana.
"Bisa anda ulangi perkataan anda?" Tanyaku ingin meyakinkan, bukan karena ingin pengakuan. Aku takut salah sangka, yang ada aku bisa malu kan.
"Maukah kamu menjadi istriku? Orang tuamu sudah merestui." Ujarnya serius.
Aku tidak percaya, masa ibu dan bapak langsung merestui padahal mereka belum mengenal tuan Pras dengan baik.
"Anda pasti bohong kan?" Ujarku tidak percaya.
Tapi dia malah tersenyum tipis.
"Aku tidak bohong. Satu lagi aku tegaskan, tolong jangan terus memanggilku dengan formal. Bukankah kamu sudah berjanji akan memanggilku kak, juga menggunakan aku dan kamu." Dia menggenggam tanganku.
Nafasku tiba-tiba saja sesak, bukan karena asma. Tetapi begitu gugup di pegang tuan muda tampan kaya raya terlebih aku menyukainya. Padahal dulu kami pernah berciuman, eh ralat dia yang sudah menciumku tanpa izin.
"Jadi apa Jawabanmu?" Tanyanya sedikit berbisik di telingaku.
Aku merasakan bahagia mendengarnya, ingin rasanya aku berteriak heboh dan berkata. Aku terima! Tapi ternyata tidak sesuai ekspektasi, aku malah gugup. Mungkin karena kelewat geer bin baper sepertinya.
"Apa kamu mau menjadi istriku?" Tanyanya lagi. Kali ini lebih berbisik lagi, bahkan bibirnya hampir menyentuh telingaku. Hingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang hangat.
"Sa, Hem aku…" ingin kumaki diri sendiri, karena lidah ini tak mampu berucap saking gugupnya.
Akhirnya aku hanya mengangguk pelan saja dengan wajah yang menunduk dan mata menatap jari kakiku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Terhalang Takdir
RomanceMenjadi Janda di usia muda bukanlah keinginannya, tapi nyatanya itu terjadi pada Sekar. Hingga sosok Andi membuatnya jatuh hati, namun kembali ia patah hati. Merantau ke kota untuk move on dari Andi. Namun kisah cinta yang rumit kian menanti. Pras s...