Aku menepis tangan Kak Dimas, dan Kak Dimas melepasnya dengan muka cemberut.
Kak Dimas membawaku masuk ke dalam lift, ternyata Kak Pras pun masuk ke dalam lift yang sama.
Suasana terasa canggung, apalagi saat mata Clarisa terus saja memindaiku dengan mimik kurang suka.
Aku beberapa kali menghembuskan nafas dalam, kenapa sih rasanya lama banget menuju ke lantai dimana studio foto Kak Dimas berada, gerutuku dalam hati.
Tanpa sadar, aku menggenggam erat tangan Kak Dimas. Karena, aku masih sedikit takut kalau naik lift.
Kak Pras menatapku dengan dingin, tatapan matanya terpancang ke arah tanganku yang menggenggam erat tangan Kak Dimas.
Aku jadi salah tingkah, lalu memalingkan wajah ke arah lainnya.
Kudengar suara Kak Pras yang mendengus, meski pelan.
Saat suasana terasa canggung dan tidak mengenakan, Kak Dimas malah terlihat santai dengan headset bluetooth di telinganya. Mungkin sedang mendengarkan musik, dasar!
Ting
Aku bisa bernafas lega, saat lift berhenti. Kami keluar satu persatu, dan berjalan sebentar sebelum pada akhirnya sampai di studio Kak Dimas.
"Sekar kamu duduk saja dulu di sana ya, " ujar Kak Dimas.
Aku mengangguk, lalu duduk di sebuah kursi yang tadi ditunjuk Kak Dimas.
Sedangkan Kak Dimas memberikan instruksi kepada orang yang mungkin asistennya.
kulihat Clarisa dan Kak Pras masuk ke ruangan berbeda, yang sepertinya ruangan ganti.
Karena saat mereka keluar, mereka sudah ganti pakaian dengan memakai pakaian pengantin, begitupun riasan Clarisa yang membuatnya terlihat sangat cantik.
Rupanya, ada penata rias yang sudah stand by di sana.
Kak Dimas menghampiriku sebelum acara pemotretan dimulai.
"Sekar kamu tidak apa-apa kan?" tanyanya dengan raut cemas, sepertinya.
Aku tersenyum bingung, "Memangnya kenapa?"
"Kamu sanggup melihat ini semua?" Dia menggenggam tanganku dan melirik ke arah Kak Pras dan Clarisa yang sedang mendengarkan arahan dari asisten Kak Dimas.
Aku akhirnya paham maksudnya.
"Aku sudah move on kalee!" menjulurkan lidah sambil tertawa, kalau aku tidak sanggup melihat ini semua mana mungkin aku bersedia membujuk, bahkan ikut ke tempat ini.
"Hahaha, dasar! Semoga benar perkataanmu itu." Kak Dimas tergelak, mencubit pipiku dengan gemas sepertinya, lalu pergi meninggalkanku dan mulai melakukan sesi pemotretan.
Aku melihat ke arah Kak Pras dan Clarisa, ternyata dari kejauhan Kak Pras tampak sedang menatapku dengan tatapan dingin.
"Siap! Oke ayo kita mulai sesi pertama!" ujar Kak Dimas dengan penuh semangat.
Aku memperhatikan mereka dari tempat dudukku.
Clarisa memakai gaun pengantin warna putih dengan belahan dada rendah, bagian depan gaunnya sedikit lebih pendek jika dibanding bagian belakang gaun yang panjang menjuntai menyapu lantai.
Sementara, Kak Pras begitu tampan dan gagah dengan setelan tuxedo warna putihnya.
Sesaat aku sempat berkhayal, kalau akulah yang menjadi pengantin wanitanya.
Bibirku tersenyum lebar, namun aku segera sadar dan menggelengkan kepalaku untuk mengenyahkan pikiran macam-macam dari otakku.
Untuk sesi pertama, pose Kak Pras dan Clarissa saling berhadapan dengan tangan saling menggenggam di simpan di dada. Mata mereka saling menatap. Posisi mereka sangat rapat hingga hidung mereka nyaris bersentuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Terhalang Takdir
RomanceMenjadi Janda di usia muda bukanlah keinginannya, tapi nyatanya itu terjadi pada Sekar. Hingga sosok Andi membuatnya jatuh hati, namun kembali ia patah hati. Merantau ke kota untuk move on dari Andi. Namun kisah cinta yang rumit kian menanti. Pras s...