29 - Bertemu Kak Andi

50 1 0
                                    

"Ami bagaimana kabarmu?" Kak Andi mengulurkan tangannya.

Aku masih gugup dan malah menatapnya dengan perasaan tak karuan. Aku yakin bukan cinta, hanya saja aku terkejut. Karena tiba-tiba saja dia datang menghampiriku.

"Sekar!" Kak Pras menepuk bahuku, menyadarkanku dari rasa terkejut.

Aku menoleh ke arah Kak Pras sekilas, lalu tersenyum malu-malu.

Aku kembali menatap ke arah kak Andi. "Tadi Kak Andi tanya apa?" Tanyaku bodoh.

Kak Andi tersenyum manis, ah dia memang begitu sejak dulu. Ramah dan murah senyum.

"Apa kabarmu?" Katanya.

Mungkin tadi dia bertanya itu, kenapa tadi tiba-tiba saja otakku terasa bleng sih. Makiku dalam hati.

"Baik kak, Alhamdulillah." Jawabku dengan senyuman, senyuman yang mengandung bawang Bombay.

Walau bagaimanapun, Kak Andi orang yang pernah aku sukai. Kenapa? Ya karena selain ganteng dan tidak sombong. Dia juga rajin mengaji dan sholat di masjid.

Ah imam yang sempurna untukku di kala itu. Tapi semuanya sudah berakhir, aku berusaha merasakan debaran di hati dengan menyebut nama Kak Andi di dalamnya.

Dan zonk, tidak aku rasakan apa-apa. Mungkin memang kak Andi sudah tidak ada dihati ini. Aku mengucap syukur dalam hati, itu artinya aku sudah move on.

Kak Andi tersenyum ramah dan hangat, mengulurkan tangannya kepadaku. Aku menyambutnya dengan senang hati, seperti yang aku katakan tadi. Bukan karena aku masih ada rasa, tapi sebagai bentuk sopan santun hanya itu saja.

Kudengar Kak Pras mendengus di sampingku. Aku meliriknya sekilas, dia juga melirikku. Dia tampak mencebikkan bibirnya, aah sungguh menggemaskan. Deg hati ini tiba-tiba saja berdebar keras, sepertinya hati ini beneran jatuh cinta kepadanya.

Kadang aku kesal kepada diri ini. Karena terlalu gampang jatuh cinta, apalagi kepada cowok ganteng.

"Dia siapa?" Tanya Kak Andi. Dengan senyuman yang tidak pernah luntur.

"Hemm." Aku bingung mau jawab apa. Masa langsung kubilang dia calon suamiku, kan belum tentu orang tuanya setuju.

Disaat aku sedang memikirkan harus menjawab apa. Tiba-tiba saja Kak Pras maju ke depan dan mengulurkan tangannya kepada Kak Andi.

"Aku Pras, calon suaminya Sekar." Ujarnya, santai sekali dia bicara seperti di pantai.

Aku terkejut, Kak Pras mengakui hubungan kami. Aaah, aku autho salto dalam hati. Berteriak girang dan seolah terbang ke angkasa. Ingat hanya dalam hati. Hehehe, mana berani aku teriak -teriak di depan dua cowok ganteng ini.

Nanti bisa-bisa dikira gila, hehehe.

"Calon suami?" Kak Andi terkejut, raut wajah yang tadinya ceria. Sekarang berubah muram, ada apa dengannya? Ah kok aku jadi tak enak hati ya.

"Selamat untuk kalian." Kak Andi tersenyum, meski ada gurat sedih didalamnya.

Kenapa dia harus sedih? Jangan-jangan dia mau menjadikanku istri keduanya. Kupukul kepalaku sendiri cukup keras, atas pikiranku yang ngawur ini.

Sontak kedua cowok ganteng di hadapanku ini melihat ke arahku.

"Kamu kenapa?" Tanya mereka kompak.

Aku hanya menggeleng dengan senyuman malu, ah aku sungguh malu sekali dengan kelakuanku ini.

"Apa kamu sakit kepala?" Kak Andi yang bertanya, Dia memang perhatian.

"Tidak, dia sepertinya sedang berpikir hal aneh-aneh." Nah kalau yang ini Kak Pras, masih saja sama suka mencibir pedas. Padahal aku ini calon istrinya kan! Eh udah kepedean aja aku, hehehe.

Cinta yang Terhalang TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang