BAB 71 - Menepi

1.5K 222 48
                                    

Hollaaaa
Welcome to part 71✨
YUHUUU

Apa kabar?
Udah siapkan hati?
Semoga kalian selalu bahagia ya

Don't forget to vote, please!
Vote and comment 💖

Maka, kisah ini terus berlanjut.

Happy Reading ❤️
Happy Birthday ❤️
Have a nice day ❤️

ENJOY YOUR LIFE
BOOM!!!
.
.
.

Maura berbaring di ranjang dengan tatapan kosongnya serta satu tangan yang bergerak lembut mengusap-usap perutnya. Selepas perdebatan hebat antara dirinya dengan Alka, kini Maura memilih mengurung dirinya di kamar karena Alka yang tiba-tiba pergi meninggalkan dirinya sendirian. Meski diam dengan tatapan kosongnya, namun air mata yang membasahi pipinya terus menerus mengalir deras. Maura sadar bahwa percuma saja ia menangisi sosok suaminya sampai lelah, pasalnya Alka tetap memilih pergi ke kantor daripada memikirkan perasaan Maura saat ini. Usapan lembut tangan Maura pada perutnya tiba-tiba berubah menjadi remasan kasar seolah ia menyiksa dirinya sendiri yang gagal memberi Alka keturunan.

"Kalo Alka mau egois gue harus gimana?" gumam Maura memikirkan nasibnya.

"Gue nggak mau lo nikah lagi, Bang. Dan jujur gue juga nggak mau pisah dari lo. Kenapa gue harus jatuh cinta sama laki-laki sebrengsek Alka?" tanya Maura pada dirinya sendiri.

Maura beranjak dari tidurnya lalu kakinya melangkah menuju meja rias dan duduk menatap pantulan dirinya di cermin. "Kalo gue nggak bisa hamil gimana? Dan satu-satunya cara yang bisa menyelamatkan masa depan keluarga Wijaya cuma Alka nikah lagi."

"Dipikir-pikir gue juga nggak hamil waktu pertama kali Alka nyentuh gue. Apa jangan-jangan gue beneran nggak bisa hamil nih? Ya Allah, sayang banget kalo anak secantik gue punya takdir kayak gini hiks hiks hiks," isak Maura ketakutan.

Maura berdiri menyamping lalu tangannya memegangi perutnya, mata Maura menatap kearah pantulan dirinya di cermin. "Hiks hiks hiks Maura lo kasihan banget kalo nggak bisa hamil hiks hiks hiks, lo bakal punya gelar gagal jadi perempuan."

Maura menyeka air matanya. "Body gue sebagus ini dan gue juga ngerasa sehat. Masa iya gue nggak bisa hamil? Ah gue nggak percaya,"

"Tapi...kan gue nggak tau gimana kondisi rahim gue" lanjut Maura lesu.

"Apa gue coba cek ke dokter kali ya? Tapi, gue juga nggak mau cek sendirian. Pokoknya gue mau cek kalo sama Alka! Enak aja gue sendirian padahal kan gue punya suami" gerutu Maura kesal sendiri.

Maura merapikan rambutnya lalu ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar dan memasuki lift. Selama berada di dalam lift, Maura menyandarkan tubuhnya karena ia merasa kelelahan selepas menangis.

Ting!

"Selamat pagi, Nyonya Maura."

"Pagi" balas Maura singkat langsung menuju meja makan.

"Jus mangga saya mana?" tanya Maura.

"Maaf, Nyonya. Tuan Alka melarang kami untuk memberi Nyonya jus mangga sementara waktu" jelas pelayan.

Maura terkejut. "Kok nggak boleh? Itu kan jus kesukaan saya."

"Tuan Alka bilang demi menjaga kesehatan Nyonya" sahut pelayan.

MAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang