BAB 73 - Keluh Kesah

1.1K 130 10
                                        

Hollaaaa
Welcome to part 73✨
YUHUUU

Apa kabar?
Udah siapkan hati?
Semoga kalian selalu bahagia ya

Don't forget to vote, please!
Vote and comment 💖

Maka, kisah ini terus berlanjut.

Happy Reading ❤️
Happy Birthday ❤️
Have a nice day ❤️

ENJOY YOUR LIFE
BOOM!!!
.
.
.

"Gue yang nyesel..." lirih Maura.

Alka tengah duduk melamun di balkon ditemani sebotol alkohol yang tersisa setengah. Tangannya bergerak mengisi gelas kosongnya dengan alkohol lalu meneguknya hingga tandas, ia berharap alkohol akan membantu pikirannya teralihkan namun tetap saja meskipun hampir menghabiskan satu botol ia masih terngiang-ngiang ucapan Maura. Ditambah lagi keduanya kembali berpisah kamar namun, kali ini atas permintaan Maura bukan Alka. Air mata laki-laki itu tiba-tiba menetes karena merasa takut Maura akan pergi meninggalkan dirinya.

"Brengsek!," maki Alka sembari menahan isakannya agar tak terdengar oleh siapa pun.

"Ngapain gue nangis? Kan gue yang salah" gerutu Alka kesal sendiri.

Isak tangis Alka semakin terasa mencekik, ia berusaha menahan isakannya namun entah kenapa ia ingin menangis keras. Alka ketakutan sendiri dengan ucapan Maura yang mengatakan menyesal menikah dengan dirinya.

"SHIT HIKS HIKS HIKS GUE NGGAK KUAT HIKS HIKS HIKS" isak Alka.

Alka menundukkan kepalanya membuat matanya menatap kearah lantai dan kepalanya langsung terasa berputar karena efek alkohol yang ia minum. Namun, bukannya berhenti ia malah kembali mengisi gelasnya dengan alkohol dan kembali meneguknya.

"BODOH!" maki Alka.

Kepala Alka menoleh ke samping menatap kearah botol alkohol yang tersisa satu gelas lagi lalu tanpa ragu ia menuangkan kedalam gelasnya, sebelum meneguk tangan Alka meremas erat gelas tersebut. "The last for tonight," lirih Alka lalu meneguknya.

Alka mulai kepanasan lalu ia melepas kaosnya. "Tahan bodoh!," maki Alka berusaha menahan dirinya untuk tetap sadar.

PLAK!

Alka menampar pipinya sendiri agar kesadarannya kembali.

"SADAR BEGO! LO KALO MABUK JADI BRENGSEK!" bentak Alka pada dirinya sendiri.

Mata Alka terpejam rapat dan ia mulai mengatur napasnya. "Maura...gue tau kalo gue suami yang brengsek dan gue juga gagal jadi suami lo. Lo masih kayak anak kecil sedangkan gue penjahat yang nyakitin anak sekecil lo,"

"Gue mau punya anak, Ra. Gue mau punya anak yang banyak biar rumah kita rame" lanjut Alka sambil meneteskan air matanya.

Alka memukul dadanya. "Hati gue sakit banget setiap mikirin kemungkinan lo yang nggak bisa kasih gue keturunan, Ra. Gue ngerasa gak sanggup lagi kalo rumah tangga kita jadi berantakan karena gue punya harapan besar,"

"Iya, Maura! Gue tau kalo gue salah banget selama ini sama lo. Kalo lo tanya gue mau apa gak punya keturunan dari perempuan lain? Jawaban gue ENGGAK MAURA ENGGAK! Gue gak pernah mau punya keturunan dari perempuan lain, gue cuma mau dari lo, Ra" ucap Alka sambil terisak.

"Gue brengsek banget karena gak bisa ambil keputusan sendiri, Ra. Gue minta maaf karena terlahir sebagai putra tunggal keluarga Wijaya yang masa depannya harus terus berjalan. Masa depan keluarga Wijaya ada di tangan gue, Ra. Kalo gue gak bisa punya keturunan gue harus gimana? Gue satu-satunya harapan keluarga Wijaya punya penerus" isak Alka semakin merasa sesak di dadanya.

MAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang