3

4.4K 233 54
                                    

Suasana hening mengisi atap sekolah dimana sekumpulan pemuda sedang saling bercengkrama satu salam lain kecuali Deva. Deva memilih tiduran dibandingkan berbicara bersama semua sahabatnya. Mereka sudah mengenal sifat dingin Deva.

"Atha lu sekolah belajar apa sih selama ini?" heran Sandy.

"Belajar seperti biasanya bang Sandy," ucap Atha.

"Hebat lu bisa loncat kelas satu sma padahal harusnya masih smp," puji Rian.

"Ah aku biasa saja kok Bang Rian," ucap Atha menggaruk belakang kepalanya.

"Jangan dipuji terus nanti dia terbang tuh hidungnya," ucap Leo.

"Astaga Bang Leo aku berbeda dengan daddy tahu!" protes Atha.

"Makan pake tempe gaya bener manggil daddy," ucap Sandy meledek.

"Kalian ini mengalahlah dengan yang lebih muda," ucap Irsyad.

"Biasalah mereka rada-rada gesrek maklumi aja," ucap Hamiz.

"Tuh batu es diem mulu lagi simulasi jadi tembok kali," tunjuk Sandy kearah Deva.

"Hm," gumam Deva.

"Nisa sabyan lu hm hm mulu!" pekik Rian.

"Tahu nih sifat lu kapan berubah seperti dulu lagi sih?" tanya Hamiz.

"Entahlah," ucap Deva.

"Kalian seperti kakak bagiku saja memiliki sifat yang berbeda," ucap Atha.

"Wajar kan atha paling muda diantara kami semua. Deva saja bisa satu kelas denganmu," ucap Irsyad.

"Jangan menyinggung perasaan Dev. Dia pasti sedang mendengarkan pembicaraan kita semua," ucap Hamiz.

"Dev!" panggil Leo.

"Apa?" tanya Deva.

"Lu gak mau ikutan tawuran antar sekolah akhir pekan ini?" tanya Sandy.

"Enggak," ucap Deva.

"Ada acara sama om Fahri?" tanya Atha.

"Iya," ucap Deva.

"Idih bilang aja lu mau porotin duit bokap kan," tuduh Rian.

"Sembarangan," ucap Deva.

"Hahahaha," tawa semuanya.

Deva menampilkan wajah datar dan pergi meninggalkan mereka semua begitu saja bahkan membanting pintu atap sekolah sangat keras. Deva badmood akibat ledekan dari semua sahabatnya tapi mereka sengaja melakukan itu semua demi melihat ekspresi lain dari Deva.

"Sulit cuy tantangan dari om Fahri," ucap Sandy.

"Bukan main tapi hadiah yang dijanjikan lumayan juga," ucap Rian.

"Bagus sih hadiah itu. Minta ke abang twins susah minta ampun," ucap Irsyad.

"Aku juga mau melihat Bang Deva tersenyum sekali-kali," ucap Atha.

"Jalankan rencana selanjutnya," ucap Leo.

"Gas!" pekik Sandy bersemangat.

"Jangan aneh-aneh ide kalian selanjutnya. Om Fahri cuma minta kita buat Deva tersenyum bukan untuk hal lain," peringat Hamiz.

"Siap pak ustadz!" pekik mereka semua.

Hamiz menatap jengkel mereka semua selalu saja begitu, padahal hanya mengingat mereka agar tidak terlalu keterlaluan menekan Deva.

Deva memasukkan kedua tangan ke kantong celana ingin mencari tempat sepi. Deva mendengar seseorang membentak orang lain tidak dipedulikan Deva sama sekali. Deva membalikkan badan saat mendengar suara tangisan seorang gadis. Deva memukul wajah seorang siswa yang terlihat menampar siswi lain.

Deva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang