Di garasi mobil ada Deva tengah duduk di kap mobil milik sang ayah Fahri. Fahri di depannya menghela nafas kasar melihat kelakuan Deva. Entah keinginan apalagi dari anak semata wayangnya ini.
"Kita ke Bogor!" pekik Deva.
"Cuacanya panas sekali Dev. Besok saja setelah subuh kita berangkat," bujuk Fahri.
"Mau sekarang!" pekik Deva.
"Nongkrong saja sama sahabatmu," ucap Fahri mencari alasan agar Deva melupakan keinginan dia.
"Mereka liburan tahu! Deva juga mau liburan akhir tahun!" pekik Deva.
"Dev papa lelah. Semalam baru pulang jam dua pagi. Mengerti ok," ucap Fahri.
Fahri pulang dini hari demi menyelesaikan semua pekerjaan dia. Deva diam saja dan melihat sekilas ada kantung mata menghitam di bawah mata Fahri. Deva turun dari kap mobil dan menarik tangan Fahri untuk masuk ke dalam rumah.
Deva mendorong tubuh Fahri masuk ke kamarnya. Fahri heran akan reaksi Deva. Deva tidak akan mengatakan apapun dan langsung pergi dari hadapan Fahri begitu saja. Fahri bisa melihat ada sedikit raut kekecewaan dari wajah putranya Deva.
"Aku takut terjadi kecelakaan di saat kondisiku mengantuk begini," ucap Fahri mengusak rambutnya kasar.
Deva kecewa tidak bisa liburan ke Bogor. Di satu sisi Deva tidak mau egois memaksa sang ayah pergi ke Bogor demi menuruti keinginannya. Deva ke dapur membuka kulkas ternyata bahan makanan masih banyak.
"Papa kelelahan kerja demi diriku," batin Deva.
Deva mengambil beberapa bahan makanan. Deva bisa memasak asal bahan makanan ada saja. Sekitar beberapa menit kemudian Deva selesai memasak. Hidangan yang dimasak Deva empat sehat lima sempurna. Menu sederhana saja terpenting Deva tulus memasaknya.
Deva mencari sesuatu setelah menemukan yang diperlukan Deva menaruh semua menu makanan di nampan tersebut. Deva berjalan dan mengetuk pintu kamar milik Fahri. Fahri membukanya sedikit terkejut akan tindakan Deva terhadapnya.
"Papa superhero terhebatku sehat terus ya. Dev bawa makanan untukmu. Maaf sederhana tapi Dev tulus kok memasaknya. Hehehe," ujar Deva diakhiri kekehan kecil.
Fahri terharu mendapatkan perhatian dari sang anak. Deva tersenyum lebar kearah Fahri. Fahri menghapus air matanya dan membantu Deva membawa makanan. Makanan ditaruh di meja kerja Fahri. Fahri memeluk tubuh tinggi Deva rasa harunya masih ada.
"Papa makan. Dev mau bobo dulu," ucap Deva membalas pelukan Fahri.
"Terimakasih nak." Fahri mencium kening Deva. "Telah bertahan demi papa," ucap Fahri di hatinya.
"Papa aku bukan anak kecil tahu!" protes Deva.
Fahri melepaskan pelukan mulai menyantap makanan yang dimasak Deva. Deva tersenyum melihat Fahri sangat lahap memakan semua masakannya. Deva tahu Fahri sering begadang demi memenuhi semua kebutuhan Deva.
"Hey!" panggil Fahri.
"Eh?!" kaget Deva.
"Kenapa melamun nak?" tanya Fahri.
"Dev ingat masa lalu saja," ucap Deva.
"Masa kecilmu itu?" tanya Fahri.
"Iya. Saat pertama kali aku memasak setelah kepergian mama," ucap Deva.
"Oh itu papa ingat," ucap Fahri.
"Masakan buatanku kacau sekali. Telur sangat asin dan sayur bayam malah seperti sayur asem," ucap Deva mengingat saat dia memasak pertama kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deva (END)
Novela JuvenilNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah ayah dan anak saja tidak lebih. Zyandru Bakrie Radeva cowok dingin yang sering disebut kulkas berjalan oleh teman-temannya menyimpan trauma berat tentang suatu kejadian di masa lalunya. Deva panggilan akrabny...