Deva bersama semua sahabat berada di salah jalanan sepi. Mereka merokok, memakan kuaci dan mabar game online seperti menunggu seseorang datang. Deva mengapit batang rokok di sela jarinya hanya ekspresi datar dari wajah Deva tidak ada senyuman sama sekali.
"Tawurannya jadi kagak sih?" tanya Leo.
"Anak sma sebelah bilangnya mau lawan Deva," ucap Sandy.
"Kita nonton doang berarti?" tanya Atha.
"Yoi seperti biasa tontonan gratis," ucap Rian.
"Mereka kayaknya gak kapok ya berurusan sama Dev?" heran Irsyad.
"Sebelum mati pasti mereka akan terus mengajak Dev tawuran terus," ucap Leo.
"Dev bokap tahu kagak?" tanya Hamiz kepada Deva yang menikmati batang nikotin membuat candu hampir semua orang.
"Udah," ucap Deva.
"Bokap ngizinin lu tawuran?" tanya Sandy.
"Iya," ucap Deva.
"Bokap dia aja biang onar pas sma dulu wajar nih bocah mirip penebar benihnya," ucap Leo.
"Bahasamu frontal sekali Leo," ucap Irsyad.
"Kenyataan kawan. Kemarin malam ayah cerita tentang kenakalan dia pas sma," ucap Leo.
"Perasaan om Fahri orangnya ramah banget. Nih anak malah mirip batu es berjalan," ucap Shandy menunjuk Deva.
"Sejak kematian tante Bella. Lu berubah Dev," ucap Hamiz.
"Benar juga sih pas ada tante Bella masih normal nih anak." Leo menatap Deva yang mendengarkan percakapan mereka saja. "Dev sering bercanda sama kita semua eh pas tante Bella tidak ada malah berubah drastis," ucap Leo.
"Lu trauma sama kejadian kematian tante Bella?" tanya Hamiz.
"Jangan bahas hal itu," tekan Deva.
"Ok maaf menyinggung perasaan lu," ucap Hamiz merasa tidak enak melihat wajah kesal Deva.
"Pas bang Dev sakit minggu lalu juga ya. Digendong terus sama om Fahri bahkan bang Dev tidak mau jauh dari om Fahri," ucap Atha.
"Benar lucu banget sumpah. Dev bayi besar disana apalagi gua lihat ada empeng di mulut Dev," ucap Sandy mengingat saat Deva sakit minggu kemarin.
"Eh seriusan lu?!" pekik Rian.
"Suer gua. Dikira bukan empeng ternyata pas Deva tidur pules beneran empeng dong," ucap Sandy mengangkat tangan kanannya bermaksud bersumpah namun malah jadi minta maaf.
"Pasti ulah papa," batin Deva.
"Lu sumpah atau minta maaf sih?" bingung Irsyad.
"Salah tangan hehehe," tawa Sandy.
"Empeng kan buat bayi bang Sandy. Kan bang Dev sudah besar masa pakai empeng sih," ucap Atha tidak percaya.
"Dia kan bayi besar pas bareng bokapnya. Bahkan sengaja buat ulah agar bisa ketemu bokap dia," ledek Leo.
"Maklumi aja dia anak tunggal," ucap Irsyad.
"Lu juga sama anak bungsu!" pekik Sandy menunjuk Irsyad.
"Hehehe bokap katanya tidak mau nambah anak lagi," tawa Irsyad.
"Aku mau punya adik," ucap Atha.
"Tante Ulya hamil?" tanya Hamiz.
"Kata mommy sudah tiga bulan. Berarti pas aku umur 14 tahun adikku lahir ya," ucap Atha.
"Lu kan baru ulang tahun dua bulan lalu, jadi adik lu lahir sekitar enam bulan lagi," ucap Sandy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deva (END)
Fiksi RemajaNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah ayah dan anak saja tidak lebih. Zyandru Bakrie Radeva cowok dingin yang sering disebut kulkas berjalan oleh teman-temannya menyimpan trauma berat tentang suatu kejadian di masa lalunya. Deva panggilan akrabny...