Pria yang merupakan asisten baru Deva adalah seorang tulang punggung keluarga. David Maheswara baru saja lulus kuliah beberapa bulan lalu. Dia mendapatkan beasiswa di salah satu kampus negeri terbaik di Bandung.
David anak sulung dari lima bersaudara. Kedua orang tua David bercerai ketika dia berusia sepuluh tahun. David memilih tinggal bersama neneknya dibandingkan ikut bersama salah satunya orang tuanya.
Sebuah keberuntungan David melihat lowongan pekerjaan untuk menjadi asisten Deva yang sengaja Rey sebarkan dalam bentuk selembar di setiap sudut kota Bandung.
Sementara di kantor Fabe sosok David sedikit bingung menatap kartu hitam yang dia pegang. Sosok Rey menepuk pundak David dan dibalas senyuman oleh David.
"Aku akan mengajarimu bagaimana menggunakan kartu hitam itu," ujar Rey dengan nada datar.
"Baiklah Pak Rey," ujar David.
"Hm," gumam Rey.
Mereka berdua pergi menuju parkiran mobil. Hanya keheningan saja melanda baik David ataupun Rey sama-sama diam.
Didalam ruangan Fahri duda itu malah pergi ke kamar pribadinya. Saat dibuka ternyata Deva telah bertelanjang dada dan tersisa celana pendek saja. Sosok Deva tengah serius bermain game online terdengar jelas dari suara berisik semua sahabatnya.
Deva tersenyum melihat kehadiran Fahri. Dia tetap fokus bermain dan membiarkan Fahri menghampiri dirinya.
Saat Fahri duduk di kasur, Deva malah bangkit berdiri dan duduk di pangkuan sang ayah. Pemuda itu bermain game dengan posisi menyamping sengaja menyadarkan kepalanya di dada bidang Fahri.
"Kiri lha anaknya Putra!" kesal Deva.
"Ini gua ke kiri bego!" kesal Leo.
"Bang Leo jangan begitu!" pekik Atha.
"Jaga ucapanmu Leo!" tegur Hamiz.
"Dasar pak Ustadz," keluh Leo.
"Tumben tuh anak lemot kagak ikutan mabar?" tanya Sandy.
"Dia sakit. Maklum kemarin mandi di sungai sampai jam malem," sahut Irsyad.
"Kagak ada kerjaan amat dah tuh bocah," ujar Sandy.
"Kayak kagak tahu aja tingkah absurd Rian," ujar Irsyad.
"Kita ke rumahnya yuk!" ajak Atha.
"Tuh anak kalau sakit rewelnya melebihi Deva pas sakit," sahut Irsyad.
"Kok gua sih?!" protes Deva.
"Elu kan kalau sakit nempel mulu kayak perangko sama om Fahri," sindir Leo.
"Bang Dev saja ngedot pake botol bayi," ujar Atha.
"Hahaha Atha aja tahu," tawa Sandy.
"Kita jenguk aja nanti sore," usul Hamiz.
"Lu gimana Dev hasilnya hari ini?" tanya Irsyad.
"Naik kelas dua dapet peringkat sepuluh," sahut Deva.
"Beuh traktir!" pekik Sandy bersemangat.
"Awas lu ketembak musuh oi!" pekik Leo.
"Hehehe maaf," sahut Sandy.
"Iya gua traktir," ujar Deva.
"Anaknya bapak Fahri ini memang paling best deh," puji Irsyad.
"Jangan dipuji tar tuh kulkas malah sombong!" pekik Sandy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deva (END)
Teen FictionNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah ayah dan anak saja tidak lebih. Zyandru Bakrie Radeva cowok dingin yang sering disebut kulkas berjalan oleh teman-temannya menyimpan trauma berat tentang suatu kejadian di masa lalunya. Deva panggilan akrabny...