23

1.7K 115 102
                                    

Beberapa minggu kemudian kondisi Deva saat ini tengah kebingungan karena menghadapi ujian tengah semester. Deva kurang memahami beberapa materi pelajaran dia fokus merawat sang ayah hingga melupakan ujian yang semakin dekat.

Deva mengisi asal jawaban yang tidak dia tahu. Hari ini hanya pelajaran matematika saja setelah itu pulang. Remaja tersebut selesai mengisi semua soal, dan berniat keluar dari kelas namun ada yang menahan pergelangan tangannya.

"Aku menunggumu di parkiran Sisi," ujar Deva.

"Hehehe makasih Zyan," tawa Sisi.

Deva tersenyum tipis dan melanjutkan langkah dia menaruh lembar ulangan di meja guru. Deva tidak jadi menunggu Sisi di parkiran dia malah berdiri di depan kelas.

Deva bosan dia memilih menelepon sang ayah untuk mengganggunya. Fahri telah pulih walaupun masih harus kontrol setiap minggunya. Deva terus saja mencoba telepon Fahri hingga akhirnya diangkat juga.

Fahri : lu ngapain deh malah telepon gua pas jam ujian?

Suara Fahri yang terdengar kesal membuat Deva terkekeh geli. Sisi jahilnya memang sangat mendominasi sekali maklum dia menuruni gen dari ayahnya.

Deva : gua udah kelar ujian tahu

Fahri : lu udah balik ke rumah?

Deva : masih di sekolah gua

Fahri : nongkrong dulu lu?

Deva : Sisi minta anterin ke rumah

Fahri : pantesan mau nganterin calon bini lu

Deva : kagak gitu maksud gua!

Fahri : gua mah setuju aja lu sama siapapun asal lu bahagia

Deva : Fahri nyebelin lu!

Fahri : eh lu anak kurang ajar amat dah!

Deva : gua nikahin Sisi boleh dong?

Fahri : alah lu masih aja minta duit sama gua. Sok-sokan mau kawinin anak orang

Deva : gua kan ada uang 50 miliar tuh

Fahri : cari duit dulu yang bener baru nikahin anak orang

Deva : jangan lupa makan tepat waktu. Gua izin pulang telat ada balapan

Fahri : lu juga sama jangan telat makan. Gua juga pulang larut malam ngejar deadline besok pagi

Deva : papa jangan memaksa diri ya

Fahri : hati-hati naik mobilnya

Deva : tentu papa. Aku sayang papa

Fahri : Sayang kamu juga nak

Sambungan telepon terputus dari Fahri. Deva tersenyum karena perhatian dari Fahri. Tepukan di pundak membuat Deva kaget ternyata itu Sisi yang tersenyum kepada Deva.

"Ayo pulang Zyan!" ajak Sisi.

"Oh ayo," ucap Deva.

"Oi Dev nebeng!" pekik Irsyad.

"Kak Irsyad ikut nebeng seperti biasa, ya?" tanya Sisi.

"Hanya menjalakan amanah dari om Fahri. Deva dan Sisi diizinkan pulang bersama kalau gua ikut di mobilnya Dev," jawab Irsyad.

Deva mendapatkan hadiah dari Fahri minggu lalu yaitu sebuah mobil sport berwarna hitam. Deva menolaknya karena dia pikir tidak membutuhkannya sama sekali, namun Fahri memaksa dan mengatakan itu ucapan terimakasih Fahri karena Deva berhasil menyelesaikan projeknya selama Fahri koma.

Mereka bertiga pergi ke parkiran sekolah. Deva telah mendapatkan surat izin mengemudi baik motor atau mobil sejak dia memiliki ktp. Dulu sebelum berusia 17 tahun Fahri melarang Deva menggunakan kendaraan baik motor atau mobil. Jadi saat dibawah umur 17 tahun Fahri mengantar jemput Deva ke sekolah.

Perjalanan diisi keheningan Deva yang orangnya sulit berinteraksi sementara Sisi yang juga sedikit canggung. Irsyad bodoh amat dia fokus bermain game di ponselnya. Sebenarnya Irsyad tidak mau menjadi nyamuk cuma hadiah yang dijanjikan sang ayah Ali dan juga Fahri membuat tergiur.

"Lu berdua ngomong kek. Diam mulu kayak baru ketemu. Hubungan lu berdua kagak bakalan berkembang kalau gini terus tahu," ujar Irsyad.

"Kak Irsyad aku bingung saja memulai percakapan dengan Zyan," sahut Sisi.

"Lu juga jadi cowok cari topik pembicaraan dong. Masa harus gua mulu yang mancing kelamaan gua tikung juga lu," ucap Irsyad memancing Deva agar marah padanya.

"Gua patahin leher lu kalau itu terjadi!" ancam Deva.

"Idih dasar anak manja!" ledek Irsyad.

Deva tidak menjawab ledekan Irsyad sama sekali, dia malah fokus menatap Sisi yang terlihat tersenyum di kaca spion depan mobilnya.

"Sisi kau cantik," ujar Deva.

Boom ucapan singkat Deva berhasil membuat Sisi salah tingkah terlihat jelas wajah Sisi memerah akibat gombalan receh Deva. Irsyad memutar matanya malas melihat interaksi dua orang yang tengah mabuk cinta.

"Zyan jangan menggombal!" pekik Sisi malu.

"Aku tidak menggombal itu kenyataan. Aku diajarkan papa tidak boleh berbohong," sahut Deva.

"Zyan kau masih saja kaku," ucap Sisi.

"Tapi kata semua sahabatku aku sedikit berubah sejak kehadiranmu di hidupku," ujar Deva.

Deva terus saja menggombal untuk Sisi. Irsyad sejak tadi mengelus dadanya berusaha sabar akan situasi yang tidak menguntungkan baginya.

"Om Fahri aku menyerah. Anakmu ini sekalinya bucin melebihi Leo si buaya darat itu," ujar Irsyad frustasi.

Ucapan Irsyad membuat Deva dan Sisi kompak tertawa. Irsyad mendengus akan suara tawa mereka tapi di satu sisi Irsyad juga senang akhirnya ada yang berhasil membuat Deva tertawa selain sang ayah Fahri.

"Lu anterin Sisi dulu," ujar Irsyad.

"Gua tahu kok," sahut Deva.

Mereka mengantar Sisi duluan setelah itu baru Irsyad. Deva kembali ke rumah dengan  langkah gontai dia lemas sekali sebab memikirkan soal yang tidak dia mengerti.

Deva tiduran di sofa dan merenggangkan tubuhnya. Remaja itu menyalakan televisi menonton acara kartun kembar botak dari malaysia. Deva tertawa melihat tingkah menggemaskan si kembar botak. Deva fokus menonton tv tidak menyadari kehadiran sang ayah yang menatap dia gemas.

"Aku lebih beruntung dibandingkan upin dan ipin yang tidak memiliki ayah dan ibu," ujar Deva.

"Assamulaikum nak!" salam Fahri.

"Eh waalaikum salam papa!" kaget Deva menyadari kehadiran Fahri di belakangnya.

Fahri mencium puncak kepala Deva. Deva tersenyum dia menarik tangan Fahri untuk menonton acara kartun bersamanya. Fahri menurut saja membiarkan waktu mereka dihabiskan menonton acara kesukaan Deva.

"Makan siang belum nak?" tanya Fahri.

"Belum. Dev keasyikan menonton," sahut Deva.

Fahri menjewer telinga Deva membuat remaja itu meringis akan tindakan Fahri. Deva tahu dia salah karena melewatkan jam makan siang.

"Ganti baju, makan siang dan salat sana!" tegas Fahri melepaskan jeweran di telinga Deva.

"Dasar duda," gerutu Deva.

Deva berlari sebelum kena hukuman tambahan dari Fahri. Deva menjalankan apa yang diperintahkan oleh Fahri dan selesai melaksanakan itu semua Deva tertidur.

Duda anak satu yang merangkap sebagai ayah Deva tersenyum melihat wajah damai Deva dalam tidurnya. Fahri sengaja pulang ke rumah untuk mengecek keadaan Deva.

"Pantas saja selama papa koma kamu kurusan nak. Om kamu benar kau ini selalu melewatkan makan," ujar Fahri.

Fahri tahu putranya Deva sulit diatur bahkan Fahri sering mengelus dada akan tingkah Deva. Kenakalan remaja Deva dimaklumi Fahri dia juga pernah merasakan menjadi remaja nakal. Fahri hanya bisa mengarahkan Deva ke hal-hal positif saja.

Jangan lupa tinggalkan vote, komentar dan kritikan bagi penulis agar semakin bersemangat menulis

Sampai jumpa

Kamis 30 Maret 2023

Deva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang