34

1.1K 83 64
                                    

Pemuda itu menghampiri sosok wanita yang mirip ibunya lantas memeluknya sangat erat. Namun dilepaskan secara paksa oleh wanita tersebut.

"Mama," lirih Deva.

"Kau siapa sih bocah! Seenaknya memeluk orang yang tidak kau kenal," desis wanita itu.

"Mama ini Deva," ujar Deva.

"Aku tidak mengenalmu sama sekali bocah. Dan lagipula aku masih muda tidak mungkin memiliki anak sudah remaja sepertimu," ujar wanita itu sinis.

"Maafkan putraku kak. Dia pikir kau ibunya," ujar Fahri meminta maaf akan tindakan Deva.

"Cih harusnya kau beritahu putramu bahwa aku bukan ibunya," ujarnya sinis.

"Kami kehilangan sosok beliau tujuh tahun yang lalu," ujar Fahri.

Wanita itu terdiam akan ucapan Fahri barusan. Dia melirik kearah ayah dan anak itu.

"Ayo nak kita pulang!" ajak Fahri menarik tangan Deva.

"Sama mama pulangnya!" pekik Deva.

"Wanita itu bukan ibumu nak. Dia hanya mirip saja sepertinya," ujar Fahri.

Deva memberontak tapi Fahri tetap tidak mau melepaskan pegangan tangannya dari sang anak. Wanita yang dipeluk Deva sebelumnya menatap Deva sedikit kasihan.

Di parkiran mall Deva tetap saja berkata bahwa wanita itu Bella ibunya. Fahri menarik nafas sebentar menatap wajah anaknya.

"Papa itu mama!"

"Dev mau mama pulang bersama kita!"

"Papa bawa mama pulang!" rengek Deva.

"Ibumu telah tiada nak. Dia pergi tujuh tahun yang lalu saat usiamu sepuluh tahun. Wanita tadi bukan ibumu dan dia hanya mirip saja seperti ibumu," ujar Fahri menjelaskan agar Deva tidak merengek terus.

"Enggak!" pekik Deva.

"Kita pulang saja," ujar Fahri.

"Mama!" Rengek Deva.

"Zyandru Bakrie Radeva. Papa katakan sekali lagi ibumu Bella sudah di surga jangan mengatakan wanita itu ibumu!" tegas Fahri menatap wajah Deva sangat serius bahkan terlihat sedikit menahan emosinya.

"Papa jahat!" pekik Deva.

Deva masuk ke dalam mobil bahkan membanting pintu mobilnya. Fahri menyusul sang putra kedalam mobil. Di perjalanan hanya keheningan saja. Deva menatap jendela mobil lebih fokus melihat lalu lalang kendaraan. Fahri membiarkan saja tindakan Deva dia memaklumi akan sikap Deva.

Tiba di rumah Deva langsung keluar dari mobil dan menuju ke kamarnya. Dia bahkan tidak melihat kearah sang ayah sedikitpun.

Di kamar Deva menghempaskan dirinya keatas kasur. Dia mengambil foto sang ibu lantas memeluknya sangat erat.

"Dev tidak mungkin salah. Perasaan hangat itu seperti saat aku memeluk mama dulu. Bukan seperti pelukan terakhir kita mah," gumam Deva.

Deva menatap dalam diam foto sang ibu. Air matanya turun mengingat pelukan terakhirnya bersama sang ibu. Dimana Bella rela menjadi tameng untuk dirinya agar tidak terkena tembakan peluru.

"Tubuh mama tidak dingin lagi seperti pelukan terakhir kita. Deva sayang banget sama mama. Mama hadirlah dalam mimpi Deva kalau mama benar-benar tiada," lirih Deva.

Deva memilih tidur sambil memeluk figuran foto sang ibu. Di depan kamar Deva ada Fahri menunggu tak lama dia pergi ke dapur.

Fahri memilih menyibukkan dirinya dengan memasak saja. Waktu berjalan sangat cepat pukul lima sore sejak pulang dari mall sosok Deva tidak muncul sama sekali. Fahri mengetuk pintu kamar sang anak.

Deva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang