Di depan sebuah rumah yang terlihat sederhana ada sepasang ayah dan anak tengah menatap dalam diam interaksi manis antara seorang pria dewasa dan seorang remaja.
"Pah kok om Bryan kesini?" tanya Deva kepada Fahri.
"Entahlah papa bahkan belum memberitahu dia mengenai rumah singgah ini," ujar Fahri.
Mereka memilih mendekat saja untuk melihat lebih dekat kearah dimana seorang remaja yang diketahui sebagai salah satu anak asuh Fahri.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu," ujar Fahri memberi salam.
"Eh salom?!" kaget Bryan.
"Lu kenapa disini?" tanya Fahri.
"Gua mau adopsi nih anak," tunjuk Bryan kepada remaja di matanya.
"Eh?!" kagetnya.
"Dia punya orangtua lengkap walaupun kasih sayang tidak pernah dia rasakan," ujar Fahri.
"Lha kok lu tahu sih Fahri?" heran Bryan.
"Ini rumah singgah milik anak gua berarti secara tidak langsung mereka anak asuh gua," jawab Fahri.
"Anak lu hebat juga ya, walaupun gampang marah kalau gua ngomongin mengenai lu kawin lagi," sindir Bryan.
"Terserah lu," sahut Fahri kesal.
"Hahaha maaf," tawa Bryan.
"Nino Pradana itu nama dia. Lu mau menggunakan nama lu di belakang namanya terserah," ujar Fahri santai.
"Bukan masalah bagi gua. Sekalian kita ngobrol berdua dulu. Ada hal yang perlu gua beritahu juga sama lu," ujar Bryan kepada Fahri.
"Dev papa mengobrol dulu sebentar sama om Bryan. Kamu disini dulu bersama yang lain," ujar Fahri kepada sang anak.
"Baik pah," sahut Deva.
Kedua pria dewasa itu menjauh dari ramainya canda tawa anak-anak yang tinggal disini. Memang rumah singgah ini seperti panti asuhan cuma tidak ada aturan baku yang mengharuskan seorang anak menetap disini.
"Kau tahu kan sejak lama aku menginginkan seorang anak dalam kehidupanku. Awal menikah istriku langsung hamil buah cintaku namun takdir berkata lain anak dan istriku diambil oleh sang pencipta disebabkan kecerobohan seorang pengemudi yang sedang mabuk."
"Aku sangat terpuruk karena itu semua makanya ketika istri mu tiada aku tidak sempat hadir. Saat melihat Nino entah kenapa aku tiba-tiba merasa bahwa dia berhak untuk aku sayangi," ujar Bryan.
"Yah aku mengerti. Dibalik sifatmu yang konyol kau menyimpan rasa sedih itu sendirian," ujar Fahri.
"Mengenai silsilah keluarga Nino aku bisa saja merebutnya secara paksa dari tangan kedua orangtuanya apabila mereka tidak menginginkan kehadirannya," ujar Bryan.
"Aku telah menyelidiki semua mengenai Nino. Alasan dia diasingkan disebabkan ketika ibunya mengandung dia hingga melahirkan ekonomi keluarga mereka sangat hancur. Dan saat Nino lahir mereka langsung pergi tanpa kabar hingga sekarang," ujar Fahri menjelaskan keadaan Nino.
"Bukannya itu menelantarkan anak?" beo Bryan.
"Benar. Bahkan dalam hukum agamaku itu sangat dilarang. Mungkin disebabkan kedua orangtua Nino telah memiliki ketiga anak laki-laki yang lebih bisa mereka andalkan makanya menelantarkan Nino begitu saja," ujar Fahri.
"Kurasa mengurus surat adopsi Nino akan lebih mudah, karena hukum di negara ini tercantum bahwa menelantarkan anak akan dipidana," ujar Bryan.
"Ayolah orang berduit bisa membeli hukum di negara ini," ujar Fahri memutarkan matanya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deva (END)
Teen FictionNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah ayah dan anak saja tidak lebih. Zyandru Bakrie Radeva cowok dingin yang sering disebut kulkas berjalan oleh teman-temannya menyimpan trauma berat tentang suatu kejadian di masa lalunya. Deva panggilan akrabny...