46

1.3K 100 90
                                    

Setelah dipindahkan ke ruangan rawat ada sosok Fahri yang setia menunggu sang anak membuka matanya. Fahri hanya bisa diam melihat Deva menutup matanya. Duda itu mengelus rambut sang anak berharap sang anak bangun.

"Sayang bangun ya. Papa disini lho. Katanya mau makan siang bersama papa. Kamunya malah bobo mulu," ujar Fahri.

"Ri!" Panggil Roy.

"Kenapa bang?" tanya Fahri tanpa menoleh.

"Lu salat dulu sana. Gua jagain Deva disini," ujar Roy.

"Baiklah bang," ujar Fahri.

Fahri bangkit lantas mencium kening Deva. Pria dewasa itu tersenyum kearah sang anak yang masih tidur.

"Sayang papa salat dulu ya. Kamu bangun ya pas papa selesai salat," ujar Fahri.

Fahri keluar ruangan rawat Deva. Pria itu melirik kearah ranjang sebentar sebelum benar-benar pergi dari sana. Roy mengerti bahwa Fahri sangat menyayangi putranya melebihi apapun.

"Anak tengil bangun lu. Kasihan bokap lu tuh," ujar Roy.

Tapi tidak ada jawaban sama sekali karena Deva belum bangun juga. Roy yang bosan melihat hpnya saja. Beberapa menit kemudian ada suara pintu terbuka itu Fahri.

"Cepat amat salatnya," ujar Roy.

"Salat hanya sepuluh menit saja ditambah doa dan dzikir sepuluh menit," jawab Fahri.

"Gua mau cari makan dulu," ujar Roy.

"Ya udah makan aja," ujar Fahri.

"Lu juga harus makan, Ri. Bentar lagi waktunya makan malam," ujar Roy.

"Males bang. Pikiran gua kagak tenang selama anak belum bangun," sahut Fahri.

"Ya udah gua beliin lu makan aja sekalian," ujar Roy.

"Bang gua gak nafsu makan," sahut Fahri.

"Wajah lu pucat gitu. Nanti Deva bangun lihat keadaan lu kayak gitu malah sedih bego!" kesal Roy.

"Galak bener bang sama adek sendiri," ujar Fahri.

"Terserah ente. Abdi mah bade tuang weh," ujar Roy bodoh amat.

Roy keluar dari ruangan rawat Deva. Fahri melirik saja dan kembali fokus kearah Deva yang belum membuka matanya.

"Ri!" panggil seseorang.

"Ucapkan salam dulu Rey," ujar Fahri.

"Assamualaikum warahmatullahi wabarakatu bosku," ujar Rey.

"Lu mau makan duluan aja," ujar Fahri.

"Udah gua. Cuma tadi sekretaris baru lu nelpon gua," ujar Rey.

"Masalah meeting?" tanya Fahri.

"Iya," ujar Rey.

"Kali ini sekretaris aman. Dia telah berumah tangga jadi Deva tidak akan protes," ujar Fahri.

"Kenapa lu milih sekretaris cowok dibandingkan cewek?" tanya Rey.

"Menurut pengalaman gua selama ini kebanyakan mereka berusaha mendekati gua dan Deva," ujar Fahri.

"Jangan sampai lu suka cowok karena kelamaan sendirian," ujar Rey.

"Kagak gila!" kesal Fahri.

"Kali aja lu jadi pindah haluan gitu," ujar Rey santai.

"Gua emang udah menutup hati untuk sebuah hubungan percintaan, mungkin nanti gua menikah lagi saat Deva telah menikah juga," ujar Fahri.

Deva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang