Baju berserakan dimana-mana pelaku yang membuat kekacauan masih sibuk mencari sesuatu. Tak lama dia menghela nafas kasar karena tidak menemukan barang yang dia cari sejak tadi.
"Astagfirullah Radeva!" kesal sang ayah melihat kamar sang anak sangat berantakan sekali.
"Papa lihat baju koko gua yang warna hijau gak?" tanya Deva tidak peduli akan kemarahan sang ayah.
"Beresin!" tegas Fahri.
"Iya," sahut Deva malas.
Deva membereskan kamarnya diawasi langsung sang ayah. Fahri itu sangat mendidik keras Deva menjadi pria yang serba bisa. Fahri berpesan kepada Deva agar menjadi pria yang tidak malu mengerjakan pekerjaan rumah. Deva sebagai remaja kadangkala membangkang akan ucapan Fahri walaupun berakhir uang jajan dia dipotong oleh Fahri.
Fahri duduk di kasur memperhatikan Deva membereskan kamar dia yang sangat berantakan. Deva cukup lama membereskan kamarnya akhirnya selesai juga. Dia kelelahan berakhir tiduran di paha sang ayah yang fokus bermain hp.
"Pah aku telat nih!" rengek Deva menarik dasi yang digunakan Fahri.
Yah Fahri telah rapih dengan pakaian kantornya, namun saat berniat memanggil Deva untuk segera berangkat sekolah malah mendapati pemandangan kamar sang anak seperti kapal pecah.
"Di lemari baju papa," jawab Fahri.
"Kok bisa sih?" bingung Deva.
"Kau lupa dua hari lalu papa pinjem bajumu," ucap Fahri.
Deva menatap malas Fahri. Dia pergi dari kamarnya menuju ke kamar Fahri. Fahri tersenyum tipis akan tingkah anaknya.
Fahri memutuskan pergi juga dari kamar anaknya. Di kamar bernuansa dark blue Deva mencari baju koko miliknya akhirnya ketemu juga. Deva tersenyum licik dia mengambil celana bahan milik Fahri sekaligus sepatu yang berada di kamar Fahri.
"Gantian ah. Kemarin papa pinjem bajuku nah hari ini aku pinjem celana papa," ujar Deva.
Deva mengganti kaos dan celana pendek yang dia gunakan. Selesai berganti baju Deva keluar kamar Fahri ingin segera pergi ke sekolah.
"Papa! Gua berangkat ya. Assamulaikum!" pekik Deva.
"Waalaikum salam. Papa anter lu ke sekolah," ujar Fahri.
"Lha Sisi sama Irsyad sih?" tanya Deva.
"Sudah jam sembilan." Fahri menunjuk jam dinding bergambar bintang yang menunjukkan angka sembilan. "Lu telat bangun ditambah membereskan kamar jadi semakin terlambat," ujar Fahri.
"Elu sih," ujar Deva menyalahkan Fahri.
"Ente yang berantakin kamar lu tanggung jawablah sama perbuatan sendiri," sahut Fahri santai.
"Mobil lu kemana sih?" tanya Deva.
"Di bengkel servis rutin," jawab Fahri.
"Salah satu alasan gua tahu mengenai sabotase kecelakaan elu yah ini," ujar Deva.
"Otak lu encer ya," puji Fahri.
"Iya lha anaknya mama Bella," sahut Deva menepuk dadanya bangga.
"Mama doang yang disebut papa tidak," keluh Fahri.
"Bodoh amat," acuh Deva.
"Ya udahlah mending otw aja kita," ajak Fahri.
"Yoi gas!" pekik Deva.
Deva menarik tangan kiri Fahri untuk segera berangkat ke sekolah. Perundungan mengenai Deva yang dirumorkan sebagai gay telah dituntaskan sangat cepat oleh Fahri. Lucunya saat Fahri sibuk dengan urusan Deva, di satu sisi Deva saat ini tengah membela mati-matian keadilan untuk sang ayah disebabkan kecelakaan yang direncanakan oleh sang mantan dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deva (END)
Teen FictionNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah ayah dan anak saja tidak lebih. Zyandru Bakrie Radeva cowok dingin yang sering disebut kulkas berjalan oleh teman-temannya menyimpan trauma berat tentang suatu kejadian di masa lalunya. Deva panggilan akrabny...