Deva dan Fahri keluar ruangan bk hanya keheningan saja. Fahri mengajak Deva membolos hari ini hal yang disukai oleh Deva.
"Dev yakin mau bolos?" tanya Fahri.
"Dibully mulu di kelas mending bolos saja," ucap Deva.
"Ke mall mau?" tawar Fahri.
"Boleh aku laper juga," ucap Deva.
Mereka berdua pergi ke salah satu mall terbesar di Bandung. Memakan waktu 30 menit untuk tiba di mall. Deva membuka kemeja sekolahnya dan melemparkan ke wajah Fahri begitu saja.
"Kurang ajar kau Dev!" kesal Fahri.
"Gerah pah," ucap Deva.
"Terserahlah. Lelah papa punya anak satu kelakuan buat elus dada," ucap Fahri.
"Pah!" panggil Deva.
"Ya," ucap Fahri.
"Hari ulang tahun mama mendatang. Aku mau memberikan baju untuk mereka yang belum sempat melihat ibu mereka," ucap Deva.
"Niatmu baik nak. Kita cari toko baju khusus anak-anak dan sebuah sepatu untukmu," ucap Fahri.
"Aku tidak minta sepatu lho, pah," ucap Deva bingung.
"Sepatu sekolahmu merah harusnya hitam dan papa lihat sepatu hitam kamu kekecilan. Padahal bilang saja ke papa sepatumu kekecilan," ucap Fahri.
"Waktu itu mau bilang cuma kulihat papa sibuk jadi gak jadi deh. Dan malah kelupaan jadinya," ucap Deva menggaruk belakang kepalanya.
Selesai berbelanja semua yang perlu dibeli. Mereka pergi ke panti asuhan bernama kasih bunda. Deva mengambil barang yang dibelinya sementara Fahri hanya membantu saja. Di panti asuhan hanya tatapan datar dari Deva saja, tapi kalau dilihat lebih teliti ada sedikit raut bahagia di sorot mata Deva.
"Dateng cuma berdua aja lu," ucap Leo.
Leo datang bersama ayahnya Putra dan Deva tidak menanggapi ucapan Leo sama sekali. Leo kesal tidak disapa kembali oleh Deva, namun tidak bisa berbuat banyak karena itu memang sifat Deva.
"Om kasih makan apa sih sama anaknya?" tanya Leo.
"Nasi seperti pada umumnya," ucap Fahri.
"Saya kira dikasih tambahan semen jadi anaknya datar banget kayak tembok begitu," ucap Leo.
"Leo jangan begitu!" tegas Putra.
"Iya ayah," ucap Leo.
"Kalian berbicara saja sana berdua. Papa dan ayahmu ada sedikit urusan soal bisnis," ucap Fahri.
Deva mengganggukan dan menarik tangan Leo menjauh dari kedua ayah mereka berdua. Deva membawa Leo ke taman belakang panti asuhan disana suasana sangat tenang tempat yang cocok untuk Deva. Leo melepaskan tangan Deva dari pergelangan tangan kanannya menatap Deva sejenak lalu menghembuskan nafas.
"Bokap lu bilang soal rencana akan menikah lagi?" tanya Leo.
"Tidak," ucap Deva.
"Lu kasihan enggak sama bokap yang ngurus lu sendirian setiap harinya?" tanya Leo.
"Iya," ucap Deva.
"Lu udah kasih izin bokap cari istri baru?" tanya Leo.
"Udah," ucap Deva.
"Dev lu udah kasih tahu ke bokap belum? kemungkinan besar apabila tahun ini lu kagak naik kelas lagi maka akan dikeluarkan dari sekolah," ucap Leo.
"Belum," ucap Deva.
"Kok belum?" tanya Leo.
"Malas," ucap Deva.
"Ck yang benar!" kesal Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deva (END)
Teen FictionNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah ayah dan anak saja tidak lebih. Zyandru Bakrie Radeva cowok dingin yang sering disebut kulkas berjalan oleh teman-temannya menyimpan trauma berat tentang suatu kejadian di masa lalunya. Deva panggilan akrabny...