77

945 70 2
                                    

Beberapa hari kemudian ada seorang pria dewasa tengah fokus mendengarkan ucapan sang sekretaris tentang keadaan perusahaan yang dia tinggalkan sementara. Sangking fokusnya dia tidak menyadari bahwa pintu kamar hotelnya diketuk beberapa kali.

"Oi Fahri!" pekik seseorang.

Fahri : bang Dwi udah dulu laporannya. Kayaknya ada tamu nih

Dwi : baiklah bos. Assalamualaikum

Fahri : Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatu

Sambungan telepon berakhir Fahri beranjak dari sofa yang dia duduki untuk membuka pintu. Saat dibuka ternyata sosok kedua orangtuanya. Fahri tersenyum dia mencium tangan kanan mereka bergantian.

"Kok mommy dan daddy tahu aku berada disini?" heran Fahri.

Dia tidak memberitahu mengenai negara yang dituju olehnya untuk liburan. Fahri hanya pamit akan pergi liburan bersama sang anak.

"Negara yang paling sering kamu kunjungi saat kau liburan semester kuliah hanya negara ini. Jadi daddy mengikuti insting saja," jawab sang ayah.

"Lho cucu tampanku dimana?" tanya Angelina tidak melihat kehadiran Deva.

"Dev sedang memasak untuk makan siang," ujar Fahri.

"Owalah gitu," ujar Angelina.

"Sebentar kuberitahu Dev dulu untuk sedikit memasak sedikit banyak," ujar Fahri berlari menuju ke arah dapur.

Mereka berdua tersenyum akan langkah lebar Fahri. Yah mereka tidak menyangka bahwa anak bungsunya telah menjadi sosok ayah yang sangat hebat walaupun tanpa pendamping hidup.

"Aku hanya takut Fahri akan kesepian di masa tuanya," khawatir Angelina mengingat bahwa Fahri sosok orangtua tunggal.

"Kita sebagai orangtua yang baik jangan memaksa Fahri memilih pendamping hidup lagi untuk dirinya. Biarkan dia menentukan jalan yang dia pilih lagipula dia telah cukup dewasa memutuskan sesuatu hal."

"Bahkan dia dulu nekat melamar Bella saat baru semester empat kuliah. Kurasa cinta Fahri belum sepenuhnya hilang bagi Bella."

"Kudengar dari sahabat Roy yang sesama dokter bahwa Fahri telah melakukan sesuatu agar dia tidak memiliki keturunan lagi kedepannya."

"Aku pikir Fahri hanya menginginkan Deva dan Rania yang menjadi anaknya saja tidak ada yang lain," ujar Angelo.

Di dapur Deva sangat serius memasak entah keisengan apa yang dipikirkan Fahri dia sengaja mencubit leher belakang Deva. Deva yang kaget tanpa sengaja menumpahkan terlalu banyak garam ke dalam sayur yang tengah dia buat.

"Argh papa!" kesal Deva karena aksi iseng sang ayah.

"Hahaha maaf," tawa Fahri.

"Tuh sayurnya jadi keasinan tahu!" kesal Deva disebabkan sayur yang hampir siap dikacaukan ayahnya.

"Papa akan buat ulang. Kamu buat menu lain saja," ujar Fahri menepuk pundak Deva.

"Tidak perlu," tolak Deva.

"Lho kan papa mau sayur bayam," keluh Fahri.

"Wajahnya biasa aja napa. Udah tua buat wajah memelas imut kagak jijik iya," komentar pedas Deva.

"Gini amat punya anak cowok," keluh Fahri.

"Pagi kan papa buat sarapan nah makan siang biar Dev yang memasak," ujar Deva agar sang ayah tidak bersedih.

"Opa dan oma datang makanya papa mau bantu kamu agar menu nya bertambah sedikit gitu. Takut kamu kelelahan kalau kebanyakan memasak," ujar Fahri.

"Kagak perlu. Gua bisa sendiri lu temanin aja opa sama oma. Gini aja mah mudah banget bagi gue," ujar Deva yang santai mengambil bahan mentah untuk dibuat sesuatu.

Deva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang