42

1.1K 101 181
                                    

Di rumah bergaya eropa kuno ada seorang remaja yang tengah asyik bergelut dengan peralatan dapur. Pemuda itu Deva dia tengah mencoba resep masakan khas Belanda. Deva berniat membuat sedikit kejutan untuk kakek buyutnya.

Deva sadar diri telah diberikan banyak hadiah jadi sebagai balas budi dia memasak makanan spesial khusus untuknya. Aroma masakan mengundang selera membuat sang ayah yang tadinya sibuk mengerjakan tugas kantor malah memasuki area dapur.

"Kesayangan papa!" panggil Fahri.

"Ada apa, pah?" tanya Deva yang menjawab pertanyaan Fahri tanpa menoleh sama sekali.

"Buat apa lu?" tanya Fahri.

"Gua buat makanan untuk eyang," ujar Deva.

"Lha bokap lu gak?" tanya Fahri.

"Papa setiap hari sering merasakan masakan Deva tahu," ujar Deva malas.

"Ya elah, pelit amat lu sama bapak sendiri," ujar Fahri.

"Kagak peduli," sarkas Deva malas.

"Gini amat punya anak," keluh Fahri.

Pemuda itu tidak memperdulikan ucapan sang ayah sama sekali. Fahri mengangkat bahunya acuh dia memilih pergi dari sang anak begitu saja.

Mengenai permintaan Deva ke taman bunga dibatalkan karena Fahri ada meeting dadakan. Makanya Deva sedikit kesal terhadap sang ayah. Bisa saja Deva pergi sendirian, namun masalahnya dia tidak tahu jalan menuju kesana.

Selesai membuat cemilan Deva menyajikannya diatas piring. Cemilan sederhana yang Deva lihat tutorialnya melalui YouTube. Pemuda itu memang sering berkreasi berbagai jenis makanan apabila tidak ada kegiatan.

"Semoga saja enak. Baru pertama kali buat soalnya," ujar Deva.

Dia mengambil piring berisi cemilan tersebut lantas pergi menuju tempat biasa sang kakek berada. Cemilan yang dibuat Deva berupa semacam kue manis, tapi Deva membuatnya dengan kadar gula yang tidak terlalu tinggi. Pemuda itu paham bahwa kakeknya tidak boleh mengonsumsi terlalu banyak gula.

Taman belakang rumah adalah tempat biasa sang kakek berada. Deva menghampiri sang kakek untuk memberikan cemilan buatannya.

"Makasih banyak ya cicitnya eyang," ujar Fahrul menerima cemilan dari Deva.

"Sama-sama eyang," ujar Deva.

"Dev jangan terlalu marah terhadap ayahmu. Dia bekerja keras untuk dirimu juga," ujar Fahrul menasihati Deva.

"Iya aku tahu," ujar Deva.

"Coba lihat ayahmu. Sepertinya dia sedikit sedih karena diabaikan olehmu," ujar Fahrul.

"Aku melihat papa dulu," ujar Deva.

Fahrul tersenyum saja dia membiarkan pemuda itu menghampiri sang ayah. Deva menuju kamar Fahri saat di depan pintu kamar. Deva bisa menangkap jelas Fahri memijat keningnya berulangkali. Deva hanya diam saja memperhatikan aksi sang ayah.

Deva membuka pintu kamar bisa dilihat Fahri kaget akan kehadiran sang anak. Deva tersenyum lantas duduk di belakang Fahri. Sedikit membuat Fahri kebingungan akan tindakan Deva.

"Lha kamu kenapa di belakangannya papa?" tanya Fahri.

"Mau pijat pundak papa," jawab Deva santai.

"Sudahlah tidak perlu nak," ujar Fahri.

"Maaf ya Deva marah sama papa," ujar Deva.

"Tidak masalah. Lagipula meetingnya terlalu dadakan sekali," ujar Fahri.

Deva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang