67

1K 78 2
                                    

Matahari telah terbenam beberapa menit yang lalu. Di mobil alpa berwarna hitam ada dua sosok tengah diam saja menikmati waktu. Di kursi pengemudi ada Deva dan di sebelahnya ada David. Deva menolak tawaran David untuk menjadi supirnya, dia lebih suka mengendarai mobil sendirian.

"Umur abang berapa?" tanya Deva.

"23 tahun tuan," jawab David.

"Oh," sahut Deva singkat.

David menghela nafas kasar. Saat di interview oleh HRD telah diberitahu bahwa sifat Deva itu sangat dingin sekali. Jadi David perlu membiasakan diri akan itu semua.

David diam saja memilih melihat pemandangan di luar jendela mobil. "Setiap hari aku akan menghadapi bos yang sifatnya seperti ini. Semoga saja diriku kuat demi adik-adikku," batin David berharap.

Perjalanan menuju rumah Rian sangat hening. Deva yang memang dasarnya tidak mudah didekati dan David yang canggung bertanya kepada sang atasan muda.

Beberapa menit kemudian mereka tiba di sebuah rumah lumayan besar. Rumah didominasi berwarna merah bata. Pemilik rumah memang menyukai warna merah dan seleranya memang sedikit aneh.

 Pemilik rumah memang menyukai warna merah dan seleranya memang sedikit aneh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Rumah rian)

Sang ayah Rian menyukai warna merah. Jadi dia mewarnai rumahnya dengan cat merah. Deva biasa saja karena terbiasa datang ke rumah Rian. Berbeda dengan David yang sepertinya belum terbiasa akan itu semua.

"Tolong bang ambilkan roti yang kita beli," ujar Deva.

"Baik tuan," jawab David.

Deva keluar duluan dari mobil diikuti oleh David yang membawa paper bag berisi kue. Tak lama ada suara beberapa motor mendekat dan sebuah mobil.

Pemuda itu mengenali kendaraan yang mendekat. Kendaraan milik semua sahabatnya. Mobil berwarna putih pertama tiba di sebelah Deva. Saat dibuka ada sosok Atha tersenyum lebar kearah Deva.

"Bang Dev!" pekik Atha.

Atha berlari kearah Deva karena senang bertemu dengan sosok Deva. Dibelakang Atha ada sosok pria dewasa tersenyum.

"Jangan berlari Atha," nasihat Deva.

"Dev antar putra om ke rumah ya. Om ada janji meeting bersama ayahmu di kafe," ujar Wiwit kepada Deva.

"Baik om," jawab Deva.

Wiwit pergi begitu saja setelah mengantarkan sang anak. Beberapa pemuda mendekati Deva. Mereka membawa sebuah paperbag sama seperti Deva.

"Bodyguard baru?" tunjuk Irsyad kearah David.

"Tidak sopan," tegur Hamiz.

"Hehehe maaf," tawa Irsyad.

Deva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang