62

1K 95 48
                                    

Rutinitas orang dewasa setiap harinya adalah bekerja. Di sebuah ruangan ada sosok pria dewasa yang tengah serius membaca dokumen. Dia Fahri seorang pengusaha di bidang arsitektur ternama. Seminggu kemarin sibuk mengurus anaknya yang sakit jadi pekerjaan dia sedikit menumpuk.

Beberapa menit kemudian dia selesai mengerjakan tumpukan dokumen untuk dia tanda tangani. Merasa pegal dia merenggangkan tubuhnya sejenak.

"Cepat juga aku mengerjakan ini semua," ucap Fahri melihat jam dinding yang menunjukkan jam satu lewat tiga puluh.

"Permisi pak bos. Assamualaikum warahmatullahi wabarakatu," ujar Dwi di depan pintu ruangannya.

"Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatu. Masuk bang Dwi," ujar Fahri mempersilahkan sekretarisnya masuk.

Deritan pintu terbuka menghentikan aktivitas Fahri memeriksa dokumen. Dia akan mendengarkan tentang jadwal meeting dia hari ini.

"Tidak ada meeting setelah ini?" tanya Fahri memastikan.

Duda beranak satu itu sedikit kaget disebabkan tidak ada jadwal meeting hari ini. Mungkin sebagian belum berani membuat jadwal ketemu lagi dikarenakan minggu kemarin Fahri menolak semua pertemuan.

"Tidak ada bos. Apabila ada meeting dadakan akan saya beritahu lewat telepon," ujar Dwi.

"Aku pamit pulang. Mengenai meeting dadakan batalkan saja," ujar Fahri membereskan penampilan dia.

"Pak bos seenaknya lagi," keluh Dwi.

"Persetujuan kontrak adalah 100 miliar apabila proyek dalam jangka panjang. Jangka pendek aku kasih 100 juta saja," ujar Fahri.

"Ada yang mengajukan proyek mengenai renovasi panti asuhan bos," ujar Dwi.

"Mengenai itu gratis," jawab Fahri.

"Dia memberikan uang dp senilai 10 juta bos. Pemuda itu berkata akan menyelesaikan pembayaran apabila telah bertemu denganmu," ujar Dwi.

"Berikan alamat rumahku saja," ujar Fahri.

"Kenapa tidak bertemu disini bos?" heran Dwi akan keputusan Fahri.

"Seorang pemuda akan lebih mudah nyambung berbicara dengan putraku. Dev pasti paham mengenai konsep yang cocok untuk desain panti asuhan itu," ujar Fahri memberikan alasan.

"Baiklah bos," ujar Dwi mengerti.

Fahri menepuk pundak Dwi, dan berlalu pergi tidak lupa mengucapkan salam kepada bawahannya itu. Di lobby kantor semua karyawan tersenyum ramah terhadap Fahri. Dibalas senyuman oleh Fahri.

Perjalanan menuju rumah lumayan singkat. Duda itu membuka jas dan kemeja yang dia gunakan. Tampak jelas perutnya yang tidak sama sekali buncit. Fahri setiap akhir pekan pasti akan mengajak Deva ke gym untuk membakar lemak. Dia menuju ke kamar sang anak untuk mengeceknya.

Ulangan kenaikan kelas telah dilaksanakan dan Deva mengikuti ujian susulan. Deva berada di rumah sendirian dia malas tidak mau masuk sekolah untuk mengikuti kegiatan yang diadakan di sekolah. Kegiatan claas meet suatu hal yang dilakukan sekolah untuk melepaskan rasa jenuh siswa setelah menghadapi ujian begitu.

Fahri tidak masalah lagipula itu keinginan sang anak. Ketika membuka kamar Deva tidak ada keberadaan Deva. Fahri mengetuk pintu kamar mandi dan tidak ada sahutan sama sekali.

"Nih bocah kemana sih?" heran Fahri menggaruk belakang kepalanya.

Biasanya Deva akan pamit apabila pergi kemanapun saat Fahri berada di kantor. Namun Fahri belum menerima notifikasi pesan dari sang putra untuk izin pergi.

Fahri mencari keberadaan Deva di seluruh penjuru rumah. Nihil tidak ada keberadaan Deva sama sekali.

Karena lelah Fahri duduk di halaman belakang rumahnya yang memang terdapat beberapa pohon. Duda itu bersender di pohon mangga yang tengah berbuah sangat lebat. Saat memejamkan mata Fahri merasakan ada benda jatuh diatas kepalanya saat dia cek ternyata sebuah sendal.

Deva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang