72

991 76 10
                                    

Di jalan kota ada pertengkaran kedua pria berbeda usia. Mereka tidak mau mengalah satu sama lain. Pria yang lebih muda bahkan kesal akan ucapan pria yang lebih tua.

"Kita pulang sekarang!" tegas yang lebih tua.

"Nanti saja sih, pah," ujar yang lebih muda.

"Sekarang Dev!" tegasnya.

Yang lebih muda duduk di trotoar jalan tidak setuju akan ucapan sang ayah. Mereka berdua sejak tadi berdebat karena perbedaan pendapat.

"Deva!" panggil sang ayah.

"Ayolah, pah!" rengek sang anak.

"Jam tidurmu akan terlewat apabila kau semakin merengek!" tegasnya.

"Ck aku sudah besar tahu!" kesalnya.

Pria lebih tua memutuskan menggendong yang lebih muda. Dia malas berdebat lebih lama dengan sang anak. Deva berontak di gendongan sang ayah tidak mau pulang ke hotel.

"Menurut atau papa sunat kamu sekali lagi!" ancam Fahri terhadap sang anak.

Deva berhenti berontak dia memilih bersembunyi di ceruk leher sang ayah. Fahri bernafas lega dia sebenarnya tidak mau melakukan ini semua cuma terpaksa demi kesehatan Deva.

Tiba di hotel banyak bisikan dari semua staff tidak dianggap sama sekali oleh Fahri. Deva tahu mereka berkata bahwa hubungan antara Fahri dan Deva sedikit intens. Deva tidak peduli lagipula baik dia ataupun sang ayah masih normal.

Di kamar hotel yang mereka tempati Deva merengut kesal kearah Fahri. Deva memilih tidur malas berdebat dengan sang ayah. Fahri diam saja dia pergi dari hadapan sang anak. Tak lama dia kembali dengan sebuah suntikan. Dia menyuntikkan itu ke pergelangan tangan Deva membuat Deva merasakan perasaan ngilu.

"Ssh sakit," gumam Deva.

Deva membuka matanya merasakan sebuah suntikan menusuk kulitnya. Saat dilihat ternyata itu ulah Fahri. Deva meneteskan air matanya tidak suka akan tindakan ayahnya.

"Itu hanya vitamin saja," ujar Fahri mengelus rambut Deva.

"Aduh tahu," gumam Deva.

"Mau dibuka bajunya?" tanya Fahri.

Deva mengganggukkan kepalanya akan pertanyaan sang ayah. Deva bangkit duduk untuk melepaskan baju yang dia gunakan. Fahri membantu Deva melepaskan baju yang digunakan oleh Deva. Setelah selesai Deva langsung menutup dadanya menggunakan selimut.

Fahri terkekeh geli melihat tingkah sang anak. Wajah Fahri nampak mengeras melihat bekas luka di punggung Deva. Memang mulai menghilang cuma trauma itu masih ada hingga sekarang.

"Dev maaf ya. Papa gagal menjagamu," ujar Fahri.

Deva membuka selimut yang dia gunakan untuk menutup tubuhnya. Dia heran akan ucapan sang ayah barusan. "Papa kenapa sih?" heran Deva.

Fahri menunjuk punggung sang anak. "Dulu kekuasaan papa belum seperti sekarang makanya kamu mengalami pengalaman buruk itu. Maaf ya nak," ujar Fahri.

Deva tertawa sedikit akan ucapan sang ayah. "Dev tidak menyalahkan papa mengenai rasa sakit dan trauma ini kok." Deva melihat perutnya yang terbentuk empat kotak. Deva melirik kearah sang ayah membuat Fahri tidak mengerti. "Buka baju papa juga. Tunjukkan abs papa!" rengek Deva.

Fahri membuka bajunya terpampang jelas abs nya. Abs Fahri ada delapan. Membuat sang anak mendengus akan hal tersebut. "Iri lu sama gua?" ledek Fahri.

"Idih sok banget lu duda," sahut Deva.

Pintu hotel berbunyi Fahri memakai kembali baju yang dia gunakan. Sementara Deva memasukkan tubuhnya ke dalam selimut.

Ternyata di depan pintu ada sosok seorang wanita membuat Fahri heran akan hal itu. Fahri tidak mengizinkan dia masuk ke dalam lagipula mereka belum muhrim.

"Sorry miss, what's wrong?" tanya Fahri terhadap wanita di depannya.

Artinya : Maaf nona ada apa ya?"

"Sir, could you please hide me for one night? I'm afraid to go home because my husband is someone who plays hands very easily," ujarnya memberitahu maksud kedatangannya.

Artinya : Tuan bisa tolong sembunyikan saya semalam saja. Saya takut pulang karena suami saya seseorang yang sangat mudah bermain tangan

"Sorry Miss can't help you. I'm afraid there will be a misunderstanding between me and your husband. So it's better for you to ask other people for help," jawab Fahri yang tidak bisa menerima tamu tersebut.

Artinya : Maaf nona tidak bisa membantu anda. Saya takut terjadi kesalahpahaman antara saya dan suami anda. Jadi lebih baik anda minta tolong terhadap orang lain saja

Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian mereka. Deva menatap tajam wanita di depan sang ayah. Dia langsung menarik tangan sang ayah masuk ke dalam. Pemuda itu tidak suka sang ayah berdekatan dengan wanita asing.

"Dia pasti korban kdrt," ujar Fahri.

"Terlihat dari wajahnya saja dia berniat jahat," gerutu Deva.

"Suudzon mulu kamu sama seorang cewek luar negeri," ujar Fahri.

"Cari anak kyai aja aku mah biar jelas keturunannya," ujar Deva.

"Terserah kamu saja nak. Papa tidak melarang mengenai gadis yang kau nikahin kelak," ujar Fahri.

Deva membuka kembali baju yang dia gunakan. "Korban pemerkosaan itu bukan hanya seorang wanita saja, pah?" tanya Deva.

"Dunia semakin gila makanya papa membekali dirimu ilmu diri untuk itu semua. Seseorang yang telah kehilangan akal tidak pandang bulu menuntaskan nafsunya," ujar Fahri.

"Berarti kalau misalnya ada yang menjebak papa untuk mabuk pasti ada yang memanfaatkan itu semua," ujar Deva.

"Papa telah mencegah itu semua. Papa melakukan suatu hal agar tidak bisa memiliki keturunan lagi," ujar Fahri.

"Kok gitu sih?" tanya Deva.

"Papa malas berurusan dengan anak kecil lagi. Bukannya apa-apa lagipula mengurus satu anak bayi saja kerepotan," ujar Fahri.

"Heh Dev bukan bayi!" protes Deva.

"Bukan bayi cuma doyan banget merengek heh!" ledek Fahri.

"Duda nyebelin," gerutu Deva.

"Tidak masalah duda asal pernah merasakan malam pertama," ujar Fahri.

"Papa sesat!" pekik Deva.

"Hahahaha," tawa Fahri.

Mereka berdua akhirnya saling ledek satu sama lain. Deva tidak canggung meledek sang ayah sama sekali. Mereka seperti teman sebaya dibandingkan ayah dan anak.

Jangan lupa tinggalkan vote, komentar dan kritikan agar penulis semakin bersemangat

Sampai jumpa

Minggu 31 Desember 2023

Deva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang