Deva mengacak-acak surai rambutnya. Deva berencana akan membuat kejutan untuk ulang tahun Fahri tahun depan. Deva bahkan membuat arisan bersama semua sahabatnya. Masing-masing dari mereka setor 50 ribu seharinya. Dikocok setiap 10 hari sekali.
"Bukan namaku lagi," keluh Deva.
Deva baru saja mendapatkan pesan masuk dari Hamiz bahwa yang menang itu Sandy. Deva menghela nafas kasar lagi-lagi kalah.
"Ulang tahun papa di tanggal yang sama sepertiku. Tahun lalu hanya bisa memberi papa hadiah sederhana saja. Aku mau tahun depan memberikan hadiah yang spesial untuk papa," ucap Deva.
Deva menolak uang jajan satu juta sehari dari Fahri. Deva memilih mendapatkan 200 ribu saja sehari dari Fahri untuk uang saku. 100 ribu untuk jajan pribadinya sementara sisanya arisan dan tabungannya.
"Dev ada paket!" panggil Fahri.
"Sebentar pah!" pekik Deva.
Deva langsung kabur menuju ke depan rumah. Di depan rumah Fahri membawa paket milik Deva. Deva merebutnya dari tangan Fahri saat Fahri ingin membaca isi paket pesanannya.
"Menabung untuk apa, nak?" tanya Fahri.
"Celengan target ini untuk sesuatu, pokoknya papa tidak perlu tahu," ucap Deva menyembunyikan paket miliknya di punggungnya.
"Mulai main rahasia yah sama papa," ucap Fahri mendekat kearah Deva.
"Kabur duda keren ngamuk!" pekik Deva.
Fahri terkelak mendengar ucapan Deva. Liburan Deva di Bogor hanya berlangsung dua hari. Tidak ada kejadian aneh selama mereka disana. Fahri melupakan sesuatu jadi ke kamarnya mengambil sesuatu.
Di kamar Deva membuka paketnya ternyata ada beberapa celengan target. Deva memesan sepuluh celengan untuk nominal 50 ribu. Celengan Deva sebelumnya berbentuk ayam jago yang terbuat dari tanah liat.
"Si ayam pasti penuh. Jadi ganti sama yang ini saja," ucap Deva.
"Dev kamu telanjang tidak?" tanya Fahri meminta izin masuk.
"Masuk saja pah!" pekik Deva.
Fahri masuk ke dalam kamar Deva. Fahri hanya bisa tersenyum melihat beberapa celengan milik Deva. Deva sejak kecil rajin menabung di celengan entah celengan plastik atau celengan ayam.
"Penuh si ayam?" tanya Fahri.
"Iya pas aku masukkan uang tidak bisa lagi," ucap Deva.
"Papa ingin menyampaikan sesuatu terhadap Dev," ucap Fahri.
"Sebentar," ucap Deva.
Deva memeluk semua celengan baru dan memasukkan ke dalam lemari bajunya. Deva menutup pelan lemari baju lalu duduk di sebelah Fahri.
"Dev buat salah, ya? atau papa marah karena Dev buat 40 orang masuk rumah sakit lagi?" tanya Deva.
"Ulahmu mengenai itu telah diatasi papa. Ini pembicaraan yang beda," ucap Fahri.
"Bisa saja aku masuk penjara karena ulahku sering menghajar orang lain," ucap Deva.
"Setiap perbuatanmu mempunyai bukti kuat agar kau tidak masuk jeruji besi," ucap Fahri.
"Terus papa membicarakan apa?" tanya Deva.
"Semester dua kau pindah sekolah. Di sekolah Radeva Internasional High School," ucap Fahri.
"Sekolah milik papa itu?" tanya Deva.
"Iya," ucap Fahri.
"Malas. Dev mau di sekolah saat ini saja," ucap Deva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deva (END)
Teen FictionNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah ayah dan anak saja tidak lebih. Zyandru Bakrie Radeva cowok dingin yang sering disebut kulkas berjalan oleh teman-temannya menyimpan trauma berat tentang suatu kejadian di masa lalunya. Deva panggilan akrabny...