Beberapa minggu kemudian Deva telah sepenuhnya pulih. Pemuda itu tengah duduk diatas tangga. Dia memperhatikan sang ayah yang serius bekerja dengan sekretaris barunya Dwi.
Karena bosan dia kembali ke kamar untuk berganti baju. Deva berencana akan keluar untuk sekedar nongkrong bersama para sahabatnya.
Di kamar Deva memilih outfit simple. Dia memang tidak suka memakai pakaian yang terlalu formal menurutnya itu terlalu ribet.
Deva melihat pantulan dirinya di cermin. Pakaian yang digunakan Deva serba hitam. Warna hitam memang favorit Deva di lemari bajunya saja kebanyakan kaos berwarna hitam begitupula kemeja dan baju koko.
(outfit Deva)
"Dilarang papa pergi ke gym jadi perutku gak kelihatan roti sobeknya," keluh Deva.
Selama masa pemulihan akibat luka tusukan itu Fahri melarang keras Deva pergi ke gym. Bahkan saat Deva melanggar Fahri menghukumnya dengan cara mengunci Deva di kamarnya selama seharian penuh.
"Semoga minggu ini diperbolehkan papa ke gym," ujar Deva.
Pemuda itu turun dari tangga seperti biasanya yaitu menggunakan pegangan tangga. Fahri melirik saja tidak masalah akan tindakan sang anak.
(om Fahri)
"Mau kemana lu?" tanya Fahri melihat Deva berpenampilan rapih.
"Hangout dong. Masa weekend kerja mulu," sindir Deva.
"Butuh uang gak lu?" tanya Fahri.
"Punya bokap peka bener deh," ujar Deva.
"Bentar gua transfer ke rekening lu dulu," ujar Fahri.
"Black card aja sih atau gak cash gitu 500 ribu aja," ujar Deva.
"Uang cash gua ada 200 ribu doang," ujar Fahri.
"Cukup tuh," ujar Deva.
Fahri mengeluarkan uang diambil sangat cepat oleh Deva. Deva terkekeh geli karena ayahnya mengelus dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deva (END)
Teen FictionNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah ayah dan anak saja tidak lebih. Zyandru Bakrie Radeva cowok dingin yang sering disebut kulkas berjalan oleh teman-temannya menyimpan trauma berat tentang suatu kejadian di masa lalunya. Deva panggilan akrabny...