Pemandangan langit malam bertaburan bintang sangat indah untuk dipandang. Di balkon salah satu kamar ada sosok pemuda yang tengah menatap kagum bintang-bintang di langit. Dia Deva sejak kecil memang menyukai tentang bintang dan hal-hal berbau antariksa.
"Ciptaan Allah sangat masyaallah indahnya," kagum Deva.
"Dev kamu udah tidur belum?" tanya sang ayah.
"Belum!" pekik Deva.
Pintu kamar terbuka disana ada sosok ayahnya yang hanya memakai kaos putih dan sebuah sarung. Deva terkekeh akan penampilan sang ayah.
"Sekolah mengejar nilai menurut papa penting tidak?" tanya Deva tiba-tiba.
"Tidak terlalu sih," jawab Fahri.
"Dev waktu kecil pernah mengeluh sama Allah," ujar Deva.
"Mengeluh tentang apa?" tanya Fahri.
Fahri duduk dibawah diikuti sang anak. Pemuda itu menaruh kepalanya di paha sang ayah. Fahri biarkan saja.
"Dev bilang kalau Allah tidak adil. Deva kan bodoh gitu. Masa Allah malah ambil mama dari sisi Dev," adu Deva.
"Itu takdir Allah. Kita manusia hanya bisa merencanakan suatu hal dalam hidup. Mengenai segalanya ditentukan sang pencipta," ujar Fahri.
"Malam ini aku izin balapan," ujar Deva.
"Tidak boleh!" tegas Fahri.
"Pah! aku gabut!" pekik Deva.
Fahri menatap tajam Deva. Pemuda itu akhirnya mengganggukkan kepalanya tanda mengerti.
Besok sorenya ada sekumpulan pemuda berseragam putih abu tengah menyantap makanan dengan lahap. Mereka berada di pinggiran jalan tengah menikmati batagor.
Setelah selesai makan mereka malah duduk di trotoar jalanan yang sepi. Motor mereka berada di parkiran terdekat jadi tidak perlu khawatir.
"Gua jadi mikirin sesuatu deh," celetuk Rian tiba-tiba memecahkan keheningan.
"Tumbenan lu bisa mikir," ledek Sandy terhadap Rian.
"Heh Santo kurang ajar lu!" kesal Rian kembali Meledek Sandy.
"Anaknya si Ridho kurang ajar!" kesal Sandy.
"Lu berdua berantem sana," ujar Leo membiarkan kedua temannya bertengkar.
"Pisahin dodol!" pekik Hamiz tidak setuju akan ucapan Leo yang seenaknya.
"Seru lho, Miz. Lihat orang bertengkar apalagi sampai adu jotos," ujar Irsyad mendukung ucapan Leo.
"Kita kan sahabat tidak boleh bertengkar," ucap Atha.
"Atha aja yang paling kecil bisa ngerti. Lu berdua malah adu bacot mulu," sarkas Deva.
Ucapan Deva menghentikan pertengkaran antara Rian dan Sandy. Hamiz menahan tawanya melihat wajah kedua sahabatnya yang ketakutan menatap wajah Deva. Leo dan Irsyad malah tertawa keras tidak peduli akan keadaan sekitarnya.
Tak lama tawa mereka terhenti. Deva melirik kearah Rian meminta dia menjelaskan maksudnya tadi. Rian yang tidak mengerti malah memiringkan kepalanya.
"Lu ngapain natep gua sih, kulkas?" tanya Rian.
"Lanjutkan ucapan lu tadi," ujar Hamiz.
"Oh itu!" pekik Rian.
"Berisik anaknya Ridho!" protes Sandy karena mereka dilihat orang para pejalan kaki yang lewat.
"Gini gua penasaran aja sama uang jajan kalian setiap bulannya berapa gitu," ujar Rian.
"150 juta. Gua gunakan untuk menyenangkan adek. Maklum dia kadang sedih setelah melakukan kemo," ujar Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deva (END)
Teen FictionNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah ayah dan anak saja tidak lebih. Zyandru Bakrie Radeva cowok dingin yang sering disebut kulkas berjalan oleh teman-temannya menyimpan trauma berat tentang suatu kejadian di masa lalunya. Deva panggilan akrabny...