52

1K 88 29
                                    

Membolos memang kegiatan yang kurang baik untuk seorang pelajar. Anehnya sering dilakukan kebanyakan siswa disebabkan beberapa faktor. Ada sosok pemuda saat ini dia tengah membolos sendirian di gudang lama sekolah. Teman dia hanya sebuah rokok yang tengah dia hisap saat ini.

"Gua denger nyokap lu sekarang jadi jalang ya?!" ledek seseorang.

Deva berdiri mematikan rokok yang masih lumayan banyak. Dia mendekati pemuda yang meledek tentang ibunya.

"ULANGI!" tegas Deva.

"Gua bilang ibu lu jalang!" ledeknya.

Deva memukul wajah pemuda itu sangat kuat. Pemuda itu menatap datar lawan yang langsung tepar sekali serang.

"Lemah," desis Deva.

"Jangan mentang-mentang anak kepala yayasan sok berkuasa lu!" pekik temannya.

"Benar!"

"Lu cuma beban bagi pak Mahendra!"

"Tahu lu kagak sadar diri sebagai anak pungut!"

Deva mendekat kearah mereka yang malah mundur. Kedua tangan dia mencekram leher kedua pemuda itu. Rintihan mereka tidak dipedulikan Deva.

"Gua Zyandru Bakrie Radeva. Putra tunggal Mahendra Sabil Al Fahri. Pemilik seluruh aset kekayaan dirinya," ujar Deva datar.

'Bruk'

Suara pintu terbuka membuat Deva melepaskan kedua pemuda itu. Dia mengerti jadi berlalu pergi menuju ruangan bk. Tidak heran hampir setiap hari ada saja yang membuat diri dia terkena masalah.

Di ruangan bk suara protesan dari ketiga wali murid siswa terdengar jelas. Deva acuh dengan menggorek telinga dia malas meladeni keributan.

"Anak ini tidak punya adab sama sekali!" pekik ibu yang anaknya dibuat pingsan oleh Deva.

"Kenapa kau diam saja?!" pekik ibu yang gelang masnya banyak sekali.

"Cepat skorsing anak ini!" tunjuk ibu yang wajahnya sombong sekali kepada Deva.

Deva tidak peduli lagipula menurut dia yang salah bukan dirinya. Dia hanya membalas hinaan mereka saja.

"Harusnya dia dikeluarkan!" pekik ibu yang memeluk anaknya karena leher dia sakit.

"Siapa yang dikeluarkan?" tanya seseorang.

Suara sepatu pantofel masuk ruangan terdengar jelas. Di depan ruangan bk ada sosok Fahri menatap dengan senyuman tipis kepada tiga ibu yang memarahi putra dia tadi.

Fahri mendekat kearah Deva. Ayah itu membisikkan sesuatu ke telinga Deva. Deva kembali membisikkan sesuatu kepada Fahri.

Interaksi mereka ditatap aneh semua orang. Para ibu kira bahwa Fahri kakak dari Deva, padahal salah besar.

"Bisa kalian jelaskan?" tanya Fahri.

Mereka menjelaskan tentang kejadian yang terjadi. Duda beranak satu itu menatap sang anak sejenak.

"Jadi kalian pikir putraku menghajar anak-anak kalian tanpa sebab begitu?" tanya Fahri datar.

Dilihat dari dekat Fahri menahan emosinya. Pria dewasa itu lebih mempercayai ucapan sang anak dibandingkan orang lain. Lagipula dia tahu saat putranya berbohong bagaimana.

"HAH PUTRA?!" kaget mereka.

"Zyandru Bakrie Radeva. Kalian lupa sekolah ini bernama Radeva Internasional High School. Jangan sampai lupa bahwa pemilik sekolah ini adalah siswa yang kalian hina barusan," ujar Fahri tersenyum meledek.

Deva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang