Dapur salah satu tempat favorit Deva. Remaja itu tengah sibuk memasak sendirian dia tidak mengizinkan Fahri memasak karena kondisi kesehatannya kurang baik. Suara bel pintu mengalihkan perhatian Deva dia mematikan kompor lantas berjalan kearah depan pintu. Ternyata ada kedua orangtuanya Fahri dia menatap remeh kearah Deva.
"Hendra sangat menginginkan seorang putri namun malah mendapatkan anak yang tidak berguna," sarkas Linda.
"Kenapa kau melakukan pekerjaan rumah?" tanya Rahmat.
"Papa saja melakukan pekerjaan rumah tangga sejak kecil. Jadi aku meniru apa yang papa lakukan saja," sahut Deva.
"Panggilkan ayahmu suruh dia kesini," ujar Rahmat.
"Papa tidak bisa diganggu sekarang," ujar Deva.
Rahmat memukul rahang tegas Deva membuat pemuda itu mundur beberapa langkah. Deva meludah kearah samping ada sedikit darah disana.
"Kau bukan siapa-siapa. Jadi tidak ada hak bagimu melarangku bertemu putraku!" kesal Rahmat.
"Papa bukan putra kakek Rahmat," ujar Deva.
Perut Deva dipukul oleh Rahmat beberapakali. Deva diam saja dia akan menahan kedua orangtua Fahri untuk tidak bertemu dengan Fahri.
Tubuh Deva masih berdiri kokoh menahan Rahmat dan Linda dia tidak mau ayahnya mengingat trauma. Untuk kali ini biarkan Deva melindungi sang ayah.
"Kau sialan!" kesal Rahmat.
"Papa saat ini sedang beristirahat karena lelah. Kuharap kakek dan nenek mengerti," ujar Deva.
"Cih alasan saja kau!" kesal Linda.
"Aku tahu bahwa kakek dan nenek mengganggapku aib. Namun untuk kali ini biarkan papa beristirahat dengan tenang tanpa ada keributan," ujar Deva.
Deva tidak mau sang ayah terganggu. Dia menginginkan ayahnya kembali pulih seperti sedia kala. Dengan bertemu kedua orangtuanya malah membuat Fahri semakin sakit.
"Aku hanya memohon kepada kalian berdua. Ayahku tidak enak badan disebabkan rasa traumanya," ujar Deva.
Rahmat akan memukul Deva kembali namun ada yang menahan pergelangan tangan Rahmat. Ternyata itu Angelo dia menatap datar Rahmat beserta Linda. Deva diam saja dan sedikit senyum tipis melihat kedatangan Angelo.
"Putraku tengah sakit tuan. Telingamu tidak berfungsi ya makanya cucuku perlu mengulangi beberapa kali ucapannya agar anda mengerti," ujar Angelo.
"Bener tuh daddy. Om Rahmat mulai budeg kali faktor usia maklum!" pekik Roy.
"Budeg parah banget ya ayah. Pasti perlu disedot tuh kotoran telinganya," timpal Nisa.
"Disedot aja sekalian sama orangnya," ujar Roy.
"Wah itu lebih setuju!" pekik Nisa.
Angelina yang melihat tingkah mereka terkekeh. Memang yah anak perempuan mirip sekali dengan ayahnya.
Roy membantu Deva berdiri. Angelo mendorong tubuh Rahmat dan Linda keluar rumah dibantu sang istri Angelina.
"Om kok ada disini?" heran Deva.
"Itu Rey kasihtahu bahwa Fahri sakit. Jadi om kesini deh bareng kakakmu eh ternyata oma dan opa pengen ikut juga," ujar Roy.
Deva mengganggukkan kepalanya. Remaja itu berjalan menuju dapur untuk melanjutkan memasak membiarkan masalah kedua orangtuanya Fahri ditangani Angelo.
Di luar rumah Angelo menatap sengit Rahmat. Angelo tidak suka melihat cucunya disakiti dia saja sering memarahi Fahri yang menjewer telinga Deva.
"Kau telah keterlaluan Rahmat!" kesal Angelo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deva (END)
Teen FictionNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah ayah dan anak saja tidak lebih. Zyandru Bakrie Radeva cowok dingin yang sering disebut kulkas berjalan oleh teman-temannya menyimpan trauma berat tentang suatu kejadian di masa lalunya. Deva panggilan akrabny...