Matahari telah terbenam beberapa jam yang lalu di salah satu kamar rawat rumah sakit ada kedua sosok pria berbeda usia. Yang muda tengah duduk di pangkuan yang lebih tua. Dia Deva sejak terbangun dari koma tidak mau berjauhan dengan sang ayah. Fahri saja hanya punya waktu sebentar untuk salat.
"Masih sakit perutnya?" tanya Fahri.
"Enggak sih," ujar Deva.
"Papa ada pekerjaan kantor. Deva tidur di kasur ya," ujar Fahri.
"Tidak mau," ujar Deva memeluk leher Fahri sangat erat.
"Kau masih saja memperlakukan dia seperti anak kecil Hendra," ujar seseorang.
"Kalau papa kesini untuk membuatku emosi lebih baik keluar saja," ujar Fahri datar.
"Daripada kau mengurusi dia mending kau menikah lagi saja," ujar Rahmat.
Fahri tidak suka apabila ayah kandungnya datang. Setiap mereka bertemu pasti keributan yang akan terjadi.
"Papa mendesakku tentang menikah terus. Daripada aku yang menikah lebih baik papa sendiri yang menikah saja," ujar Fahri.
"Calon selanjutnya pasti kau menyukainya," ujar Rahmat.
"Berhentilah menjodohkan diriku. Aku pria dewasa yang mengerti tentang jalan hidupku sendiri," ujar Fahri.
"Kau masih saja pembangkang Hendra," ujar Rahmat.
"Kurasa seingatku papa tidak mengajarkan apapun terhadapku," ujar Fahri sarkas.
"Ck harusnya kau seperti kakakmu Aldo," ujar Rahmat.
"Mulai membandingkan diriku dengan Aldo lagi. Aku muak mengenai itu pah. Kalau kedatanganmu hanya untuk itu saja lebih baik keluar saja," ujar Fahri datar.
Rahmat keluar kamar dengan membanting pintu sangat keras. Deva saja sampai kaget karena tindakan kakeknya itu.
"Maaf ya nak membuatmu kaget," ujar Fahri.
"Bukan salah papa kok. Itu salah kakek setan ini," ujar Deva.
"Hey tidak boleh begitu," nasihat Fahri.
"Biarin," ujar Deva acuh.
"Dev papa tidak mau meninggalkan dirimu sendirian," ujar Fahri.
"Papa kan disini bersama Dev," ujar Deva.
"Papa mau mendesain dulu. Kamu duduk ya disamping papa," ujar Fahri.
"Tidak mau!" kekeh Deva.
"Ya sudah," ujar Fahri pasrah.
Duda itu mengambil hp miliknya untuk menghubungi seseorang. Deva mendengarkan saja malas beranjak dari pangkuan sang ayah. Fahri malah mengelus rambut sang anak.
Setelah selesai telepon Fahri melihat sang anak. Fahri mencium wajah sang anak membuat Deva memukul wajah ayahnya karena kaget.
"Astaga nak wajah ganteng papa," keluh Fahri mengelus wajahnya yang tadi dipukul Deva.
"Makanya jangan cium Dev mulu!" protes Deva.
"Bayi besarnya papa kan kamu," ledek Fahri.
"Ck!" kesal Deva.
Karena kesal Deva diam saja membiarkan Fahri mengelus punggungnya. Deva semakin nyaman jadi malas beranjak dari pangkuan sang ayah.
"Kaum Nabi Luth Alaisalam dimusnahkan sama Allah disebabkan mereka menyukai sesama jenis. Bahkan istrinya Nabi Luth ikut binasa akibat peristiwa tersebut," celetuk Deva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deva (END)
Teen FictionNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah ayah dan anak saja tidak lebih. Zyandru Bakrie Radeva cowok dingin yang sering disebut kulkas berjalan oleh teman-temannya menyimpan trauma berat tentang suatu kejadian di masa lalunya. Deva panggilan akrabny...