Ninety Two

53 10 6
                                    

"Ah sialan memang, ayo sini" Ucapnya sembari menarik paksa
"Eh mau kemana Mo kan baru satu putaran hukuman kita" Jelasnya yang tak mengerti dengan seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Momo,

"Berisik Nay udah ikut aja kenapa si" Keluh nya yang masih begitu setia menggenggam tangan Nayeon menariknya mengikuti jalan yang Momo lalui dengan begitu tergesa-gesa jelas ini memang bukan yang pertama kali buat Nayeon namun tak memungkiri,

Degup jantung nya berdetak begitu kencang seakan-akan ingin melonjak keluar mengingat akhir-akhir ini keadaan mereka berdua sedang tidak baik-baik saja membuat sesak pada hatinya,

"Nah masuk" Ucap Momo setelah membukakan pintu Nayeon begitu terkejut sejak kapan kita sudah sampai disini? Sebegitu dalam kah lamunannya sampai-sampai ia tak sadar akan perjalanannya yang menjadi begitu terasa cepat
"Ck Nay" Keluh Momo melihat Nayeon yang lagi-lagi selalu saja melamun tidak jelas,

"Eh hehehe iya iya sabar" Ucap Nayeon yang langsung memasuki ruangan itu yang tampak begitu bersih tanpa debu sedikitpun padahal ruangan itu begitu tak pernah dihuni kecuali empat setan itu yang begitu pemalas
"Ini markas kalian? Kenapa kita harus ke sini?" Tanyanya sembari melihat-lihat disekitar,

"Iya kenapa memang nya? Dari pada panas-panasan di lapangan" Ucap Momo yang langsung mendudukkan pantatnya diteras
"Bersih banget serajin itu kalian, tapi kan salah kita juga makannya kita dihukum" Sahut Nayeon yang melihat ke arah luar lewat jendela dengan perasaan yang begitu melegakan menurutnya angin yang terasa pada kulitnya begitu sangat menyejukkan,

Yups sekarang mereka berada di lantai atas markas JMCT dikampus sejujurnya mereka sedang menjalankan hukuman dari sang dosen karena ulah mereka yang tertidur disaat jam pelajaran dimulai atau lebih tepatnya Momo pura-pura tidur agar Nayeon tak sendiri an dalam hukumannya,

"Kenapa memang suka kamu disini? Ck tidak usah dipikirin mending tidur aja masih ngantuk kan?" Tanya Momo yang kali ini tak berkutik dari layar handphone nya
"Suka, udaranya sejuk banget dari sini" Ucap Nayeon memandang Momo yang begitu asik dengan handphone nya,

"Halo"
"........"
"Udah? Komplit semua kan?"
"........"
"Hmm oke-oke otw bentar tunggu aja disitu"
"........"
"Iya bawel banget"

Seketika itu Momo berlari keluar ruangan meninggalkan Nayeon sendiri an tanpa menggubris panggilan dan ucapan dari Nayeon,

"Huh seperti nya dia masih begitu enggan untuk bersamaku maaf buat semua kesalahanku Mo" Gumamnya sembari melihat kembali suasana luar yang begitu menenangkan dengan perasaan yang begitu gelisah padahal ia begitu berharap mampu berbaikan dengan nya tapi nyatanya sekarang Momo meninggalkan nya entah demi siapa,

"Ngpain masih di jendela entar masuk angin" Ucap nya mengagetkan Nayeon yang sedang asik menari-nari dalam pikirannya
"Ku kira tidak akan kembali" Sahut Nayeon melihat sosok Momo dengan begitu banyak kantong plastik bawaannya
"Kenapa? Merindukanku kau hm?" Goda Momo yang langsung berjalan ke arah Nayeon setelah menutup pintu,

Nayeon hanya berdecak kesal meskipun dalam hati memang iya dia begitu sangat merindukan sosok nya,

"Udah sini duduk makan" Ucap Momo menarik tangan Nayeon untuk duduk di dekatnya
"Buat siapa sebanyak ini?" Tanya Nayeon begitu heran dengan banyaknya makanan didepannya
"Kita, lebih tepatnya kamu si biar sehat lesu banget kamu" Sahut Momo,

"Perhatian banget om-om ini" Ucap Nayeon menyenggol bahu Momo dengan godaan nya
"Apa si najis banget siapa juga yang perhatian sama pacar orang" Sahut Momo sembari menekan kata pacar orang didepan Nayeon
"Lantas ini semua apaan kalo bukan sebuah perhatian?" Ucap Nayeon yang heran dengan tingkah Momo sekarang yang begitu Lowkey menurutnya,

"Takut kamu mati aja si nanti aku yang diinterogasi dituduh jadi pembunuhnya" Sahut Momo dengan begitu santainya
"Bodo amatlah mending mati dari pada makan makanan dari orang yang ga ikhlas" Ketus Nayeon yang begitu enggan melihat Momo yang berubah begitu menyebalkan saat ini,

"Iya iya matilah gih" Ucap Momo sembari menyuapi bakso yang sudah ia tiup kedalam Mulut Nayeon bukannya menolak tapi Nayeon justru malah menrima suapan itu dari tangan Momo dengan begitu senangnya
"Ck katanya mending mati kok dimakan" Heran Momo melihat tingkah Nayeon yang menurutnya menggemaskan tapi ia harus sadar posisi untuk saat ini karena Nayeon bukan lagi miliknya,

"Orang dipaksa" Ucap Nayeon memalingkan wajahnya menyembunyikan ekspresi bahagianya
"Siapa yang maksa? Ga ada yang maksa ya tuan putri" Sahut Momo padahal ia tidak memaksa Nayeon ia hanya menyodorkan makanannya ke dalam mulut Nayeon namun Nayeon menerima dengan lapang dada jadi apa kah itu sebuah paksaan?,

"Ck berisik ah bawel banget kamu" Ucap Nayeon yang langsung merebut bakso Momo dan melahap nya dengan begitu lahap tak seperti tadi pagi dimeja makan yang terlihat begitu tak selera sekarang dengan begitu tenang dan senangnya Momo melihat Nayeon yang kembali makan dengan begitu lahapnya,

"Pfftt pelan-pelan saja aku tidak akan merebut makananmu" Ucap Momo yang begitu gemas melihat tingkah Nayeon saat ini
"Berisik jangan mengganggu ritual orang yang sedang makan dengan begitu kelaparan" Sahut Nayeon sembari mengunyah kembali makanannya, Momo hanya tertawa melihat tingkah Nayeon,

(Untuk kedepannya aku memang tidak tau bagaimana tapi apa aku salah mengharapkanmu kembali lagi kepadaku? tidak perduli dengan siapa hubungan kamu saat ini aku akan merebutnya kembali secara halus dengan caraku sendiri maafkan aku jika aku begitu egois tentangmu-Heart Nayeon),

(Seandainya kejadian itu tidak ada apakah kita masih sebahagia ini? Atau mungkin lebih bahagia dari pada ini?-Heart Momo),

Mereka pun akhirnya menyantap makanan dengan begitu tenang Momo hanya menyemil sembari melihat Nayeon yang makan dengan begitu lahap seperti orang yang tak makan satu tahun saja menurut Momo namun tetap saja ia begitu bahagia,

Dibandingkan melihat Nayeon yang kemarin-kemarin begitu tidak Bernafsu menyentuh makanan Momo lebih suka melihat Nayeon yang saat ini begitu rakus nya menyantap makanan dihadapannya tanpa rasa malu,

Jika pertengkaran itu ada mengapa Berbaikan tidak menjadi hal utama? Jika cinta itu nyata mengapa harus menjadikan kebencian sebagai pemenangnya? Kita tidak bisa mengukur ketulusan seseorang hanya karena sebuah kesalahan,

Yang seharusnya kita ukur itu bagaimana seseorang mampu bertahan dengan kehidupan kita yang begitu banyak nya kekurangan bahkan ketidak punyaan nya kesempurnaan dalam kehidupan kita,

Apakah mereka mampu menerimanya? Atau justru meninggalkan nya? Hidup memang bukan hanya soal cinta namun cinta tanpa kehidupan tidak akan ada artinya,

Manusia diciptakan untuk saling mencintai bukan menaruh benci, melengkapi kekurangan masing-masing jauh lebih baik dari pada mencari yang terbaik yang faktanya tidak ada karena manusia mempunyai kesempurnaan dan kekurangan nya masing-masing tergantung bagaimana rasa bersyukur kita padanya.










Tap bintang ⭐ dipojokan jika suka #Vote
Kritik dan saran📝 jika perlu #Comment
See you BAS yang terhormat🙏

Cerita Kita || Twice X blackpink (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang