27. AL-14855

1.7K 71 1
                                    





Awan hari ini tampak mendung ombak laut pun tampak begitu tenang, burung burung terbang tanpa ada kicauannya

Angin berhembus dengan lembut di wajah, menerbangkan kelopak bunga yang di tabur di atas laut

Seusai itu senja jadi sendu.. awan pun mengabu
Kepergian mu menyisakan duka dalam hidupku

Kelopak kelopak itu perlahan menjauh dari kapal terbawa oleh air yang menyebar. Bahkan kelopak itu tampak tenang di atas air, mereka menyatu

Arel yang dari tadi hanya termenung melihat kelopak itu, ia menggenggam erat kelopak bunga di kepalan tangannya hingga bunga bunga itu rusak sebelum ia tabur

Ku meminta rindu menyesali waktu
Mengapa dahulu.. tak ku ucapkan aku mencintaimu sejuta kali sehari

Walau masih bisa senyum.. namun tak seindah dulu
Kini aku kesepian..

Perlahan kepalanya menunduk memecahkan bulir bulir air mata yang kini menjadi aliran air di matanya. Ia menangis dengan suara yang tertahan, amat sangat perih di tenggorokannya

Kepalan tangan yang berisikan kelopak bunga itu tidak ia taburkan akan tetapi ia usap di wajahnya. Tubuhnya merosot ke bawah

Kamu dan segala kenangan..
Menyatu dalam waktu yang berjalan
Dan aku kini sendirian
Menatap dirimu dengan bayangan

Rasanya sangat sesak saat ia berkali kali menepuk dada nya, rasa sesak itu sangat menyiksa nya

Tak ada yang lebih pedih
Daripada kehilangan dirimu
Cinta ku tak mungkin beralih
Sampai mati hanya cinta padamu

"Kenapa pergi ra?" lirihnya bahkan kata kata itu tidak jelas pelafalannya

"Kenapa Tuhan lo ambil lo dari gue?"

Yang sekarang ia bisa lakukan sekarang adalah menyesal. Arel menyesali dirinya, kenapa tidak ia ungkapkan dari dulu, kenapa tidak ia katakan tentang perasaan nya

Tau begini seharinya Arel tidak akan berhenti mengucapkan apa yang ada di dalam hatinya kepada Laura

Tangis nya semakin pecah kalau mengingat tentang perasaanya. Di tambah kalau ia mengingat waktu perpisahan saat ingin pergi, Arel menolak untuk memeluk Laura. Padahal itu permintaan terakhir dari gadis itu

Tak jauh dari Arel, Laras melihat itu semua. Perempuan itu menangis sesegukan sambil memandangi Arel di depannya

Pandangan Laras kini beralih melihat bingkai foto deretan para korban tragedi AL-14855 itu

Laura, Nada, perawat lainnya serta ada dua personel lainnya akibat lemparan granat

"Dokter Laras.."

Laras menoleh dan langsung memeluk Nana yang di sebelahnya. Tangisan mereka saling bersahutan

Apalagi di kapal ini tangisan tak pernah berhenti, saat hari ini mereka melakukan acara tabur bunga untuk menghargai, menghormati dan mengenang para korban setelah 2 hari kejadian itu

Tidak pernah mereka sangka kejadian mengerikan itu terjadi selang beberapa menit mereka pergi dari kapal itu

Dan beberapa menit itu mampu membuat mereka kehilangan sosok paling berharga

"Arel.."

Pemilik nama itu mendongak dengan mata yang sudah banjir, Dokter Santi dengan lembut dan sayang membawa Arel ke dalam pelukannya

Tentu saja Arel tidak menolak, ia tidak butuh sendirian ia hanya butuh sebuah pelukan

"Saya belum bisa menerima kepergian nya dok"

KOPASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang