32. Panik

1.6K 71 0
                                    

Hujan turun sangat deras hingga tidak memperlihatkan jalan di depan, supir taksi pun mulai was was dengan setirnya. Sedangkan Hanna yang ada di belakang gusar, ia takut kalau nantinya Arel masih ada di keadaan seperti ini

"Mba? yakin ini tujuannya?"

"Iya" jawab nya datar

Supir itu melirik Hanna lewat kaca dengan wajah takut "Mba ini kan—" supir itu memilih tidak melanjutkan karena ia ketakutan

Tujuan Hanna sekarang adalah kuburan, bahkan wajah Hanna terlihat pucat dengan rambut basah berantakan, di baju dan tangannya terdapat darah setengah kering

Belum lagi jika di ingat tadi Hanna keluar dari rumah sakit dengan pakaian pasien

"Sa—saya gak bisa anter lebih dalem lagi, soalnya mobilnya—"

"Saya gak megang duit pak sekarang"

"Oh gak papa mba gak papa. Langsung aja"

"Makasih pak" Hanna langsung membuka pintu mobil dan menerobos hujan dengan berlari

"Astaghfirullah astaghfirullah YaAllah lindungi hamba" supir itu melafalkan ayat ayat Alquran sebelum membawa mobilnya pergi

Di tengah hujan deras itu Hanna terus berlari menuju makam Laura dan Nada

"Arel!! Arel!" teriaknya

"Ais! percuma gak bakal denger" gerutunya karena hujan sangat deras

Matanya menyipit saat melihat seorang pria yang tengah duduk dengan kepala menyender di nisan tersebut

"Astaghfirullah Arel. Bisa gila kayanya ni anak"

"AREL!!" teriaknya sambil berlari menuju tempat

"Rel! Arel astaga" Hanna langsung setengah duduk sambil memeluk kepala Arel

"Lo ngapain rel?"

Arel hanya diam, ia menerima pelukan Hanna

"Nanti lo sakit" khawatirnya

Semenjak bertemu dan bertugas di UGD bersama sama. Hanna sudah menganggap semuanya keluarga, Hanna sayang terhadap semuanya

"Saya mau mati aja dok"

Hanna langsung melepaskan pelukannya dan memegang kedua pipi Arel

"Gak! kehidupan lo masih panjang rel. Laura pasti kecewa ngeliat lo kayak gini"

"Dia udah gak ada dok! dia gak bisa liat saya yang kecewa. Jadi buat apa?!"

Hanna kembali memeluk Arel "Pulang sama gue yaa?"

"Kita pulang sekarang. Kalau besok lo mau kesini silahkan, tapi jangan kayak gini lagi"

"Yaa?" Hanna kembali menghadapkan wajah Arel tepat di hadapannya

Arel mengangguk lemah setuju, saat itu Hanna berdiri sambil menarik tangan Arel. Gadis itu menuntun Arel berjalan di tengah kuburan

Arel memandang tangannya yang di genggam oleh tangan Hanna. Melihat bercak darah yang banyak padahal hujan mengguyur, Arel mendongakkan kepalanya melihat Hanna yang masih berjalan sambil menariknya

"Kenapa berhenti?" Hanna menoleh ke belakang

"Dokter lari dari rumah sakit?" bodoh kalau Arel tidak tau kalau infus di cabut secara paksa oleh Hanna

"Iya! cuma buat mastiin keadaan lo! dan lo masih mau kayak gini? di saat ada orang yang perduli sama lo!"

Arel menarik tangan Hanna, ia menarik Hanna ke dalam pelukannya

KOPASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang