Pukul 7 saat Zeka baru pulang dari Markas, terlihat perempuan paru baya yang tidak asing bagi nya. Perempuan itu duduk di depan rumahnya, saat Zeka sampai di rumahnya Mifta langsung berdiri dan tersenyum tipis terhadapnya. Melihat Mifta di rumahnya tentu saja membuat nya heran, kenapa bisa seorang istri Purnawirawan panglima di rumahnyaSampai Akhirnya ketika Mifta membuka suara yang langsung to the point membuat Zeka terdiam dan bungkam. Mendengar fakta tentang separuh jiwanya yang tidak pernah ia ketahui. Mendengar di mana keberadaan istrinya, Zeka langsung berlari tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun
Tanpa bertanya ke resepsionis Zeka langsung mencari nomor kamar yang sudah di berikan oleh Mifta. Pintu kamar pun tidak terkunci saat Zeka membukanya, awalnya Zeka tidak percaya karena ini semua sudah di rencanakan, dari Mifta yang tiba tiba datang kerumahnya dan memberi tau keberadaan Hanna, serta pintu kamar hotel yang tidak terkunci. Tapi setelah melihat Hanna yang sangat nyaman di dalam pelukan dan memeluk pria di atas ranjangnya membuat pikiran Zeka buntu dan tertutup
Sudah jam 11 tapi istrinya itu juga tidak kunjung pulang, ada rasa menyesal saat meninggalkan Hanna tadi tapi rasa kecewa dan marah nya lebih besar. Zeka duduk di kursi meja makan dengan tangan yang menumpu kepalanya, sampai akhirnya ia terlelap
Hanna berjalan masuk ke dalam kamar, tak ada Zeka di dalam nya, akhirnya ia menemukan Zeka dengan mata terpejam. Rasa bersalah mulai menyelimuti nya, Hanna kembali menangis. Hanna tidak cengeng terbukti dari perjalanan hidupnya selama ini ia perempuan kuat, tapi kenapa di hadapkan oleh suaminya membuat hati Hanna sakit karena rasa bersalah
"Mas" Zeka tidak membuka matanya saat Hanna memanggil dengan pelan, Hanna pun dengan ragu memegang bahu suaminya dan kembali memanggil
"Mas"
Zeka terbangun dengan matanya yang terlihat merah, Hanna pun langsung menarik tangannya saat Zeka menegakkan tubuhnya
"Tidur di kamar mas" belum sepenuhnya Hanna selesai berbicara, Zeka sudah langsung berdiri dan masuk ke dalam kamar. Hanna pun juga ikut masuk ke dalam kamar, belum sempat ia memegang ganggang pintu kamar, pintu itu sudah terbuka dengan Zeka yang membawa bantal dan guling
"Kamu mau kemana?"
Zeka langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa, dan memunggungi Hanna yang termenung terdiam. Sakit yang ia rasakan sekarang tidak sebanding dengan sakit yang di rasakan oleh suaminya, mungkin Zeka memang tidak mau berbicara dengannya, Hanna memutuskan masuk ke dalam kamar untuk membersihkan dirinya dan tidur, entahlah apa yang akan terjadi besok
Keesokannya adzan subuh membangunkan Hanna yang tidur sendirian itu, biasanya akan ada Zeka yang sudah dengan baju Koko nya tersenyum menyambut dirinya yang baru membuka mata, tapi kini tidak ada. Hanna turun dari atas ranjang, di lihat nya sofa yang sudah tidak ada Zeka di sana, Zeka pasti sudah berangkat ke masjid. Hanna pun mengambil wudhu dan sholat sendirian
Sehabis sholat pun Hanna langsung beres beres dan masak, dan Zeka belum pulang juga. Setelah semua pekerjaan rumah selesai, Hanna memutuskan untuk mandi agar lebih segar
Dengan rambut yang masih setengah basah Hanna keluar dari kamar barengan dengan pintu rumah terbuka menampilkan Zeka yang pulang
"Mas sarapan dulu ya?"
Sama seperti tadi malam Zeka seakan akan tidak melihat dan mendengar suaranya serta keberadaan nya. Suaminya itu langsung masuk ke dalam kamar, Hanna yang melihat respon itu hanya tersenyum kecut dan menuju meja makan menyiapkan sarapan. Piring Zeka dan piringnya sudah di penuhi dengan nasi goreng dan telur mata sapi, serta teh hangat untuk Zeka. Tapi ketika Zeka keluar dari kamar, pria itu sudah menggunakan pakaian olahraga nya dan berniat keluar. Tentu saja Hanna langsung berdiri dan mengejar suaminya
KAMU SEDANG MEMBACA
KOPASKA
General FictionBerjuang dalam pertempuran untuk negara, berusaha untuk hidup dan kembali untuk Hanna - Kapten. Zeka Akasarna Perkasa