54. sebuah pengkhianatan?

1.5K 68 3
                                    

Iskandar memandang kosong tempat dimana Hanna berlutut tadi, dirinya hanya tidak ingin ada yang melukai anaknya. Mendengar ancaman tadi membuat Iskandar jadi cemas, baru sebentar ia menikmati momen bersama anak nya, Iskandar tidak siap untuk kehilangan. Banyak hal yang Iskandar sesali dan banyak hal yang terlewatkan, Iskandar ingin menembuskan dosa dosanya pada Diyandra dan juga Hanna, walaupun tidak bisa

"Sudahlah pa. .  biarin aja sih dia dengan suaminya. Harusnya kemarin papa gak bawa dia lagi ke rumah"

"Alyodhya! dia tanggung jawab papa! dia kesusahan karena papa!"

"Buktinya dia gak mau pa!!! dia mau karena papa ancam!" balas teriak Alyodhya

"Ancaman papa semakin buat dia kesusahan! . . . mikir dong pa, dengan biarin dia papa gak bakal buat dia kesusahan" Alyodhya pergi dari sana setelah keterdiaman papanya. Alyodhya bukan membela Hanna, dia hanya takut semakin Hanna masuk ke dalam kehidupan Iskandar, kemungkinan semua aset akan jatuh pada Hanna, dan semua kerja kerasnya selama ini akan terlupakan oleh Iskandar

Sehabis dari kantor Iskandar, Hanna tak langsung pulang. Ia memilih untuk pergi ke Mall sebentar sebagai refreshing, untuk menghadapi Zeka dirumah nanti wanti wanti kalau suaminya itu sudah tau. Tapi Hanna juga tidak lupa memberi tau Zeka bahwasanya dia sedang berada di luar, tapi pesannya itu belum di baca

Sesampainya di Malla Hanna langsung mampir di sebuah restoran sushi, saat menunggu pesanan sebuah nomor tidak di kenal mengirimnya pesan, dan ternyata Mifta. Ponsel nya berdering saat Hanna tidak membalas Mifta tersebut

"Kamu dimana?"

Hanna melirik sekitarnya "Kenapa?"

"Saya ingin berbicara"

Hanna mengerutkan dahinya, ada angin apa Mifta tiba tiba ingin berbicara padanya "Langsung saja"

"Tidak bisa, kita harus bertemu"

"Gue gak mau, kita gak ada urusan"

Baru beberapa detik sambungan telpon mati, Mifta sudah muncul saja di depannya dengan membawa pesanan yang ia pesan tadi. Hanna berdecak malas, pasti Mifta sudah mengikuti dari tadi, dan itu membuat Hanna semakin jijik dan risih

"Ngapaih sih" gumam Hanna kesal sembari mengambil makanan nya dari nampan

"Saya sudah bilang ingin berbicara"

Hanna mendengus sambil memasukkan sushi ke dalam mulutnya "Seperti saling kenal saja ingin berbicara"

"Saya denger dari Alyodhya kamu datang ke kantor suami saya"

Yang di ajak berbicara tidak menjawab, Hanna mengambil gelas yang berisikan Es Milo dan meminumnya sampai setengah, menghadapi perempuan di depannya ini membuat tenggorokan langsung tandus

"Saya akan lakukan apapun asalkan kamu tetap di sisi suami saya"

"Bukannya lo gak mau ya kalau gue ada di sekitar suami lo mif?"

"Itu dulu"

Hanna hanya tertawa sumbang mendengarnya, tapi ia tidak menjawab malah meneguk air di gelasnya, tapi saat kembali ingin memegang sumpit entah kenapa tangannya jadi tidak kuat menggenggam, sumpit itu terjatuh di meja. Hanna berdehem saat pandangannya mulai kabur, melihat itu Mifta menoleh ke belakang ke tempat ajudannya, memberi kode yang membuat dua pria berbadan tinggi dan gagah itu mendekat

"Bawa dia"

"Tapi Bu, belum pingsan"

"Udah ga sadar dia itu" jawab Mifta yang terlebih dahulu beranjak dari tempat duduk nya, ia tersenyum miring saat obat bius yang di masukkan ke dalam minuman itu bekerja

KOPASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang