"Na, lagi apa?"
"Ihh, Ana, jawab dong, masa dikacangin sih"
"Ana, kamu nangis. Kasian banget sih. Kenapa sih. Ayo sini cerita-cerita sama Sinta yang cantik ini"
"Apasihh Ta, aku lagi nonton drama. Ini ceritanya sedih banget" ucapku kesal pada temanku Sinta yang merecoki kegiatanku menonton drama.
"Mana sedihnya sih, Na. Itu kan cuma adegan mobilnya kebakar. Di dalemnya juga nggak ada orang" katanya sambil menengok ke arah layar laptopku.
"Kamu tuh nggak ngerti, Ta. Itu tuh mobil satu-satunya peninggalan dari ibunya. Terus hiks... terus sama musuhnya dibakar gitu aja, hiks..." ucapku dengan air mata yang masing menggenang di pelupuk mata.
Sinta yang melihat itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu ia mengelus punggungku perlahan.
"Iya deh iya, terserah apa katamu aja. Kirain tadi nangis kenapa"
"Oh iya. Tadi katanya mau pergi ke luar buat makan malem, jadi nggak?" tanyanya.
Aku terkesiap. Aku baru ingat aku ada janji untuk makan malam di luar bersama temanku ini. Aku melihat Sinta yang sudah rapi dan siap untuk pergi. Sedangkan aku masih memakai baju rumah dan sibuk menangisi drama korea yang sedang kutonton.
"Iya jadi kok, sorry ya lupa. Ini siap-siap dulu deh" ucapku. Aku pun segera mematikan laptopku dan bergegas bersiap-siap.
Selesai bersiap, aku langsung pergi menuju motorku yang diparkir dan menaikinya.
"SINTAAA, AYO. KEBURU RAME NANTI RESTONYA" teriakku dari atas motor.
"SEBENTAR, NA. KE TOILET DULU. TIBA-TIBA SAKIT PERUT" teriak Sinta dari dalam rumah.
"LAHHH TADIKAN UDAH SIAP. YAUDAH DAH BURUAN. TAKUT NGGAK DAPET TEMPAT" teriakku lagi.
"OKEE"
Setelah itu, aku menunggu Sinta di atas motor dan berdiam cukup lama di sana. 30 menit berlalu, tetapi Sinta masih belum menunjukkan batang hidungnya.
"Nih si Sinta mana sih. Lama banget. Padahal dia yang tadi udah siap duluan" aku menggerutu pelan sambil melongok ke arah rumah.
"SINTAA, HALOO, UDAH BELOM? tanyaku sambil berteriak.
Tidak ada jawaban sama sekali. Suasana hening. Tiba-tiba angin berhembus pelan membuat bulu kudukku merinding, ditambah lagi langit sudah mulai gelap.
"SINTAAA" teriakku sekali lagi. Akan tetapi masih tidak ada jawaban.
Akhirnya aku memutuskan untuk turun dari motor dan kembali masuk ke dalam rumah untuk mencari keberadaan Sinta.
Saat aku masuk, entah kenapa semua lampu mati. Aku tidak bisa melihat apapun. Aku hanya berpikir mungkin Sinta yang mematikan lampunya karena kami memang mau pergi ke luar.
"Sintaaa, dimana? Udah siap belom?" Panggilku lagi sambil mencari Sinta.
Tidak ada balasan dari Sinta. Namun, samar-samar aku mendengar sedikit suara rintihan. Aku mengerutkan alisku.
"Sintaa.... Itu Sinta bukan?" Aku mulai sedikit panik, jangan-jangan itu suara rintihan Sinta. Mungkin saja ia terjatuh di kamar mandi.
Aku pun segera mencari saklar lampu untuk menerangi rumahku karena ingin segera mencari Sinta.
Akan tetapi ...
Aku tidak pernah menyangka bahwa itu merupakan pilihan yang sangat buruk. Pilihan yang membuat hidupku di ambang antara hidup dan mati.Tepat saat lampu menyala, aku melihat Sinta tergeletak di lantai dekat kamar mandi dengan tubuh bersimbah darah. Mulutnya diikat dan darah mengalir dari sekujur tubuhnya. Yang lebih menakutkannya lagi, aku melihat seorang laki-laki di samping Sinta dengan membawa pisau yang sudah terlumur oleh darah. Laki-laki itu, aku tahu siapa dirinya. Itu adalah mantan pacar Sinta. Sinta memutuskan dirinya karena pacarnya itu sering melakukan kekerasan.
![](https://img.wattpad.com/cover/326850194-288-k231626.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Ashtara [END]
Teen Fiction[Belum Revisi] Ana ternyata benar-benar masuk ke dalam dunia novel yang ia pernah baca. Novel romantis yang menceritakan tentang perjalanan sang pemeran utama dan lika-liku kehidupannya. Sayangnya, bukan menjadi pemeran utama, ia malah menjadi figu...