Hai, aku mau ngingetin sekalian ngasih kabar lagi buat yang mau baca versi POVnya Ash khusus part 44 dan 45 kemarin, ada di karyakarsa ya dengan judul yang sama kayak disini dan nama kreator "Lizea". Buat yang mau baca silakan, yang enggak juga gapapa. Ceritanya hampir sama kok cuma disana pake sudut pandangnya Ash dengan pemikiran-pemikirannya.
Itu aja sih infonya, selamat membaca
~~~~~
Hari sudah berganti, pagi ini aku tidak bertemu dengan Ash karena dia sudah berangkat duluan seperti hari-hari biasanya.
Sedangkan aku hari ini tidak ada kelas di pagi hari. Aku senang sekali. Aku kembali menjalani hariku dengan normal. Tersadar bahwa akhir-akhir ini, semua berjalan dengan baik membuatku merasa bersyukur.
Ash tidak semenakutkan dulu, atau malah bisa dibilang ia bersikap sedikit berbeda(?), lalu aku juga tidak perlu bertemu dengan ayah Hirana. Aku terkadang bertemu Tere dan juga Nata, dan kami berbincang bersama. Sedangkan Rena, aku sudah menghubunginya dan katanya dia akan pulang akhir minggu ini. Aku juga bertemu Zeron beberapa kali. Nanti sebelum kelas, aku ada janji dengannya untuk pergi ke tempat fotokopi sekalian dia mau mengeprint sesuatu, begitu juga denganku. Oh iya soal kak Arfi, terkadang aku menanyakan kabarnya tapi dia hanya menjawab singkat. Yah terkadang kami masih bertemu di kampus sih.
Aku pun melewati hariku dengan biasa-biasa saja. Sampai akhirnya suatu malam tiba dan membuatku menemukan sebuah hal baru yang mengerikan mengenai Ashtara.
Malam itu, seekor kucing liar masuk ke dalam rumah Ashtara yang besar. Jadi sorenya setelah pulang ke rumah, aku sempat membuang sampah ke luar karena sampah sudah menumpuk. Namun, aku lupa menutup pintu dengan rapat. Siapa sangka seekor kucing liar akan masuk ke rumah.
Jejak kaki kotornya tercetak dimana-mana. Aku pun berjalan-jalan ke sekeliling rumah untuk mengejar kucing liar yang masuk.
Aku terus mengikuti jejak dari kucing itu sampai akhirnya aku menemukan sebuah pintu aneh. Ini pertama kalinya aku kesini dan melihatnya. Biasanya memang karena ini rumah Ash, aku tidak berani menjelajah ke seluruh sudut tempat ini dan hanya pergi ke tempat-tempat yang memang diperbolehkan.
Saat aku melihatnya pintu ini memiliki desain unik yang coraknya hampir menyatu dengan tembok. Aku coba membukanya dan ternyata tidak dikunci.
Perlahan aku masuk ke dalamnya.
Gelap. Gelap sekali.
Aku terus berjalan perlahan karena aku dapat melihat sedikit cahaya di bagian ujung mengarah ke bagian bawah.
Aku menuruni tangga yang ada di sana menuju cahaya itu.
Sesaat sampai di bawah, aku langsung merasa kehilangan kemampuanku untuk bernafas. Jantungku berdegup begitu kencang.
Shock, terkejut, takut. Semua menjadi satu. Kakiku lemas. Aku tidak mampu mempertahankan posisiku untuk berdiri. Tubuhku seperti meluruh ke lantai.
Aku melihat banyak alat-alat menyeramkan yang seharusnya tidak dimiliki di rumah orang biasa. Pisau mulai dari yang kecil hingga yang besar. Entah ada berapa jenis disana. Rantai, borgol, tali, pistol, alat pemotong, gergaji, dan mesin-mesin menyeramkan semua ada disana. Belum lagi ada beberapa kursi yang memiliki benda aneh dan menyeramkan yang sepertinya digunakan untuk menyiksa orang. Bercak-bercak darah dapat kutemukan di setiap sisi ruangan. Baunya membuatku ingin muntah.
Ini seperti ruang penyiksaan.
Ini semua kenapa ada di rumah Ashtara. Bukankah keluarga Ashtara adalah pengusaha. Kenapa ada tempat seperti ini. Entah kenapa aku merasa ini seperti pengusaha berkedok gangster.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Ashtara [END]
Roman pour Adolescents[Belum Revisi] Ana ternyata benar-benar masuk ke dalam dunia novel yang ia pernah baca. Novel romantis yang menceritakan tentang perjalanan sang pemeran utama dan lika-liku kehidupannya. Sayangnya, bukan menjadi pemeran utama, ia malah menjadi figu...