Part 25

36.4K 2.1K 47
                                    

Lalu, sekarang aku harus gimana? Apakah Hirana mengejar-ngejar Ash buat mendapatkan perhatian yang nggak pernah dia dapatkan sebelumnya bahkan dari keluarganya. Ternyata kamu cukup kasihan Hirana, tapi sayangnya Ash itu presma dan salah satu orang yang tampak luarnya perlu dicontoh oleh orang-orang, makanya dia pun juga membantu banyak orang. Tapi kamu malah jatuh cinta cuma gara-gara dia nolongin kamu dalam hal kecil yang dilakukan sebagai bentuk kebaikan manusia, bukan karena ia suka kamu. Aku tahu sih wajahnya emang tampan tidak manusiawi. Tapi bukan berarti kamu bisa menghalalkan segala cara buat bisa dapetin dia. Kasian bangett, aku nggak tau Hirana sampe segitunya, soalnya semua ini sebenarnya tidak pernah diceritakan di dalam novel.

Tak lama, aku melihat seseorang masuk ke kamarku. Kepalaku masih sedikit pusing akibat banyaknya ingatan yang masuk. Aku tidak dapat melihat dengan jelas saat dia berada di pintu kamar. Yang jelas, ia adalah seorang laki-laki. Saat dia berjalan mendekat, aku baru menyadari bahwa dia adalah Arfi. Ia berjalan semakin mendekat ke arahku dan kemudian berdiri di samping kasurku.

Dia belum mengatakan apapun. Kemudian ia mengarahkan sebuah kotak tepat di atas kasurku dan menyuruhku untuk bergeser.

“Geser” ucapnya padaku.

Yang benar saja. Badanku sakit semua malah disuruh-suruh pindah.

“Geser sedikit, Hirana” ucapnya lagi dengan nada menekan.

Aku yang masih merasakan pusing dan sakit di seluruh tubuhku tentu saja tidak bisa bergeser semudah itu. Aku hanya diam menatapnya dalam kondisi masih berbaring.

Arfi melihatku yang masih menatapnya dalam diam. Dia menghela nafas kasar kemudian ia mengangkat sedikit tubuhku dan benar-benar meggeser tubuhku agar berpindah ke bagian tengah kasur.

“Akh” Aku mengerang pelan. Saat tubuhku dipindahkan rasa pusing di kepalaku terasa nyut-nyutan. Aku speechless, tak bisa berkata-kata. Bisa-bisanya ia memindahkan begitu saja tubuh orang yang sedang terluka.

Ia tidak menanggapiku sama sekali. Setelah aku digeser sedikit ke bagian tengah kasur, ia tiba-tiba duduk di pinggir kasur. Ia membuka kotak yang tadi ia bawa yang ternyata adalah obat-obat P3K.

Aku kebingungan melihatnya. Apa ini. Kenapa tiba-tiba Arfi seperti ini? Bukannya Arfi nggak suka sama Hirana?

Ia melihat ke arah dahiku dan pertama-tama membersihkan luka di dahiku. Aku hanya diam melihat dia dengan aneh. Saat membersihkan luka di dahiku, tiba-tiba ia mengatakan sesuatu.

“Hirana, lo gak bisa gitu ya, hidup tenang tanpa buat masalah” Arfi berbicara tanpa berhenti mengobati lukaku.

“Lo gak capek apa jadi orang jahat yang gak jelas. Dari dulu gue udah bilang, berhenti nyakitin orang. Gini kan akibatnya. Lo tuh udah keterlaluan. Udah berapa orang yang mau lo bunuh, hah?” Arfi berkata lagi sambil terus mengecek luka-lukaku.

Aku tentu saja diam dan hanya mendengarkan dia berbicara.

“Kalo lo terus kayak gini. Lo gila. Emang lo dapet apa dari nyakitin orang-orang. Lo yang bakal mati. Lo itu keras kepala dan nggak bisa dibilangin. Selalu kayak gitu. Lo juga tau ayah kayak gitu kan?”

Aku yang tadinya hanya diam mendengarkan Arfi berbicara mulai merasa ada rasa yang aneh di hatiku dan tiba-tiba saja aku menyahut pelan.

“Kayaknya emang aku yang bakal mati” ucapku pelan. Arfi yang tadinya tidak melihat ke arahku dan terus mengobati lukaku, langsung mengalihkan perhatiannya dan menatapku.

“Kak, harusnya kakak yang bantu Hirana, lindungi Hirana. Ayah gak pernah gitu kan sama kak Arfi, tapi kenapa aku? Karena aku dorong orang dan bikin onar? Aku nggak bakalan bikin onar kalo kalian mikirin dan merhatiin aku sedikit aja. Bahkan waktu ayah kayak gitu, kak Arfi selalu diem aja kan? Kenapa kak? Hirana itu setidaknya butuh satu orang? Hirana udah mati kak. Dia udah mati” aku berkata pelan kepada laki-laki yang sedang mengobati lukaku ini. Dibanding berbicara atas nama diriku, sebenarnya aku lebih berbicara atas nama Hirana asli. Kalau dipikir-pikir Hirana memang salah, ia berbuat seenaknya hingga terkesan jahat dan membuli orang. Namun, pada dasarnya Hirana ini hanya manusia biasa. Siapa yang tidak sakit dan terluka kalau dia dianiaya habis-habisan. Boro-boro mendapat perhatian. Hirana sepertinya seringkali mendapatkan penganiayaan.

Tapi mau bagaimana lagi, dulu ketika aku membaca novel "I'm Yours", perasaanku juga mungkin sama seperti orang-orang itu. Aku kesal sekali dengan Hirana dan Kiran.

Meski kemunculan Hirana lebih sedikit dari Kiran dan lebih seperti figuran, tetapi mereka sama-sama antagonis. Tapi memangnya siapa yang salah disini?

Mungkin tidak hanya orang-orang yang membaca novel itu, orang-orang yang berada di sekeliling Hirana bisa saja memiliki pemikiran yang sama denganku dan orang-orang lainnya. Di novel, mana pernah menceritakan deskripsi khusus tentang Hirana. Hal yang diceritakan hanya tentang perilaku antagonisnya yang berhubungan dengan Tere ataupun Ash sang pemeran utama. Selebihnya ia tidak muncul.

Dia hanya salah satu pemeran figuran antagonis yang jahat dan menyebalkan. Tidak pernah diceritakan tentang dia, keluarganya, dan latar belakangnya. Tidak diceritakan pula, bahwa Hirana mendapat hasutan dan pengaruh yang cukup besar dari Kiran. Hirana ini entah kehidupannya seperti apa. Tapi sekarang sepertinya aku mengetahuinya sedikit demi sedikit. Kamu pasti mau bahagia kan Hirana sama seperti keinginanku sejak dulu.

Arfi sempat terdiam lama mendengar penuturanku. Entah apa yang ia pikirkan, seperti biasa, aku tidak bisa membaca ekspresi wajahnya. Setelah beberapa lama kemudian, ia pun kembali berbicara.

“Apa? Lo masih hidup sekarang. Hirana masih hidup. Makanya gue bilang berhenti buat masalah” ucapnya.

‘Arfi, kamu nggak tahu aja. Hirana dihadapanmu ini bukan Hirana yang asli, bukan adikmu. Yang sekarang di hadapanmu ini adalah orang lain yang sedang mengisi tubuh adikmu. Hirana… Ia sepertinya sudah tidak ada semenjak kejadian pendorongan dengan Rena waktu itu’

Ia melanjutkan mengobatiku dengan aku yang hanya diam saja.

“Berhenti bicara yang aneh-aneh dan stop bikin masalah Hirana" ucapnya.
.
.
.
.



Flashback off

Di langit yg sudah mulai menggelap itu, sebenarnya suasana di kampus masih ramai, apalagi nanti malam akan diadakan konser. Sekarang sudah mulai terdengar sayup mengenai banyak orang yg berbincang, suara pengumuman pemenang, suara orang-orang yang berlarian dan  masih bermain, dan suara keramaian lainnya. Akan tetapi, itu semua terasa sangat jauh karena aku mendengarnya dari gedung bagian paling belakang.

Aku hanya berjalan tanpa arah, sepertinya otakku masih memikirkan apa yang harus aku lakukan dari sekarang. Dari dua hari yang lalu, ayah dari HIrana itu sebenarnya sudah pergi entah kemana. Pada dasarnya dia memang jarang pulang. Akan tetapi, masalahnya adalah kapan ia akan pulang itu tidak bisa ditebak. Aku juga tidak tahu, jika seandainya dia pulang, aku harus bagaimana, apakah aku harus bersembunyi? Karena dalam ingatan Hirana asli, ayah Hirana memang jarang pulang, tetapi sekalinya pulang, ia pasti melakukan kekerasan dan penganiayaan.

Aku takut. Sudah kubilang kan aku penakut, walau memang kadang-kadang nekat kayak waktu itu bertemu sama ayahnya Hirana dan aku coba sedikit berteriak untuk melawannya, tetapi aku malah semakin dipukuli.

Hirana, sebenarnya bagaimana selama ini kamu menahannya.

Yah, meski sebenarnya aku sendiri juga lupa-lupa ingat bahwa kehidupanku di duniaku dulu juga tidak berbeda jauh dengan kondisi yang dialami Hirana.










~~~~~




Double uppppp yeaaayyy





Btw, buat yang nanya kapan up nya, maaf ya aku emang nggak bisa kasih kepastian. Aku masih harus urus ini itu dan lain sebagainya.

Makasih buat yang udah nunggu



Jangan lupa komen dan votenya.




Love youuuuu











To be continued.

My Handsome Ashtara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang