Pagi ini aku nggak melihat keberadaan Ash. Begitu juga Rena. Aku sempat menghubungi Rena dan katanya dia nggak akan pulang untuk beberapa hari. Aku sempat khawatir tapi karena ada Dira dan sepertinya Dira juga merupakan orang kepercayaan Ash, jadi aku sedikit lega.
Hari-hari berjalan normal dan aku berkuliah seperti biasa. Aku cukup senang beberapa hari ini aku bisa melewati hari dengan biasa. Tidak perlu merasa was-was dan khawatir apalagi soal ayah Hirana.
Pulang kuliah hari sudah mulai gelap. Aku masuk ke dalam rumah besar milik keluaarga Ashtara tanpa seorang pun di dalamnya.
Aku masuk ke kamarku, berganti pakaian, dan bersiap untuk memasak. Memang tidak ada makanan, tapi bahan-bahan mentah semuanya masih lengkap. Aku pun keluar dari kamar dan pergi menuju dapur. Saat sampai di dapur, tiba-tiba aku dikagetkan dengan siluet orang berbadan tinggi yang tengah berdiri di dekat kulkas.
“AAAAAAAAAAAAAA SIAPA ITU” teriakku cukup kencang, reflek memundurkan kakiku yang membuatku hampir saja terpeleset.
Orang itu menolehkan kepalanya menengok ke arahku.
Aku yang sudah kembali menjaga keseimbanganku akhirnya dapat melihat jelas wajah orang tersebut. Itu adalah Ashtara. Tumben sekali dia sudah pulang jam segini. Bahkan matahari baru terbenam. Jelas saja aku kira penyusup.
“Loh Ash? Udah pulang?” tanyaku.
Ashtara mengangguk kemudian berjalan membuka kulkas.
Aku yang tadinya mau masak pun akhirnya mendekat ke arah Ash yang berada di depan kulkas.
Ash menengok ke arahku yang sudah berdiri disampingnya.
“Ngapain?” tanyanya sedikit menunduk untuk melihat ke arahku.
“Ngeliat bahan yang ada di kulkas” jawabku.
“Sekalian mau masak. Kamu mau Ash?” tanyaku.
“Boleh”
“Yaudah duduk aja. Aku yang masak” ucapku.
Ash kemudian mengambil sebotol air mineral dari kulkas dan duduk di meja makan, sedangkan aku melanjutkan kegiatanku mengambil bahan-bahan yang diperlukan dan memasak.
Sembari aku memasak, kami tidak membicarakan apapun. Tidak ada obrolan yang terdengar. Sampai di pertengahan memasak, Ash memanggilku.
“Hirana” panggilnya singkat.
Aku menolehkan kepalaku menanggapi panggilan Ash. Aku dapat melihat ekspresinya dengan jelas. Satu tangannya menopang dagu. Wajah tampannya menatap lurus kepadaku dengan seringaian kecil di bibirnya, serta sorot matanya yang tajam sedang memperhatikanku. Dia menatapku lekat-lekat sehingga membuatku sedikit gugup.
“Kenapa?” tanyaku.
Kemudian matanya mengarah ke satu titik di lantai sehingga aku pun mengikuti arah pandangnya.
“Jatuh” ucapnya memberi unjuk bahwa ada sebuah wortel yang jatuh. Bahkan aku tidak sadar ada bahan-bahan yang jatuh sangking seriusnya aku memasak.
“Oh iya, makasih” ucapku sambil mengambil wortel tersebut. Masakanku sudah hampir jadi. Pantas saja tadi aku cari-cari wortelnya nggak ada, ternyata jatuh. Tadi aku mengambil wortel yang baru.
Aku melanjutkan kegiatan masak memasakku. Ash, dia entah kenapa terus memandangiku dan tidak melepaskan pandangannya sedetikpun dariku. Aku jadi merasa aneh dan sedikit salah tingkah.
Siapa yang tidak merasa canggung jika ditatap terus-terusan oleh orang lain. Aku jadi semakin terburu-buru untuk menyelesaikan masakanku.
Tak lama masakanku jadi. Setelah menyajikan makanan, aku duduk berhadapan dengan Ash.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Ashtara [END]
Jugendliteratur[Belum Revisi] Ana ternyata benar-benar masuk ke dalam dunia novel yang ia pernah baca. Novel romantis yang menceritakan tentang perjalanan sang pemeran utama dan lika-liku kehidupannya. Sayangnya, bukan menjadi pemeran utama, ia malah menjadi figu...