Part 53

24.5K 1.8K 129
                                    

“LARI RENA, TERE” teriaknya sekencang mungkin dengan nada marah.

Rena dan Tere pun akhirnya memutuskan untuk terus berlari, suara derapan langkah dari orang-orang yang tidak dikenal juga semakin dekat. Untungnya tidak terdengar apapun dari depan sehingga mereka dapat terus berlari.

Sementara Hirana tertinggal dibelakang, ia berlari sekuat yang ia bisa sambil melihat ke kanan dan kiri untuk melihat adakah tempat yang bisa ia tuju. Ia menemukan sebuah tempat kecil seperti ruangan tempat mereka tadi. Ia melihat ada beberapa barang disana.

Setelahnya, ia berusaha membuat keributan dengan barang-barang apapun yang ada disana. Kenapa? Ia berharap agar orang-orang itu hanya berfokus padanya daan ia bisa memberi sedikit waktu agar teman-temannya bisa berlari mencari jalan keluar.

Karena adanya keributan dari salah satu ruangan yang disebabkan oleh Hirana, perhatian orang-orang itu sepenuhnya mengarah pada ruangan tersebut.

Namun, saat sampai disana, Hirana tidak langsung ditemukan karena ia menyempatkan diri untuk bersembunyi di antara celah lemari bekas di antara barang-barang lainnya. Setidaknya jika ia melakukan itu, itu akan memberikan sedikit waktu bagi teman-temannya untuk kabur karena pertama-tama pasti orang-orang itu akan sibuk mencari Hirana dan asal keributannya.

Jika ditanya bagaimana kondisi Hirana sekarang, jawabannya adalah buruk. Sangat buruk. Detak jantungnya sudah tidak beraturan, nafasnya terengah-engah, rasa takutnya memenuhi seluruh emosinya, tubuhnya gemetar, dan kakinya benar-benar terasa sakit. Namun, ia tetap diam, ia berpikir bahwa setidaknya dengan ia melakukan ini, semoga teman-temannya bisa kabur, toh kakinya sakit dan tidak bisa ikut kabur bersama mereka. Hirana hanya berharap bahwa mereka berhasil kabur sehingga nantinya bisa membawa seseorang untuk menolongnya.

Setelah beberapa lama Tere dan Rena terus berlari. Mereka menemukan sebuah ruangan dengan jendela, ruangan tersebut masih terlihat rapi dan bagus, tidak seperti ruangan-ruangan lainnya. Sepertinya mereka menggunakan ruangan itu, makanya ruangan itu terlihat rapi. Mungkin ini ruangan terbagus dibandingkan ruangan-ruangan sebelumnya. Tere dan Rena dapat melihat barang-barang normal yang biasa ada di sebuah ruangan, meja, kursi, dan lainnya.

Disana terdapat jendela juga, mungkin inilah salah satu alasan orang-orang itu menggunakan ruangan tersebut.

Saat Tere membuka jendela besar disana, sayangnya itu tidak bisa terbuka. Cahaya memang dapat masuk tapi sepertinya jendelanya terkunci rapat-rapat.

"Nggak bisa dibuka, Ren" ucap Tere dengan nada panik.

"Apa kita pecahin aja?" tanya Tere dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kalo dipecahin takutnya mereka denger, Re. Kita coba dulu pake ini, semoga bisa" balas Rena. Ia memang berbicara seperti itu, tetapi tubuhnya gemetar.

Rena menggunakan pisaunya untuk mengotak-atik sesuatu yang mengunci jendela tersebut. Bersyukurlah ayah dan kakaknya itu sering mengajarkan hal-hal seperti ini, meskipun Rena selalu protes bertanya untuk apa ia melakukan hal-hal seperti ini. Rena selalu berpikiran bahwa skill-skill seperti ini hanya dibutuhkan oleh ayah dan kakaknya saja, tetapi sang ayah selalu memaksanya dan berkata siapa tau akan berguna. Dan benar saja perkataan tersebut tidak salah.

Saat sedang sibuk melakukan itu, mereka mendengar suara beberapa langkah kaki dan samar-samar mereka mendengar suara.

"CUMA ADA SATU TERNYATA, YANG DUA LAINNYA KABUR. CEPET CARI!!!" teriak seseorang.

Hirana sepertinya telah tertangkap dan ditemukan.

Rena dan Tere yang mendengar hal tersebut semakin panik, di sisi lain mereka juga memikirkan bagaimana keadaan Hirana, apakah ia telah tertangkap.

My Handsome Ashtara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang