Part 17

38.9K 2.2K 24
                                    

Perseteruan Kiran dan Tere masih berlanjut. Melihat situasi yang sudah tidak kondusif lagi, seseorang datang menghampiri mereka. Seseorang yang tampan dengan surai hitam dan iris mata gelapnya. Siapa lagi kalau bukan Ashtara.

Ash menghampiri mereka. Meraih tangan Kiran dan melepaskan jambakannya dari rambut Tere.

"Dia bilang sakit. Minta lepas. Kamu ngerti bahasa manusia, kan?" ucap Ash dengan nada datarnya yang terdengar memenuhi penjuru kantin.

"A..Ashh..Ashtara" ucap Kiran terbata-bata, "Ka...kamu kok bisa disini?" tanya Kiran.

'Ya bisalah. Halah lebay banget sampe terbata-bata gitu.' batinku geram melihat Kiran

Kiran yang melihat Ashtara menengahi mereka tampak kebingungan. Apa mungkin sedari tadi dia tidak sadar kalau ada Ashtara di kantin itu. Heh dasar bodoh. Ashtara itu presma. Nggak mungkin kan dia biarin ada yang berlaku seenaknya di lingkungan kampus.

"Ash, ini nggak seperti apa yang kamu pikir" ucap Kiran sambil memegang tangan Ashtara. Tak lama bergelayut manja di lengannya

"Pergi sekarang atau saya aduin ke pihak kampus" ucap Ashtara dengan wajah yang terlihat tegas dan terlihat risih. Kupikir dia akan marah, tapi ternyata nada bicaranya tidak naik sama sekali.

"Udah pergi aja, walaupun keluarga lu punya kedudukan penting di kampus. Kalo Ash yang lapor. Kalian semua bisa kena" ucap Dira yang tiba-tiba sudah berada di tengah-tengah mereka.

Kiran masih kebingungan tentang apa yang harus ia lakukan. Ia pun berdecak kesal, kemudian melirik ke arah Tere dengan wajah sebal. Di tengah-tengah kebingungan yang dirasakan Kiran saat itu, sejenak mata kami bertemu. Kiran tiba-tiba menatapku ganas. Ia memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat itu.

Melihat hal itu kupikir Kiran mau meninggalkan kantin. Tak disangka ia malah berjalan mendekat ke arahku. Semua pasang mata memperhatikan arah Kiran berjalan. Semakin lama semakin mendekat hingga ia berada tepat di samping mejaku. Yakk bagus sekali, dan sekarang orang-orang yang berada disana juga terfokus ke arahku.

Ahh. Sialan. Punya masalah apa sih kamu Kiran. Bisa-bisanya mengganggu ketenanganku.

"Ikut gue" ucapnya.

"Nggak mau" balasku.

"IKUUTT GUE SEKARANG HIRANA" Kiran tiba-tiba menaikkan suaranya.

"Dih. Ogah. Nggak mau" ucapku lagi, kemudian melanjutkan makanku tanpa mempedulikan ia disampingku

"RESE BANGET SIH LO. UDAH SINI IKUT" Teriaknya. Kemudian ia menarik tanganku yang masih makan dan memegang sendok hingga mangkuk yang tadinya berada di atas meja jatuh begitu saja hingga pecah.

PRANGGG.

Bunyinya cukup nyaring.

Lagi dan lagi. Aku merasa tiba-tiba kakiku sakit. Sial. Kayaknya kena pecahan kaca lagi.

Aku menoleh ke arah Kiran dengan tatapan marah. Meski begitu sepertinya aku merasakan sudah ada bulir-bulir air mata yang tertahan di ujung mataku. Gini-gini, tetep aja aku takut. Kiran kan punya keluarga berpengaruh bahkan di novel ia bisa nyuruh orang buat ngebunuh. Aku nggak kebayang apa yang akan dia lakukan kalo aku menolak ajakan dia kayak gini. Namun, tetep aja aku nggak rela. Enak aja dia main nyuruh-nyuruh dan narik-narik kayak gini.

"APASIHH? EMANGNYA KENAPA? ADA URUSAN APA? MAIN TARIK-TARIK AJA KAYAK GINI" teriakku yang sepertinya membuat Kiran terkejut. Dibanding ekspresi terkejut yang hanya sepersekian detik itu, ekspresi setelahnya malah membuat aku merinding. Kiran marah. Ia benar-benar marah. Wajahnya memerah dengan mata yang menatap seakan-akan ingin membunuh orang.

My Handsome Ashtara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang